Chapter 2

1163 Words
"Pakai ini!" Riani melirik ke samping. Baju? Sexy sekali? Kenapa ia harus mengenakan baju se sexy ini? "Buat apa?" "Pakai saja. Dan jangan banyak tanya." “Kau pikir aku penari stripis? Kau ingin aku meliuk-liuk di hadapanmu? Mati saja kau.!” Ucap Riani penuh emosi. Pria tersebut mendekati Riani dan berbisik membuat Riani bergidik ngeri, “Kau pakai, atau saat ini juga kau hanya tinggal nama..” Tinggal nama? Jangan sampai. Ia masih ingin hidup. Riani menjangkau stelan tersebut dengan tangannya yang sudah dilepas ikatannya oleh Tian. "Ini teralu seksi!" ucap Riani lirih. Sedangkan Tian hanya mendengus jijik saat mendengarnya. "Lima menit lagi aku kembali. Jika baju itu belum kau pakai, terima hukuman dariku." Blaamm. Suara pintu yang tertutup keras membuat gadis itu terperanjap. Riani melirik baju yang ia pegang dengan lirih. Hotpant pendek dan sangat pendek berwarna pink. Jika dibagian pinggang celana itu begitu pas bagi Riani, namun dibagian yang seharusnya berfungsi menutup pantatnya, bagian tersebut begitu longgar. Mungkin saat ia mengangkat kakinya ke atas, sudah bisa dipastikan celana itu akan memperlihatkan k*********a yang tak tertutup celana dalam. Karena celana dalamnya yang tadi Tian gunting. Dengan ragu,  Riani memakainya.  Dan benar perkiraannya, celana ini sangat kebesaran dibagian bokongnya. Cklekk! Riani terkejut saat pintu terbuka menampilkan sosok Tian yang hanya menggunakan celana pendek kebesaran. Dengan cepat, Riani berlari menuju ranjang dan meraih selimut untuk menutupi tubuhnya. "Buka!" perintah Tian. Riani menggeleng takut. "Buka sialan...!" Tian menyentak selimut tersebut hingga membuat Riani terpekik. Tanpa aba-aba, Tian menarik tubuh Riani dan membalikkannya menjadi posisi menungging. "Aaghhh..." pekik Riani saat pantatnya ditampar cukup kuat oleh Tian. "Tian....." panggilnya lirih. Tian tak menjawab. Ia justru semakin sibuk meremas b****g seksi yang berhasil menaikkan nafsunya itu. Dengan perlahan, Tian memainkan jemarinya tepat di belah v****a Riani yang masih tertutup celana pendek. Aaaghhhh.. Riani mendesah tak karuan. Ini bukan pertama kalinya bagi gadis itu bermain dengan k******s. Dia pernah melakukannya, saat ia SMA kelas satu. Saat ia membaca sebuah cerita dalam salah satu situs novel Online. Disana tanpa sengaja ia menemukan sebuah cerita dengan rating 20 tahun ke atas. Awalnya ia tak mau masuk, namun sinopsis yang diberikan oleh penulis membuatnya penasaran. Begitulah Riani. Gadis yang selalu saja penasaran walaupun ia tahu itu tidak baik. Pernah di halaman kesekiannya, Riani membaca pemeran utama perempuan memainkan klitorisnya sendiri. Disana diceritakan rasanya sungguh nikmat. Seperti kau terbang menggapai sebuah kenyamanan. Karena rasa penasaran itulah, Riani mencoba menyentuh daging kenyal miliknya itu. Ia menelanjangai tubuh bagian bawahnya dan mengangkang sesuai yang dilakukan pemeran wanita dalam novel yang ia baca. Pertama kali melihat jemarinya mendekati klitorisnya sendiri, membuat Riani merasakan geli padahal belum tersentuh. Namun saat telunjuknya mulai bersentuhan dengan puncak daging itu, tubuhnya meremang merasakan geli, namun geli itu membuatnya ketagihan, ingin lagi dan lagi. Di sanalah Riani tahu nikmatnya mansturbasi. Dan disana jugalah o*****e pertamanya ia rasakan. Kalian tahu? Rasanya tubuhmu digelitik, namun dibalik rasa geli itu, ada rasa nikmat yang kalian sendiri akan sulit untuk menggambarkannya. Bisa dikatakan, sejak hari itu Riani selalu melepas penat dan kegelisahan hatinya dengan memainkan k******s kenyal miliknya. membuat seluruh tubuh seksi itu menegang sampai bergetar nikmat. Kembali pada Tian, pria itu masih betah menggelitiki k******s Riani dengan ibu jarinya. Padahal belum tersentuh langsung oleh pria itu, namun Riani sudah menggelinjang keenakan. Ia sudah seperti p*****r yang biasa digerayangi p****************g. Aaghh... Ini nikmat. Gila sangat gila... Riani menceracau dalam hatinya. Ia jujur mengatakan ini gila. Saat ia menyentuhnya sendiri, rasanya tak senikmat ini. Ini lebih nikmat. Sangat nikmat. "Ternyata kau sudah handal dalam berekspresi. Seperti p*****r profesional." ejek Tian dengan bibir terangkat sebelah ke atas. Riani tak menjawab. Ia tahu ia sudah seperti p*****r. Padahal ini pertama kalinya laki-laki menyentuh tubuhnya. Tapi kenapa ia bereaksi segila ini. Harusnya ia sama seperti gadis-gadis lain yang tahu kalau sebentar lagi ia akan kehilangan keperawanan. Namun bukannya berteriak, ia malah menikmati permainan jemari milik Tian yang menggesek vaginanya. Tian menarik celana kebesaran itu ke samping, memunculkan bibir v****a Riani yang sudah terbuka dan sedikit membengkak karena terangsang hebat. Jemari Tian bahkan sudah licin saat menggesek secara langsung daging itu karena cairan milik Riani yang keluar, menjadi pelumas untuk jemari Tian bermain dan menggesek lembut. Pekikan Riani langsung menggema saat Tian secara tiba-tiba menggigit sedikit kuat dan memainkan dengan lidahnya. "Ssshhhagg..Tiaann..." erang Riani yang sudah nyaris gila. Ia tidak tahu harus melakukan apa untuk menyalurkan kenikmatan gila yang ia rasakan. Ini sungguh gila, dan ia tak ingin kegilaan ini berakhir. "Tiaan..aagghh..yang kuat aku mohon. Hisap lagi..aagghh..." Pelacur handal. Itulah yang ada dalam benak Tian. Ia menyeringai. Dengan cepat ia berdiri dengan lututnya dan menurunkan celana pendek yang ia pakai. Di sana sudah sangat keras. Kejantanan milik Tian sudah sangat keras. Dengan ujung yang memerah, urat-urat pada batang yang sangat telihat. Menambah panas dan seksinya pria itu. Tian memijit sebentar kejantanannya yang memiliki panjang lima belas senti meter dengan lingkaran yang cukup lebar. Karena dia cukup puas dengan miliknya tanpa perlu mengukur diameter kejantanannya. Buktinya, v****a wanita-wanita itu selalu puas jika sudah diaduk oleh kejantanannya. Tanpa aba-aba, Tian menempelkan ujung kejantanannya satu detik tepat di lubang kenikmatan milik Riani lalu menekan kuat masuk ke dalam membuat Riani menjerit kesakitan. "Aaauuu..sakiiittt..." rintih Riani. Sakit yang sangat sakit. Rasanya seperti di sobek oleh silet. Tanpa memberikan istirahat sebentar, Riani kembali terpekik kesakitan saat Tian mengocok, memaju mundurkan penisnya dengan cepat. Bahkan jemari Riani mengepal keras menahan sakit di k*********a. "Brengsek... Ini sakit. Pelankan Tian.!!" teriak Riani, namun pria itu tak memelankan sedikitpun. Malah semakin dihentak kuat oleh Tian. Pria itu seperti kesetanan saat merasakan v****a Riani menjepit penisnya yang semakin menegang. Tubuh Riani sudah maju mundur seirama hentakan kuat Tian pada intu tubuh mereka. "s**t! Kau p*****r nikmat Riani.." geram Tian semakin menggila. Ia tak bisa mengendalikan nafsunya saat pertama kali kejantanannya menembus perawan wanita yang sedang ia masuki ini. Riani menginjang hebat saat ujung p***s Tian mengetuk pintu rahimnya. "Seberapa panjang milik Tian? s**t! Ini nikmat..." guman Riani yang mulai merasakan efek hentakan dari pria itu. "Gghmmm... Tian... Aku..." "Jangan dulu.. Aku belum keluar. Tahan kalau tidak, kau akan kubuat kesulitan berjalan esok pagi..." geram Tian sambil terus menghentak kencang kejantanannya. "b******k! Kau gadis paling nikmat yang pernah aku coba Riani. Vaginamu sungguh nikmat. Bahkan pelacurku yang lain tak senikmat ini." racau pria itu. Aaghhhh... Riani mencoba menahan untuk tak sampai lebih dulu, namun hentakan kuat yang Tian ciptakan seolah memancingnya untuk keluar lebih awal. "Tidak..tidak..aku sudah tidak tahan..Tian..Tiaaann..." Riani mengerang sambil mendesah saat gelombang kenikmatan itu datang. Tubuhnya bergetar hebat,  kedua kakinya bahkan tak henti bergetar, kedua jemari kakinya tertekuk ke bawah menahan gelombang tersebut. Ia kesulitan menahan gelombang yang datang. Semuanya berhasil membuatnya melayang. Apalagi Riani yang saat itu sedang menungging, tak mampu menumpu lagi tubuhnya dan alhasil ia terkulai kebawah.  Sedangkan Tian, pria itu mengeluarkan miliknya pelas untuk merasakan kedutan dari Riani. Riani sudah tertelungkup. Namun Tian masih asik mengeluar masukkan miliknya yang tegang. Bahkan ia meremas bongkahan p****t Riani dan menariknya ke atas hingga membuat kemaluan Riani yang ia masuki semakin terlihat menantang. Padahal saat itu lubang kenikmatan itu sedang dipenuhi oleh miliknya. "Sialan.. Ini nikmat.  Kedutkan terus.. Aaghhh... Kau p*****r ternikmat sayank.." Kedutan v****a Riani semakin membuat Tian gila. Pijatan yang v****a wanita itu berikan pada penisnya semakin membuat dirinya gila. Mengambil kesempatan karena Riani keluar lebih dulu, Tian pun mengekuarkan smirk nya dan menatap Riani dari belakang. "He..!! Kau melanggar sayang. Dan sekarang, rasakan hukumanmu.." Aaaghhhhh....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD