S1 Chapter 02 – Melakukan Pendaratan

1285 Words
Kellion menatap ke sekelilingnya, tubuhnya masih berputar di udara, napas tersengal, kepalanya berdenyut hebat. Pod-pod yang jatuh ke Bumi masih bergerak tak terkendali, berisi orang-orang yang tak berdaya, sementara beberapa robot yang tersisa berniat menghancurkan pod-pod tersebut dan berniat menyerangnya. “Sial. Malah masih tersisa banyak.” Dengan satu dorongan kuat dari pod yang dekat, Kellion melompat ke udara. Robot pertama menyerang dari depan, menembakkan laser berenergi, Kellion bergerak berkelit lalu melepaskan pukulan terhadap kepala robot itu, dia menjadikan pijakan robot tersebut untuk melompat ke sisi lain lalu berniat melepaskan pukulan pada robot lain. Sayangnya, satu tembakan memelesatkan cahaya yang langsung menghantam tubuh Kellion, terjadi ledakan yang membuat tubuh pria itu terlempar berputar-putar ke bawah, tubuhnya menghantam salah satu pod yang terdapat isinya, seorang pria. Pod tersebut retak di bagian kacanya. “Yang benar saja, aku diledakkan lagi.” Kellion berusaha menyadarkan dirinya dari efek ledakan, tubuhnya yang terluka ringan mulai meregenerasi sehingga dia pulih dengan cepat dari lecet-lecet efek ledakan. Beberapa tembakan dilepaskan yang mana Kellion langsung melompat ke bawah menuju tubuh robot yang sebelumnya ia lempar dengan pedangnya. Pod yang ia tinggalkan meledak seketika, pria yang ada di dalam pod tersebut terbunuh seketika bersama dengan ledakan tersebut. Kellion yang jatuh bebas, ia berhasil meraih pedangnya kembali, lalu menebas robot itu dengan satu tebasan diagonal, memecah tubuh logamnya menjadi dua, serpihan beterbangan dan membentuk pijakan baru. Satu robot melesat dari samping, mencoba menabrak semua pod yang membawa orang-orang. Kellion menahan tubuhnya di udara, melompat dari serpihan robot ke pod yang bergerak, lalu meluncur seperti panah ke arah robot tersebut, memotong tubuhnya dengan mudah. “Ini tak akan ada habisnya. Aku harus menyelesaikannya dengan cepat sebelum tubuhku menghantam permukaan.” “Aku butuh kekuatan tambahan, kumohon bantu aku.” Seolah merespons perkataannya, pedang di tangan Kellion mendadak berubah wujud. Pedang sepanjang hampir dua meter itu berubah bentuk, warnanya menjadi hitam. Pada ujung bagian gagang pedang tersebut terdapat rantai panjang yang ujung rantai lainnya melilit tangannya. Kellion tersenyum. “Ini dia ... pedangku sangat keren.” Kellion mengaktifkan energinya, pedang itu tiba-tiba terbakar oleh kobaran api yang memiliki suhu tinggi. “Habislah kalian, para kaleng rendahan.” Secara tiba-tiba, Kellion bergerak cepat, melepaskan tebasan berapi yang jumlahnya sangat banyak, memotong dan meledakkan setiap robot yang ada di sana. Energi dan api melebar meluas sampai tercipta ledakan api yang begitu besar. Karena ledakan tersebut, semua robot, pod bahkan tubuh Kellion sendiri terlempar ke arah yang berbeda-beda. “Yeah, itulah yang kusebut sebagai tebasan,” gumam Kellion saat tubuhnya terlempar menjauh melihat ledakan hasil serangannya yang masih meninggalkan asap dan cahaya orange api di udara. Sedangkan dalam waktu yang sama, tubuhnya sudah semakin mendekati permukaan, dia sudah akan menghantam bumi. “Oke, sekarang apa yang harus kulakukan? Sehebat apa pun aku, jatuh dari ketinggian ini mungkin akan membunuhku.” Kellion kini memikirkan tentang tubuhnya yang jatuh bebas, dia harus mencari solusi untuk melindunginya dari kerusakan dan cedera benturan. Ia memang memiliki kemampuan regenerasi, tapi itu tak akan menjamin keselamatannya saat dirinya membentur permukaan bumi dengan kecepatan ini. Di bawahnya, permukaan Bumi semakin dekat. Kota yang terbentang terlihat hancur, gedung-gedung tinggi sebagian runtuh, sebagian lagi miring dan retak. Jalanan penuh dengan puing, kendaraan yang hancur, dan debu mengepul dari reruntuhan. Kellion menatap, matanya menilai kecepatan jatuhnya. “Gedung ya, sepertinya aku punya ide,” pikirnya dalam hati tatkala melihat kota yang hancur di bawah sana. “Ini akan menjadi pendaratan yang keren yang menghindarkanku dari cedera.” Kellion langsung merealisasikan idenya tatkala ia yang jatuh sudah sangat dekat dengan permukaan. Kellion melemparkan pedangnya yang masih memiliki rantai di bagian ujung pegangan, pedang itu langsung menancap di dinding gedung, Kellion menarik rantai yang otomatis membuat tubuhnya tertarik ke arah pedang. Saat ia memegang pegangan pedang itu, tubuhnya yang memiliki gaya jatuh yang masih tinggi membuat pedang yang menancap merobek dinding gedung saat ikut terbawa jatuh ke bawah. Inilah ide yang muncul di kepala Kellion, dia akan menggunakan gaya gesek saat pedangnya merobek dinding gedung dari atas ke bawah. Secara perlahan, kecepatan jatuhnya berkurang berkat gaya gesek tersebut. “Ini bekerja,” gumam Kellion yang merasakan berkurangnya kecepatan jatuh. Beberapa puluh meter lagi menuju permukaan, kecepatannya semakin berkurang. “Ini saatnya, super hero landing.” Entah apa yang ada di kepala Kellion, tapi dia mendadak ingin melakukan pendaratan yang keren dan dramatis. Dia langsung menendang dinding gedung saat kecepatan jatuhnya sudah hampir tak ada, dia menarik pedangnya, bersalto lalu memilih permukaan jalan untuk dijadikan titik pendaratannya. Ia bersiap untuk melakukan pose keren saat akan menghantam daratan. Sayangnya, ide konyol sok kerennya tersebut harus gagal tatkala secara tiba-tiba sosok monster berukuran besar melompat dari balik gedung. Monster itu langsung menyambar melahap tubuh Kellion yang sedang jatuh bebas. Itu adalah serangan kejutan sehingga Kellion tak sempat bereaksi, semuanya terjadi begitu cepat, tahu-tahu Kellion sudah ditelan. Monster itu mendarat di tanah dengan puing di sekitar, mengeluarkan lidahnya, lalu memandang sekeliling. Monster tersebut bentuknya cukup aneh dan tak memiliki kemiripan dengan hewean-jewan yang selama ini manusia kenali. Yubuhnya lebar pipih, memiliki empat kaki, tubuhnya dilapisi kulit yang seluruhnya seperti terbuat dari batu, memiliki bentuk kepala seperti lele dengan banyak tanduk di puncak kepala. Beberapa detik kemudian, secara tiba-tiba tubuh monster itu hancur. Tubuh raksasa itu meledak dari dalam, meninggalkan Kellion yang terlempar keluar, berlumuran darah, lendir, dan cairan lambung monster. Ia mendarat dengan kasar di aspal retak, tubuhnya bergetar karena benturan, tetapi segera ia bangkit. “b******n! Aku berniat melakukan super hero landing, tapi malah berakhir dimakan monster! Apa-apaan ini coba?!” Kellion menggerutu, ia tampak sangat kesal karena ide konyolnya yang ingin bergelagat keren malah berakhir dengan kegagalan. Kegagalan yang memalukan karena dirinya malah berakhir ditelan seekor monster aneh. “Ini menyebalkan, kenapa aku malah dimakan monster coba?” Kellion bertanya pada ketiadaan, dia berniat melepaskan tebasan sembarangan untuk melampiaskan kekesalannya. Pasalnya, monster yang menjadi pelaku semuanya sudah meledak ketika ia melepaskan tebasan api di dalam tubuh monster itu beberapa detik yang lalu. Kellion mencoba menenangkan diri, kemarahannya ditekan dan dia mulai berpikir jernih. Detik itulah, ia menyadari kalau tak ada gunanya marah-marah dan sadar kalau idenya melakukan pendaratan keren itu sebenarnya adalah aksi konyol. “Ah sudahlah, lagi pula, kalau dipikir-pikir, untuk apa aku melakukan itu? Tak ada yang melihatnya.” “Yang terpenting, aku selamat setelah jatuh dari ketinggian.” Kellion mendongakkan kepala ke atas langit sana. “Apa yang sebenarnya telah terjadi ya? Kenapa aku bisa begitu saja jatuh dari langit?” Dia bertanya-tanya tentang itu lagi. Saat ini, kepalanya begitu bersih, dia tak mengingat apa pun, tak tahu apa yang terjadi sebelumnya sehingga semua ini terjadi. Singkatnya, saat ini Kellion hilang ingatan. “Sekarang aku harus bagaimana? Tubuhku ... iuh... ini menjijikkan.” Kellion bergidik seketika saat melihat tubuhnya yang berlumuran dengan lendir dan semua jenis noda yang membuat mual. Pedang hitam yang memiliki energi api itu pun berubah kembali bentuknya ke pedang biasa yang ukurannya besar hampir sepanjang dua meter. Saat sedang mencoba mengingat sesuatu, Kellion benar-benar tak bisa menemukan apa pun di dalam kepalanya, memorinya benar-benar bersih, kecuali .... “Kellion ...?” “Kellion Zyeq’rion Val’astris, tunggu dulu, itu namaku? Nama macam apa itu? Susah sekali diucapkannya.” Kellion menatap sekeliling. Seketika semua keluhannya lenyap. Kota yang hancur bukan hanya reruntuhan. Gedung-gedung tua yang seolah tak terawat ratusan tahun berdiri di sekelilingnya, dinding retak, kaca pecah, jalanan penuh lubang dan reruntuhan. Namun yang lebih menakutkan adalah makhluk-makhluk yang bergerak di antara puing. Ribuan monster, dalam berbagai ukuran, memandang ke arahnya dengan mata tajam. Ada yang tinggi seperti gedung tiga lantai, ada yang kecil tapi cepat, semuanya fokus pada Kellion. Meski banyak monster yang sekarang tertuju padanya, Kellion tampak tak panik, dia memandang situasi dengan biasa saja. “Oke, sekarang yang jadi pertanyaannya, di mana aku?” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD