1. Komitmen

1534 Words
Di sebuah rumah mewah milik keluarga Candramawa. Terlihat banyak sekali antrian wanita dari berbagai usia. Di mulai dari usia dua puluhan sampai usia tiga puluhan ke atas. Mereka semua berbaris dengan rapi untuk melakukan tes interview menjadi seorang baby sitter. Namun sayangnya, tidak ada satu pun dari mereka yang lolos. Bocah mungil bernama Reswara selalu menangis jika didekati oleh mereka. Hal itu yang membuat Ozawara menolak mereka semua. Ketika proses interview berakhir, Ozawara membentur-benturkan dahinya ke meja. Wanita itu benar-benar frustasi karena sudah ratusan kali mengganti baby sitter untuk putrinya. Bahkan hari ini ada lebih dari lima puluh calon baby sitter yang datang. Semuanya ditolak mentah-mentah oleh bocah mungil berusia dua tahun tiga bulan itu. Tiba-tiba, ada suara seorang pria yang membuyarkan keheningan ruangan itu. "Maaf, saya tidak terlambat bukan?" tanya pria itu dengan nafas yang tersengal. Terlihat sekali bahwa pria itu berlarian agar datang tepat waktu. Ozawara mengangkat kepalanya menatap pria itu dan bertanya, "Kau siapa?" "Saya Ragana, calon baby sitter yang mendaftar," jawabnya. "Kau? Baby sitter? Yang benar saja? Mana ada baby sitter berjenis kelamin laki-laki?" tanya Ozawara heran. Wanita itu memijit dahinya yang tiba-tiba terasa pening. "Memangnya kenapa? Apa ada yang salah? Bahkan di dunia ini banyak sekali koki berjenis kelamin laki-laki. Lalu, apa salahnya dengan baby sitter berjenis kelamin laki-laki?" Ragana terlihat tidak menyukai penilaian Ozawara yang seolah pekerjaan itu hanya dikhususkan untuk seorang wanita. Padahal di zaman ini, banyak sekali pekerjaan wanita yang dipegang oleh laki-laki dan begitu juga dengan sebaliknya. "Tapi, aku tidak mau putriku diasuh oleh baby sitter berjenis kelamin laki-laki," sergah Ozawara. Semenjak dihianati oleh kekasih sekaligus sahabatnya. Wanita itu lebih menjaga jarak dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki. Kecuali ayah dan juga adiknya karena mereka berdua orang yang selalu ada di sisinya dan selalu mendukungnya. "Daddy, Daddy ..." celoteh Reswara turun dari singgasananya dan menghampiri Ragana. Bocah mungil itu langsung melompat dan memeluk kaki pria itu. Sontak, Ozawara dibuat terkejut dengan tingkah putri kecilnya. Bagaimana bisa Reswara memanggil Ragana dengan sebutan ayah dan langsung menghampirinya? "Res?" Ozawara beranjak berdiri dan menghampiri putrinya. Wanita itu hendak mengangkat tubuh mungil putrinya agar menjauh. Namun, justru suara tangis yang ia dengar. "Res, sayang. Sini sama mommy, Nak," ujar Ozawara lembut. Ia mengulurkan kedua tangannya berharap putrinya akan datang menghampirinya. Reswara menggelengkan kepalanya dan bergumam, "Daddy, Daddy, Daddy ..." "Res? Paman ini bukan Daddy, Nak. Daddy Res hanya Daddy Lake dan sebentar lagi Daddy Lake datang," bujuk Ozawara lembut berharap putri kecilnya akan mengerti. Melihat bocah mungil yang terus bergelayut manja di kakinya membuat Ragana tersentuh. Pria itu membungkukkan badannya mengangkat tubuh mungil Reswara dan menggendongnya. "Saya bukan Daddy Res, tapi Res boleh panggil saya suster Raga, suster Ragana. Karena mulai sekarang, suster Raga yang akan menjadi susternya Res," ujar Ragana membuat keputusan sendiri. Padahal di sana yang akan menjadi bos adalah Ozawara bukan dirinya. "Apa kau bilang?" Ozawara terbelalak mendengar penuturan Ragana. Untuk pertama kalinya Ozawara bertemu dengan pria tidak tahu malu seperti Ragana. "Kau bisa lihat sendiri bukan, bagaimana putrimu sangat menyukaiku? Jadi, kau bisa memberiku kesempatan untuk menjadi baby sitter putrimu," balas Ragana. Ia harus menjadi pria tidak tahu malu agar bisa mendapatkan pekerjaan. Wanita itu nampak berpikir. Tentu saja ia harus menimbang baik buruknya karena hal ini menyangkut putrinya. "Baiklah. Aku akan memberimu kesempatan dengan menjalani satu Minggu percobaan," putus Ozawara. "Yes, yes, yes!" Ragana melompat kegirangan karena akhirnya ia bisa mendapat pekerjaan. Semula, pria itu bekerja di sebuah restoran. Namun, karena mantan kekasihnya tidak suka Ragana disukai banyak pelanggan wanita. Jadi, wanita itu memfitnah Ragana hingga dipecat. Meskipun sudah berusaha mencari pekerjaan ke mana-mana. Tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya. Hal itu tentunya atas campur tangan mantan kekasihnya yang tidak terima diputuskan. "Jangan senang dulu." Ozawara menghentikan kebahagiaan Ragana, "Res ini sudah ratusan kali ganti baby sitter sejak lahir. Dia akan jatuh sakit setiap kali ganti baby sitter. Jadi, kalau selama satu Minggu masa percobaan Res sakit. Maka, kau gagal diterima menjadi baby sitter Res," tambah Ozawara menjelaskan. "Oke, deal." Ragana mengulurkan tangannya tanda setuju. Namun, Ozawara sama sekali tidak menanggapinya dan justru merebut putrinya dari dekapan Ragana. "Kau boleh pulang sekarang dan besok pagi kau sudah harus bekerja," cetus Ozawara. Lebih tepatnya mengusir karena nada suaranya yang cukup tinggi. Wanita dengan nama lengkap Ozawara Kasha Candramawa ini, selalu bersikap dingin pada setiap pria yang berani berinteraksi dengannya. Wanita itu selalu membangun dinding tinggi agar mereka tidak berani melewatinya. Karena komitmen yang telah ia buat dulu setelah dihianati. "Baiklah. Besok pagi pukul delapan saya datang ke sini," balas Ragana. "Apa? Pukul delapan? Apa kau gila?" Ozawara terbelalak. Bagaimana bisa baby sitter itu akan datang pukul delapan? "Jadi, aku harus datang jam berapa?" tanya Ragana mengernyitkan dahinya. "Kau harus sudah ada di rumah ini pukul enam pagi. Kau harus melakukan pelatihan sebelum benar-benar menjadi baby sitter putriku. Apa kau mengerti?" jelas Ozawara menggebu. Karena ia selalu sibuk bekerja dan hanya bisa meluangkan waktu untuk putrinya di akhir pekan saja. Maka, ia harus memberikan yang terbaik untuk putrinya. Ia tidak boleh asal memberikan baby sitter abal-abal untuk merawat putri tercintanya. "Saya mengerti, Bu. Kalau begitu, saya pamit pulang dulu dan besok pagi akan saya usahakan agar datang tepat waktu," pamit Ragana. "Awas saja kalau kau sampai terlambat!" ancam Ozawara menyeringai. "Tidak akan. Ya sudah, saya pulang dulu." Ragana berbalik dan berjalan menuju pintu keluar. Pria itu berpapasan dengan Lakeswara Kasha Candramawa, adik dari Ozawara. Lakeswara lebih mirip dengan ibunya yang lemah lembut daripada Ozawara yang lebih mirip dengan ayahnya yang selalu bersikap dingin. "Dia siapa, Za?" tanya Lakeswara. Untuk pertama kalinya ia melihat sang kakak bertemu seorang pria setelah tiga setengah tahun berlalu. "Baby sitternya Res," balas Ozawara singkat. "Jangan bercanda, Oza. Ini sama sekali tidak lucu," protes Lakeswara merasa candaan kakaknya sangat garing. Bukan salah Lakeswara jika tidak bisa percaya. Bahkan hanya untuk tukar sapa saja, Ozawara selalu tak acuh. Dan sekarang, wanita itu justru menjadikan Ragana sebagai baby sitter putrinya. "Aku serius, Lake. Kau tidak tahu saja apa yang telah keponakanmu lakukan," balas Ozawara muram. Wanita itu menghempaskan tubuhnya di sofa sekedar untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. "Sumpah ini itu sudah seperti keajaiban. Seorang Ozawara si wanita angkuh dan dingin menerima baby sitter berjenis kelamin laki-laki. Benar-benar tidak bisa dipercaya." Lakeswara tertawa sumbang seakan tidak percaya, "Ngomong-ngomong, apa yang telah Res lakukan sampai-sampai kau terlihat frustasi seperti ini?" "Ini kacau, Lake. Masa iya, sih, Res panggil si baby sitter itu dengan sebutan Daddy. Lebih parahnya lagi, Res lari dan peluk dia," sahut Ozawara menggebu. "Res itu anak pintar, Za. Dia tahu mana pria tampan dan tidak," ujar Lakeswara malas sambil duduk di sofa. Meskipun baru berusia dua tahun enam bulan, tapi Reswara sudah pandai sekali berbicara. Bocah mungil itu juga pandai menilai kepribadian orang lain dan peka sekali terhadap hal-hal kecil yang tidak dimiliki oleh anak kecil lainnya. "Aku serius, Lakeswara. Kenapa kau malah menanggapinya seperti ini?" kesal Ozawara. "Iya, iya, aku tahu. Lagi pula, aku hanya bercanda dan kau malah menanggapinya dengan serius," sungut Lakeswara. "Salah siapa tidak melihat situasi," ketus Ozawara. Sejak tadi ia sudah bicara serius, tapi adiknya malah balas main-main. "Iya, Maaf. Tapi, Res di mana?' tanya Lakeswara tidak mendapati keponakannya di sana sejak kedatangannya. "Res lagi sama Oma di kamar." Ketika Ragana berbalik pergi, Oma Rinda mengambil alih Reswara dari Ozawara dan membawanya ke kamar. Karena sebentar lagi, waktu tidur siang bocah mungil itu tiba. "Oh. Tadi Mama sama Papa telepon. Katanya Mama telepon, tapi tidak diangkat-angkat. Apa karena baby sitter itu kau jadi melupakan Mama, Papa?" Lakeswara senang sekali membuat kakaknya marah. "Diam!" bentak Ozawara. "Maaf, maaf, bercanda. Kalau kau marah-marah terus seperti ini. Bisa-bisa dalam waktu satu bulan kau bisa jadi nenek-nenek keriput," dengus Lakeswara kesal. "Pergi ...!" teriak Ozawara hingga memenuhi ruangan. Teriakannya itu mampu membuat Lakeswara ketakutan dan bergegas pergi menuju kamar keponakannya. Jika ia terus berada di tempat, maka ia akan habis dibantai oleh sang kakak. *** Pukul lima pagi, terdengar suara bel yang tidak berhenti berbunyi. Sepertinya orang itu memencet tombol bel hingga berulang-ulang. Ozawara yang saat itu sedang mengambil air minum di dapur langsung tersedak karena terkejut. "Sial! Siapa, sih, yang datang pagi-pagi sekali? Penjaga juga bukannya menolak malah memberi orang itu masuk. Dasar bodoh!" Ozawara mengelap dagu yang basah, tapi tidak dengan lehernya. Wanita itu begitu terburu-buru karena penasaran dengan sosok orang yang tidak berhenti memencet bel. "Astaga!" Ozawara melompat terkejut mendapati Ragana sudah ada di depan pintu, "Apa yang kau lakukan di sini, Raga?" tanya Ozawara. Sebelum menjawab, Ragana mengucek matanya sambil menguap. Pria itu terlihat seperti orang yang baru saja bangun tidur. "Saya sengaja memasang alarm pukul empat pagi dan langsung meluncur ke sini," sahut Ragana tidak berhenti menguap. Pria itu memasang alarm pukul empat pagi dan langsung menuju kediaman Candramawa menggunakan sepeda motor bututnya. Bahkan, pria itu tidak membawa apa-apa termasuk pakaian untuk mengganti baju nanti. Ragana hanya membawa diri dan motor bututnya saja. "Astaga, Tuhan! Kenapa putriku memilih orang sepertinya?" Ozawara menyugar rambutnya ke belakang karena frustasi. Ia meminta Ragana agar datang pukul enam pagi dan pria itu justru sudah ada di depan rumahnya pukul lima pagi. Bahkan dalam keadaan kacau seperti orang yang baru saja kabur dari rumah sakit jiwa. "Berhubung saya belum mandi dan lupa membawa baju. Jadi, nanti Ibu pinjami saya baju, yah?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD