Perjodohan

2007 Words
“Assalamu’alaikum“ ucap Nayra sebelum masuk rumah “Wa’alaikumsalam.. Sayang udah pulang” balas bu Dira ibunya Nayra “Iya bu. Ayah mana bu?“ Nayra duduk disamping ibunya yang tengah menonton tv “Ayah belum pulang sayang. Kamu istirahat dulu sayang. Nanti malam kita akan kedatangan tamu” “Siapa bu?” “Yang ayah bicarakan tempo hari sayang. Kamu nerima kan sayang?” “Perjodohan Nayra bu?” “Iya Nay” “Nayra terserah ayah ibu saja. Nayra ke kamar dulu bu” Nayra beranjak dari duduknya meninggalkan ibunya menuju ke kamar “Maafkan ibu sayang. Ibu harus menjodohkan kamu. Ibu hanya takut kamu belum menikah saat usia kamu hampir kepala tiga. Perjodohan ini juga perjanjian ibu dan sahabat ibu” gumam ibu Nayra Nayra menghempaskan tubuhnya dikasur king size kesayangannya. Kamar yang luas dengam furniture lengkap sehingga sangat nyaman untuk Nayra. Nayra memejamkan mata memikirkan perjodohannya. Nayra tidak bisa menolaknya. Jika Nayra menolak sama saja Nayra akan melukai hati orang tua khususnya ibunya. Tanpa sadar Nayra akhirnya memejamkan mata terlelap ke alam mimpi. Hari berganti malam sangat surya tenggelam berganti rembulan yang bersinar dengan sangat cantik. Naura menggeliat bangun tidur lalu mengerjapkan mata menetralkan pandangannya. “Astaghfirullah.. Udah malam. Aku belum sholat maghrib” Naura bergegas ke kamar mandi setelah membersihkan diri dan berwudhu Nayra melaksanakan sholat maghrib Tamu yang ditunggu oleh orang tua Nayra sudah datang dan saat ini sudah duduk diruang tamu. Ibu Nayra memanggil Nayra di kamar. Tak lama kemudian Nayra yang telah berdandan cantik mengenakan gamis berwarna navy dengan warna kerudung yang sama turun ke ruang tamu bersama ibunya. Nayra duduk disebelah ibunya dengan menundukan kepala setelah bersalaman dengan sahabat ayahnya. “Cantik sekali anak kamu Dik” ucap Adit sahabat Dika ayah Nayra “Iya Dit. Kaya ibunya lha” balas Dika “Anak kamu mana Dit? Jangan bilang anak kamu nggak setuju ya Dit” lanjut Dika “Bentar lagi dia datang. Tadi dia ada rapat dulu bentar di kantor. Anak aku setuju sama perjodohan ini Dik” “Alhamdulillah“ Tak lama kemudian terdengar deru mobil masuk dihalaman rumah keluarga Nayra. “Maaf saya terlambat. Tadi ada urusan sebentar” ucap Devan anak Pak Adit setelah bersalaman dengan orang tua Nayra “Tidak apa-apa nak. Silahkan duduk” balas Pak Dika “Baiklah. Semuanya sudah berkumpul kita langsung saja bahas perjodohan Devan dan Nayra ya Dik” “Iya Dit” Mereka membahas perjodohan anak mereka yang akan dilakukan 2hari lagi. Devan dan Nayra sangat terkejut mendengar keputusan orng tua mereka namun Devan dan Nayra tidak membantah sedikit pun karena bagi mereka kebahagiaan orang tua itu lebih utama. Keluarga Devan sudah kembali ke rumah mereka. Nayra tengah berada di balkon kamarnya merenungi semua keputusan yang diambil orang tuanya lebih tepatnya merenungi nasib perjodohan Nayra dan Devan. “Ya Allah.. Jika ini jalan terbaik dari MU untuk hamba maka akan hamba jalanin dengan senang hati demi kebahagiaan orang tua. Hamba yakin semua ini yang terbaik buat hamba. Moga akan ada kebahagiaan selalu dari perjodohan ini. Bimbingan hamba untuk menjadi seorang istri yang baik untuk suami aku kelak Ya Allah” ucap Nayra yang berdoa dalam hati sembari menatap bintang di langit yang berkelip dengan indah Pagi menjelang matahari mulai menyinari dan menghangatkan bumi. Nayra tengah duduk di meja makan bersama orang tuanya. “Nay.. Nanti siang jangan lupa fitting baju ya sama Devan. Nanti Devan akan jemput kamu di sekolah” ucap Ibu Nayra mengingatkan “Iya bu. Nayra tidak lupa. Nayra juga akan mengajukan cuti hari ini bu” balas Nayra sebelum meminum s**u hangat dimeja “Makasih ya Nay sudah menerima perjodohan ini. Ibu bahagia Nay” “Iya bu. Nay senang jika ayah dan ibu bahagia. Nay berangkat dulu ya bu soalnya hari ini Nay piket” Nayra mencium punggung tangan ayah dan ibu berpamitan “Hati-hati sayang” “Iya bu. Assalamu’alaikum” “Wa’alaikumsalam” Nayra melajukan mobil kesayangannya menuju sekolah lebih pagi dari biasanya untuk menghindari macet agar cepat sampai di sekolah. “Piket Nay?”tanya Alma “Sahabat lakhnat jadwal teman sendiri nggak hapal” jawab Nayra ketus “Sory.. Aku sibuk jadi lupa Nay” tukas Alma tertawa “Sibuk nguntit cowo. Wew” Nayra menjulurkan lidah meledek Alma “Sialan kamu Nay” “Tapi benar kan Al?” “Udah diam. Udah sarapan belum Nay? Apa puasa?” “Aku nggak pernah puasa hari selasa kecuali bayar utang puasa tutup botol” “Iya iya. Udah jangan manyun ntar cepat tua. Berarti udah sarapan donk Nay” “Pasti donk udah sarapan” “Aku sarapan sendiri donk ini” “Bodo amat. Kalau mau makan di kantor apa di kantin sana. Malu tahu dilihatan anak didik kalau makan disini” “Bodo amat ah. Aku mau makan disini ntar kalau udah bel kan anak-anak pada masuk. Sekalian nemenin kamu piket. Lagian aku nggak ada jam pertama dan kedua” “Terserah kamu deh” Nayra membalas siswa yang menjabat tangan dan menyapanya dimeja piket. Tak lama kemudian Nayra memencet bel tanda masuk. Alma langsung makan dimeja piket saat anak-anak sudah berada didalam kelas dan suasana sudah sepi. “Astaghfirullah. Beneran makan disini ini orang. Kirain becanda doank” “Emang sejak kapan kamu lihat aku becanda?” “Sering. Sejak SMP. Sejak SMP aku juga sering lihat kamu ditolak cowo”Nayra tertawa terbahak meledek Alma Alam membekap mulut Nayra dengan tangannya untuk menghentikan tawanya. “Lo lupa ini jam pelajaran hah” “Ups. Sorry.. Habis lucu kalau ingat jaman SMP. Lo udah nakal dari kecil ya” “Daripada lo hidup datar-datar saja. Nggak ada seninya” “Biarin. Paling nggak gue nggak nambahin dosa” “Ih.. Dasar” “Cepetan makannya sebelum ada yang lihat. Ntar yang ada lo kena tegur” “Iya iya. Bawel amat sih lo” “Ye. Diingetin malah nyolot” Nayra memeriksa buku piket sedangkan Alma melanjutkan sarapannya hingga tandas. Waktu pulang sekolah tiba. Setelah membereskan meja piket dan finger print Nayra menuju gerbang sekolah menunggu Devan untuk fitting baju bersama. Beberapa menit kemudian Devan sampai di sekolah Nayra. Nayra langsung masuk ke mobil saat Devan membunyikan klakson tanda menyuruh Nayra masuk mobil. “Maaf saya telat tadi ada meeting dadakan” ucap Devan sembari memutar kemudian meninggalkan sekolah Nayra “Iya. Tidak apa-apa. Saya maklum kamu orang sibuk. Saya juga baru keluar” balas Nayra sembari memasang sabuk pengaman “Hari ini kita akan fitting baju dan beli cincin sekaligus. Tadi mama telepon katanya kita yang beli cincin. Biar kita bisa milih” “Iya. Saya ngikut saja” Devan dan Nayra sampai dibutik langganan keluarga Devan. Mereka langsung bertemu pemilik butik dan melakukan fitting baju. Setelah fitting baju mereka menuju toko perhiasan yang letaknya di sebuah mall tidak jauh dari butik langganan keluarga Devan. “Kamu saja yang pilih cincinnya” “Saya ikut bapak saja. Lebih baik bapak yang pilih cincinnya” “Kamu suka yang model apa?” “Terserah bapak saja. Apapun pilihan bapak saya setuju” “Baiklah” Devan memilih sepasang cincin berhiaskan blue saphire yang sangat indah. Selesai memilih cincin mereka langsung pulang. “Pak.. Bisa minta tolong antar saya ke sekolah lagi?” “Kenapa?” “Saya mau ambil mobil pak” “Mobil kamu sudah di rumah kamu. Tadi orang saya sudah mengantar mobil kamu ke rumah” “Serius pak” “Ngapain sih aku saya bohong. Nanti tinggal lihat saja kalau udah sampai rumah biar tahu saya bohong apa nggak” “Makasih pak” “Hem” Devan hanya menjawab dengan deheman lalu kembali fokus kejalanan Hari yang ditunggu oleh kedua keluarga lebih tepatnya orang tua Devan dan Nayra akhirnya tiba. Hari ini pernikahan Devan dan Nayra akan berlangsung di rumah Nayra secara sederhana sesuai dengan keinginan mereka. Pernikahan anak dua keluarga pengusaha sukses yang sangat berpengaruh di negara ini hanya dihadiri oleh keluarga dekat dan sahabat Devan dan Nayra. Alma terkejut saat mendapat telepon dari Nayra semalam untuk datang ke pernikahan nya hari ini. ‘Dasar sahabat laknat. Nikahan ngomongnya dadakan. Gue kan nggak bisa nyalon dulu' umpatan yang Alma ucapkan ke Nayra saat mendapat telepon dari Nayra semalam Ijab kabul diucapkan dengan lantang dan tegas satu kali tarikan nafas oleh Devan. Suara DAH menggema diruang tamu rumah keluarga Nayra yang telah didekorasi dengan sederhana namun elegan. Devan dan Nayra sungkem ke orang tua mereka lalu mereka mendapat ucapan selamat dari saudara dan sahabatnya yang menghadiri pernikahan mereka. “Selamat Nay yang laknat. Kasih tahu mau nikah kaya kasih tahu mau ada ulangan pakai acara dadakan. Awas aja kalau habis ini ada kabar dadakan lagi lo tiba-tiba udah ditanam saham dulu” ketus Alma menjabat tangan Nayra dan cipika cipiki “Enak aja. Gini-gini gue masih ori”cerocos Nayra tidak Terima dengan ucapan Alma “Iya. Gue percaya orang lo jomblo dari lahir. Beruntung suami lo dapatin lo yang masih ori” “Itu mulut bisa disaring nggak kalau ngomong sih Al” “Hehehehe.. Sorry.. Habis kebiasaan Nay. Gue mau makan dulu sekalian cari cowo ganteng ah” “Bodo amat” Alma meninggalkan Nayra menuju meja hidangan yang telah tersaji berbagai macam makanan yang sangat lezat untuk disantap. Nayra hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya sejak kecil itu yang tidak berubah sama sekali jika sudah melihat makanan. Satu persatu tamu sudah mulai pulang. Acara pernikahan pun telah usai. Devan dan Nayra kini berada di kamar Nayra. Mereka akan menginap di rumah orang tua Nayra sebelum Devan membawa Nayra pindah ke mansion pribadinya esok hari. “Apa kita akan ada perjanjian tertulis seperti dinovel pak?” Nayra memberanikan diri bertanya untuk memperjelas hubungan pernikahan mereka mau dibawa kemana nantinya “Kita tidak akan bikin perjanjian apa-apa. Aku akan mencoba menerima dan menjalani pernikahan ini. Jangan terlalu berharap cinta dari aku di pernikahan ini karena aku orang yang sulit untuk jatuh cinta selain ke ibu aku” “Baiklah. Apakah saya masih boleh bekerja pak?” “Saya tidak akan pernah melarang kamu bekerja dan berbuat sesuka kamu. Asal kamu masih tahu aturan dan batasan sebagai seorang istri. Kita jangan mencampuri privasi kita masing-masing” “Baiklah pak. Saya mengerti” “Satu hal lagi. Jangan pernah panggil saya bapak karena saya bukan bapak kamu dan berhenti berbicara formal ketika kita sedang berdua” “Baik. Terus aku harus panggil apa?” “Terserah. Asal bukan bapak” “Kalau panggil mas boleh?” “Terserah” “Mas mau mandi dulu apa nanti?” “Kamu duluan saja” “Baiklah. Aku mandi dulu” Nayra melangkahkan kaki menuju kamar mandi membersihkan badan yang sudah terasa lengket Devan memandang kamar Stella. Kamar yang luas dengan dekorasi yang tidak ada kesan girly sama sekali namun terlihat rapi dan nyaman untuk ditempati. Devan menatap sebuah foto dalam figura yang terpajang didinding kamar. Nayra dalam balutan hijab pink sangat cantik saat wisuda. “Wanita yang cantik. Semoga pilihan yang tepat dari ibu dan cinta cepat tumbuh” Gumam Devan Nayra keluar dari kamar mandi dengan piyama berbahan satin yang tadi sekaligus dibawa ke kamar mandi untuk ganti. “Mas.. Ayo mandi. Terus kita sholat Isya bareng” ucap Nayra sembari mengeringkan rambut dengan handuk “Sholat?” tanya Devan terbata-bata karena Devan lupa kapan terakhir kali sholat “Iya mas. Sholat. Ibadah ke Allah. Umat Islam kan wajib sholat mas” “Ta tapi aku lama banget nggak sholat Nay” “Nanti kita belajar bareng mas. Buruan mandi mas. Udah malam” Devan masuk ke kamar mandi sedangkan Nayra menyiapkan perlengkapan sholat mereka sembari menunggu Devan selesai mandi. Setelah Devan selesai mandi mereka sholat Isya bersama. Posisi Devan masih sejajajr dengab Nayra karena Devan masih belajar sholat. Selesai sholat Devan dan Nayra membaringkan tubuh dikasur king size Nayra. Nayra yang merasa kaku dan tidak biasa tidur dengan cowo merasa aman setelah Devan berjanji tidak akan menyentuhnya sebelum ada cinta diantara mereka. Devan dan Nayra tidur dengan lelap karena lelah hari ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD