Chapter 4

1003 Words
BRAAKK! Suara dentuman pintu terdengar nyaring dari ruang tamu membuat si pemilik rumah terkejut dan menatap tajam kearah seseorang yang tadi membuat keributan.Di sana Tian bisa melihat Riani dengan wajah tak santainya. "Bisa lebih santai sedikit?  Harga pintu itu jauh  lebih mahal dari bayaranmu semalaman." ujar Tian tajam membuat Riani berdecih. "Cih! Kenapa? Kau ingin meniduriku untuk membayar pintu ini? Bahkan vaginaku masih sakit sampai sekarang. Kau mau menelanjangiku dan memasuki lubangku lagi?" seolah kehilangan rasa malu, Riani berkata begitu bebas.  Bahkan saat itu ia tahu beberapa ART Tian ada di rumah dan sedang melakukan pekerjaan mereka.tapi memang dasar Riani, ia tak akan membuat dirinya repot dengan hal seperti itu. "Cih.  Wanita tak bermoral."rutuk Tian. "Kau yang pria tak bermoral.  Apa? Jaminan? Yang berhutan itu orangtuaku, kenapa aku yang kau siksa? Apa salahku? Kau meniduriku seolah tak ada lagi hari esok. Apa kewanitaanku begitu nikmat? Ha?" Sial...! Tak tahan dengan ocehan tak berguna Riani, Tian pun memilih mendekati wanita itu. ia berdiri dan berjalan dengan cepat menaiki anak tangga dan semakin lama semakin dekat dengan Riani. wanita itu mendadak panik sampai ia tak sadar sudah meremas daun pintu begitu kuat. "Ma...mau apa kau?" teriak Riani cemas. Namun tak ada jawaban dari Tian. Pria itu terus mendekat. "Ja..jangan mendekat. Hei..aku bilang jangan mendekat..!!" Seringai mengejek muncul dari wajah Tian. Tahu keadaannya darurat, Riani langsung berlari berbalik masuk ke dalam kamarnya dan langsung menutup pintu. Namun, belum pintu tertutup, tubuh Tian sudah menahan dengan kuat, mendorongnya keras sampai pintu itu terbuka. Sedangkan Riani terdorong kebelakang. BLAAMM!! Tian yang marah, seketika membanting pintu itu tajam. "Kau ingin memancingku?" ucap Tian tajam. Pria itu terus maju mendekati Riani, namun gadis itu mundur ketakutan. "A..apa maksudmu??" "Cih! Apa maksudku? Kau bilang apa maksudku? Kau memancingku sayang? Kau ingin aku masuki lagi?" Deg! Riani merasakan jantungnya bergemuruh. Menatap mata tajam Tian membuat semua tulangnya serasa melunak. Tanpa bisa dikontrol lagi oleh Riani, gadis itu langsung meluruh kelantai, namun segera ditangkap oleh Tian. "Cih! Baru kutatap kau sudah lemas..." ledek Tian. Ia mendekatkan mulutnya ke arah telinga Riani, "apalagi kumasuki.." Riani memejamkan matanya saat bibir Tian mengecup lehernya, mencipkatan sensasi geli yang selalu menjadi titik lemahnya. "Aaghh..." erang Riani tanpa ia sadari. Dengan cepat, ia menutup mulutnya. Merutuki dirinya yang dengan mudah menerima sentuhan memabukkan dari seorang Tian. "Ck! Dasar murahan. Jangan bereaksi berlebihan.." ucap Tian tajam. Pria itu mendorong Riani hingga telentang di kasur. Lalu menatapnya sebentar dan keluar dari kamar. Sedangkan Riani, ia nyaris mati jantungan karena ulah pria luar biasa tampan, Tian.   ***** Tian membanting pintu kamarnya kuat. Setelah keluar dari kamar Riani, ia langsung berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu itu segera saat ia sudah sampai di dalam. "Shit... Tubuhku kenapa?" rutuk Tian kesal. Ia tak bisa menjelaskan reaksi tubuhnya saat melihat Riani dari dekat. Ia menatap kejantanannya lirih. Jelas terlihat kalau miliknya menegang dan jujur, terjepit seperti itu membuatnya terasa ngilu. Dengan cepat Tian melepaskan celana jeans nya dan menyisakan boxer longgar sebagai lampisan. "Haaahh...  Sial... Apa-apaan ini. Kenapa kau bisa menegang begini?" rutuk Tian yang berbicara pada kejantanannya sendiri. Mungkin jika Riani melihatnya, atau Bastian melihatnya, ia akan sangat sangat malu. "Sepertinya air dingin akan membantu...oh ayolaah, ini masih pagi untuk kau meniduri gadis sialan itu..." "Jangan macam-macam Tian." "Tapi aku butuh sarang..." "Kocok sendiri?" "Jangan gila, jika ada wanita yang siap kau masuki.." "Tapi ini masih pagi.." "Persetan dengan pagi.." Tian tak bisa berpikir jernih lagi. Ia mengenakan celana training longgar dan keluar kamarnya menuju kamar Riani. Memuaskan nafsunya dan melapaskan semua cairan yang sudah tertimbun dari semalam.   ***** Braakkk! "Ya Tuhan..." Riani terlonjak kaget saat pintu kamar terbuka dengan kasar. "Tian?" panggilnya heran. Bukan jawaban yang Riani dapat, justru sebuah tatapan berkabut dari pria itu. Riani hafal tatapan itu, itu tatapan yang Tian keluarkan saat mereka berhubungan intim. "Jangan sekarang Tian. Vaginaku masih perih.." pinta Riani. Namun tak digubris sedikit pun oleh Tian. Pria itu terus mendekat dan menarik tubuh Riani menuju kasur. Merukukkan Riani di pinggir kasur lalu dengan cepat Tian menarik celana wanita itu turun. "Tidak, tidak kumohon Tian. Aku belum siap." rengek Riani memohon. Tian mengocok miliknya sebentar lalu  menuangkan pelumas yang ada di kamar itu. Pelumas itu sengaja Tian letakkan di sana. Apabila kondisinya seperti ini, pelumas itu sangat berguna. Riani terus mengelak. Ia mencoba menggerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan agar Tian tak berhasil memasukinya. bahkan ia mencoba naik ke atas ranjang untuk bisa berlari menuju sudut kasur di depannya, tapi sepertinya usaha itu sia-sia. malah hal tersebut berhasil memancing emosi Tian. Tanpa hitungan, Tian menarik b****g Riani kuat dan menahan dengan kedua tangannya lalu memasuki Riani cepat, membuat wanita itu bergetar hebat. Ia kesakitan. k*********a yang dimasuki paksa oleh kejantanan Tian, membuatnya bergetar menahan sakit. Sedangkan Tian, Ia langsung melenguh nikmat. Lenguhan yang siapapun mendengarnya, mereka tahu kalau Tian tengah menikmati senggamanya. "Shiitt. Kau nikmat Riani.." lenguhnya. Tian tak menunggu lama. Ia lebih memilih menggoyangkan langsung pinggulnya maju mundur. Sedangkan Riani, yang tadi kesakitan, kini merasakan geli teramat sangat di k*********a. Geli bercampur nikmat. Dirasakan Riani. Apalagi saat kejantanan Tian keluar sampai ujung lubangnya lalu dihentakkan kembali ke dalam secara kuat. "Aagghh.." desah keduanya yang mulai saling menikmati. "Tian..Tian, aku...aku..." Riani tak bisa berkata-kata. Ia akan sampai, saraf-sarafnya sudah merespon, pangkal pahanya semakin menggeli, apalagi hentakan Tian yang kuat membuat semua tubuhnya menikmati kenikmatan itu. "Aku...akuu...aaagghhhh...." lenguh panjang Riani menjadi penanda kalau dirinya sudah keluar. Namun kocokan kuat dari Tian belum juga selesai. Tian membalik tubuh Riani sampai wanita itu telentang di pinggiran ranjang.  Saat Tian kembali bergerak,  Riani mencoba membantu Tian dengan mencubiti puncak d**a Tian membuat desahan pria itu semakin b*******h. Kocokan itu semakin cepat sampai Tian mendorong miliknya jauh ke dalam.... "Aaagghh..." semburan hangat membanjiri liang senggama Riani. Kedutan kejantanan Tian saat menyemburkan s****a bisa dirasakan oleh Wanita itu. Keduanya sama-sama bergetar. Peluh keluar cukup banyak di wajah keduanya. Tian yang merasa kedutanannya sudah habis, langsung mencabut kejantanannya yang sudah kembali loyo. "Pastikan kau minum obat pencegah kehamilan mu..!" perintah Tian sebelum pria itu keluar dari kamar Riani. Riani masih sibuk mengatur nafasnya. Ia membawa jemarinya untuk menyentuh kemaluan miliknya yang pasti sudah penuh dengan cairan Tian. Dan benar saja, s****a Tian tak tertampung semua. Ada yang meleber turun keluar. "Apa yang terjadi jika aku tak meminum obat itu, Tian?" ucap Riani pelan sembari menatap pintu yang menjadi pembatas ia dan Tian saat ini... *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD