two

919 Words
Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan dan pemberian obat, Dzakka dipindahkan ke ruang rawat VVIP karena kondisinya sudah stabil. Bu Muthia menjaganya dengan sabar, Anaya diminta khusus oleh Bu Muthia untuk menangani Dzakka, Bu Muthia meminta izin langsung pada kepala rumah sakit, jadilah sekarang Anaya mendapat tugas tambahan selain bertugas di IGD ia pun secara intensif menangani Dzakka. Ia sebenarnya ingin menolak karena dia berfikir pasti akan berkonflik dengan pasien mengingat kejadian kemarin, tapi apa boleh buat, si pasien adalah pengacara handal yang merupakan kuasa hukum rumah sakit tempat ia bekerja. Dr. Anaya berjalan menuju ruang rawat Dzakka untuk melihat keadaannya, ia mengetuk pintu dan langsung membukanya tanpa menunggu jawaban dari dalam, ia melihat Bu Muthia sedang duduk di sebelah ranjang pasien, kepalanya disandarkan di pinggir ranjang, nafasnya teratur menandakan beliau sedang tidur. Anaya memeriksa keadaan Dzakka yang sudah stabil dan membaik membuat Anaya bernafas lega karena tugasnya akan segera berakhir. Bu Muthia terbangun dari tidurnya karena menyadari kehadiran dr. Anaya. "Dr. Anaya..." sapa bu Muthia.  "Bu Muthia kelihatan lelah sekali, kenapa tidak tidur di ranjang itu," tunjuk Anaya pada ranjang untuk penunggu pasien. "Saya belum tenang dokter sebelum anak saya baik baik saja." "Pak Dzakka sudah baik baik saja bu, tinggal pemulihan saja," ucap Anaya sambil tersenyum "Maaf bu boleh saya tanya sesuatu?" Tanya Anaya ragu. "Iya, dokter Anaya mau tanya apa?" "Saya dengar, kecelakaan yang dialami pak Dzakka adalah kecelakaan frontal tapi mmmmm keadaannya masih terbilang baik dan tidak parah, kalau ibu tidak berkenan tidak perlu dijawab." "Benar dok itu memang kecelakaan frontal, tetapi Alhamdulillah diwaktu sepersekian detik Dzakka berhasil membuka pintu dan keluar, luka yang didapatkan ini adalah luka benturan saat mobil dalam kecepatan tinggi dan dia melompat," Jawab Bu Muthia diplomatis "Oh begitu..." "Maklum dok pengacara musuhnya banyak." "Oh iya, saya tidak melihat istri dan anak pak Dzakka menjaganya, apa mereka sedang di luar negeri bu?" Bu Muthia menghela nafas "putra saya ini baru bercerai 4 bulan yang lalu dok, dan mereka belum dikaruniai momongan." "Maaf Bu kalau pertanyaan saya menyinggung perasaan ibu," ucap Anaya merasa tidak enak. "Tidak apa dokter Anaya." "Saya pamit dulu bu, anak ibu sudah stabil jadi kalau dia sadar bisa memanggil perawat atau saya." "Baik, terima kasih dokter Anaya." "Sama sama Bu." Dr. Anaya melangkah pergi meninggalkan ruang VVIP tersebut menuju ruang IGD tempatnya bertugas. "Gimana pasien lo?" tanya dokter Anggi.  "Udah ok, mungkin besok atau lusa bisa pulang," jawab dokter Anaya. "Sinis banget sich lo Ama pengacara itu?" "Gimana gak sinis, orang belum apa apa udah konflik aja, jadi males gue." "Jangan gitu, ntar jatuh cinta loh." "Ih amit amit deh," jawab Anaya sambil bergidik. Anggi hanya tertawa melihat sikap sahabatnya tersebut. Keduanya kemudian disibukkan dengan pasien pasien gawat darurat yang harus ditangani. Saat jam makan siang, seorang perawat mendatangi Anaya dan mengatakan Dzakka sudah sadar. Anaya yang hendak makan siang pun mengurungkan niatnya dan berjalan menuju ruang VVIP tempat Dzakka dirawat. "Selamat siang pak Dzakka, bagaimana perasaan anda?" Tanya dr. Anaya ramah. "Lumayan," jawab Dzakka singkat. "Ketus amat pak," gumam dr. Anaya lirih. "Apa anda bilang?" "Nggak saya nggak bilang apa apa," jawab dr. Anaya. Dr. Anaya segera memeriksa keadaan Dzakka secara teliti. "Bapak makan yang banyak ya biar cepat pulih," nasehat dr. Anaya "Saya tahu, memang saya anak kecil harus dikasih tahu." Rasanya Anaya ingin amblas ke dasar bumi mempunyai pasien yang model Dzakka  "Ya sudah saya permisi kalau begitu." Anaya mempercepat jalannya agar cepat keluar dari kamar inap tersebut. Hilang sudah nafsu makannya setelah berhadapan dengan pasien luar biasa tadi, luar biasa bikin emosi. Jam menunjukkan pukul 4 sore tiba waktunya jam tugas Anaya berakhir.  Ia menyimpan snellinya di locker khusus dokter, Anaya beranjak menuju area parkir, Anaya lebih memilih memakai motor sport miliknya dari pada naik mobil karena lebih cepat dan bebas macet. Kadang kala Anaya membonceng Anggi untuk berangkat bersama ke rumah sakit. Anaya mengendarai motor sport miliknya membelah jalanan kota Jakarta, ia menuju Dojo tempat dirinya berlatih karate. Sejak kecil sang ayah menggembleng Anaya dengan olah raga beladiri karate ini, hal tersebut bertujuan agar Anaya bisa menjaga diri dan bisa menolong sesama. Anaya masuk ke Dojo, jam seperti ini tidak ada yang berlatih karena sesi terakhir latihan jam 2 sampai jam 4 sore sedangkan sekarang waktu menginjak pukul 5 sore. "Sore om...." "Sore Nay...." "Sendiri aja om?" tanya Anaya. "Iya baru saja pada bubar." Om Roy adalah pemilik Dojo karate "jiwa suci" yang merupakan adik ayah Anaya. "Lama kamu nggak keliatan Nay? " tanya om Roy. "Iya om biasalah banyak kerjaan, aku berlatih sebentar ya om." "Hemmm....." Anaya segera berganti baju untuk berlatih, ia adalah pemegang sabuk hitam dan senior di dojo ini. Anaya berlatih selama 45 menit untuk melatih jurus jurusnya dan kuda kudanya. Jam 7 malam Anaya beranjak meninggalkan dojo menuju rumahnya. Sesampainya di rumah dia segera mandi, asisten rumah tangganya bik Inem sudah menyiapkan makan malam, Anaya tidak menganggap bik Inem pembantu tetapi sudah ia anggap sebagai keluarga. "Masak apa bik?" tanya Anaya. "Sayur sop dan ayam goreng non," jawab bik Inem. "Oh ya bik, aku lagi menangani pasien yang resenya parah banget bikin emosi." "Namanya orang kan beda beda non, non Anaya juga harus mempunyai stok sabar yang banyak." "Kalau sabar ada tokonya nggak Sih bik? beliin dong yang banyak buat Nay," gurau Anaya. "Non ini ada ada aja, kesabaran itu yang kasih Allah jadi non Anaya harus sering sering curhat ama Allah." "Ya ampun bik, gaul amat ngomongnya, curhat hihihi," tawa Anaya lepas. Setelah selesai makan malam Anaya segera masuk kamarnya untuk istirahat mengisi amunisi untuk bekerja esok hari. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD