STALKER

1236 Words
Setelah pertemuannya dengan Alexis, Venus kembali menjalani kesibukannya. Pemotretan, fashion show, wawancara dan banyak lagi. Venus memang wanita yang gila kerja. Dia sangat mencintai dunia ini. Inilah hidup dan passionnya. Venus turun di depan lobi apartemennya. Keadaan begitu sunyi, hanya penjaga keamanan yang ditemuinya. Tepat tengah malam, sangat jarang orang lalu lalang. Langkah kaki Venus dengan high heels-nya membahana di selasar menuju lift ke unit apartemennya. Tapi, seketika Venus merasa  cemas, seperti  ada yang membuntutinya. Ia menghentikan langkahnya, memastikan apakah ada orang di belakangnya, ternyata tidak. Sesekali ia menoleh, tapi tetap tidak ada tanda-tanda orang yang mengikutinya. Semoga hanya perasaannya saja. Titt…titt…titt Venus memencet password pintu apartemennya, tak sabar beristirahat setelah lelah seharian beraktivitas. Venus melepaskan semua pakaian yang menempel di tubuhnya dan membuangnya asal. Hanya tersisa underwear dan b*a, berjalan menuju kulkas untuk meredakan dahaganya. Bergegas menuju kamar mandi, tak sabar untuk berendam di bathtub  ditemani sampanye. Bath-tub yang berada di dalam kamar mandi berdinding kaca menampilkan pemandangan hingar bingar dan gemerlap kota Jakarta yang seolah tidak pernah lelah. Badannya kini terasa segar dan rileks, hanya dengan berbalut baju mandi, ia merebahkan tubuh mulusnya di atas kasur. Sambil berbaring, ia meraih handphone-nya memeriksa beberapa pesan dan tentu saja akun media gosip yang begitu penasaran dengan kehidupan pribadinya. Tidak ada berita yang menarik membuatnya terlelap. Jam menunjukkan pukul satu dini hari saat ia terbangun oleh bunyi bel berulang-ulang. Siapa yang berani mengganggunya tengah malam begini. Untung saja apartemen mewah ini dilengkapi sistem keamanan terbaik, termasuk kamera yang terpasang di pintu. Namun ia tidak menemukan siapapun di balik pintu. Ragu menyergap sekaligus penasaran. Setelah memastikan beberapa saat, dia kemudian memberanikan diri untuk membuka pintu unitnya. Ternyata tidak ada siapapun dan semoga saja bukan makhluk halus yang ingin mengganggunya. Saat ingin menutup pintu, tubuhnya mematung, ada sebuah amplop tanpa nama. Melihat ke ujung lift, tidak ada seorang pun. Venus bergegas meraih amplop misterius dan menutup pintu apartemennya. Dia mencoba menebak isi amplop sembari menerawang dengan bantuan cahaya lampu kamarnya. Tapi masih belum terlihat jelas olehnya. Dia mencoba membukanya, menjauhi wajahnya. Takutnya amplop itu berisi cairan atau zat berbahaya yang dapat merusak wajahnya. Dia harus mengantisipasi semuanya. Ternyata isinya sebuah foto cantik miliknya, tapi di wajahnya ada tanda “x“ yang dibuat dengan sengaja oleh sebuah s*****a tajam kemungkinan pisau. Rasa takut menghampiri Venus, ingin menghubungi manajernya tapi dia sadar ini sudah melewati tengah malam. Namun, ada sedikit kelegaan setidaknya orang itu tidak mencoba menerobos ke dalam apartemennya. Dia juga mempunyai nomor penjaga keamanan jika dirasa dirinya dalam keadaan yang tidak aman. Keesokan harinya, Venus kembali mendapati sebuah bingkisan di depan apartemennya. Kali ini manajer Venus yang membawanya masuk saat  Venus tengah bersiap menuju lokasi syuting iklan dan acara talkshow. “Babe, ini apaan sih. Ada depan pintu apartemen lo,” manajer Venus membawa bingkisan tersebut menuju ruang tengah. “Ya lo buka aja. Liat isinya apaan!” perintah Venus sembari sarapan apel. “Ah!!!” teriak kaget manajer Venus dan membuang bingkisan tersebut. Sebuah bangkai tikus penuh darah di dalam bingkisan tersebut. Jelas saja Venus ikut ketakutan dan pucat. Pertama kali dirinya diteror seperti ini. Dia yakin tidak memiliki musuh siapapun. Bohong jika Venus dan manajernya merasa tidak terganggu dengan kejadian beruntun ini. Ditambah laporan Venus mengenai isi surat misterius. “Apa perlu kita lapor polisi?” saran manajer Venus. “Gak, hold dulu deh. Gue rasa ini hanya ulah stalker yang iseng. Lagian ini belum masuk kategori yang membahayakan jiwa gue,” setidaknya Venus tidak ingin kabar ini terendus ke media dan mereka malah mengabaikan pencapaian karirnya. Venus ingin dikenal karena prestasinya bukan dari gosip dan sensasi murahan. Venus ingin menampik anggapan orang-orang di luar sana bahwa kesuksesannya didapatkan secara instan ataupun berada di bawah bayang-bayang orang tuanya. Semua dilakukannya step by step, dan terbukti dirinya sekarang menjadi salah satu model papan atas yang menjadi incaran semua desainer terkenal untuk memperagakan desain terbaru mereka di catwalk. Setelah kejadian itu, Venus tidak mendapatkan foto ancaman ataupun bingkisan bangkai lagi. Benar tebakannya, ini hanya ulah iseng fans-nya yang cari perhatian. “Venus!!! Princess, tebak gue punya kabar apa buat lo,” manajer Venus menghampiri Venus sesaat Venus menyelesaikan syuting talk show. “Apa sih, telinga gue pekak nih. Kabar apa, heboh amat,” ucap Venus cuek. “Lo dapet tawaran main film. Film action, dan guess what?” manajer Venus berhenti sejenak menunggu reaksi Venus selanjutnya “Sutradaranya…G A L I H  N U G R A H A,” eja manajer Venus. Keduanya kompak mengangguk berkali-kali. Kesempatan untuk bermain di sebuah film garapan Galih Nugraha adalah kesempatan emas yang gak akan didapatkan oleh sembarang orang. “Wah!!!” sorak keduanya dan melompat, sekelilingnya hanya mampu tersenyum dan ikut senang mendengarnya. “Jadi kapan gue mulai syutingnya?” tanya venus dengan wajah berbinar bahagia. “Sabar princess, lo kan lolos tanpa casting. Lo tuh langsung didapuk jadi pemeran utama. Nah, pemeran utama pria masih menjalani casting. Syuting action butuh cowok tangguh, tentu saja dengan badan ala roti sobek, you know lah,” kedipan mata genit manajer Venus, membuat Venus ikutan tertawa dan mengangguk setuju. Bukan tidak mungkin dirinya terlibat cinta lokasi. Sudah dapat peran utama bagi kehidupan layar dan di balik layar, siapa yang bisa menolak bukan. “Ya udah, kita balik. Gue butuh persiapan maksimal untuk jalani syuting nanti,” Venus memeluk lengan pria gemulai itu dan meninggalkan lokasi syuting, di sebuah studio stasiun tv terkenal. “Harus cyin…” Sepanjang perjalanan, Venus mulai menggali informasi melalui handphonenya. Seperti apa sosok Galih Nugraha. Pria yang menyayangi keluarga, harmonis dan sangat profesional. Poin penting yang perlu diketahui Venus. Brak… “Ah!!!!” pekik Venus dan manajernya dari dalam mobil. “Pak, kamu gimana sih nyetir mobilnya!” bentak Venus ke supirnya. “Maaf Nona, mobil itu yang sengaja menyerempet kita. Terpaksa saya banting mobil ke pinggir demi mencegah kejadian yang lebih parah nona. Maafkan saya, saya harap Nona tidak terluka,” ucap sopir pribadi Venus meminta maaf dengan tulus. Dia turun dan mengecek seberapa parah kondisi mobil. Ringsek di bagian bemper depan, lampu mobil sebelah kiri pecah. “Princess, gue harus nemuin seseorang deh. Lo butuh bodyguard khusus. Gue gak yakin kejadian ini hanya kejadian biasa,” saran manajer Venus khawatir. “Gue pikir juga gitu. Lo urus aja. Gue percaya sama lo.” Keselamatan artisnya adalah hal yang utama bagi manajer Venus. 10 tahun membangun agensi manajemen artis, Shasa, tentu saja nama samarannya, Sugianto nama sebenarnya.  Di bawah agensi yang didirikannya, sudah bergabung beberapa artis terkenal dan pendatang baru. Khusus Venus, dia memilih terjun langsung, dan juga tiga artis lainnya dengan kontrak eksklusif. Venus adalah asuhan kesayangannya, Venus lah yang membuat agensinya bisa berkembang pesat. Jadi wajar saja, selain dari segi komersial, Venus memang menguntungkan juga sebagai balas budinya mengangkat dirinya menjadi salah satu orang yang patut diperhitungkan di dunia showbiz. Venus dan Shasa sudah menjalin hubungan lebih dari manajer dan artis tapi juga sebagai sahabat yang men-support satu sama lain. Shasa sangat mengenal karakter serta kebiasaan Venus. Dia memanjakan dan menuruti keinginan Venus. Venus pun demikian, saat Shasa sudah menunjuknya untuk terlibat dalam kontrak apapun, Venus tidak akan membantah karena dia tahu Shasa sudah tahu siapa yang memang pantas buat diajak bekerjasama dengan dirinya. Soal kebiasan Venus berganti-ganti pria juga dimaklumi oleh Shasa. Dia paham Venus tidak mau merasa kesepian. Venus juga belum menemukan pria yang layak untuk dicintai. Semuanya hanya melihat tampilan luar Venus. Jadi wajar Venus berpikir dua kali untuk menjalin hubungan dengan pria.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD