Liana tersenyum manis. “Selamat pagi, Pak Dewa,” sapanya riang. Sejujurnya, dia merasa heran dengan sikap sahabat Resty ini. Seingatnya, perempuan dengan rambut coklat sebahu ini tidak pernah datang ke rumah sakit pada pagi hari. “Pagi sekali, Li,” ujar Dewa menyatakan keheranannya. Dia duduk di sebelah kiri Farid, dan Liana sebelah kanan. “Iya, Pak. Sekalian bawain sarapan buat Om Farid dan Pak Dewa,” jawabnya santai. Laki-laki itu makin heran dengan jawaban perempuan itu. Tidak biasanya membawakan sarapan. Diliriknya Farid yang tampak asyik dengan bubur ayam yang bisa jadi dibawakan oleh perempuan yang usianya sebaya dengan Resty tersebut. “Dimakan, Pak. Saya nengok Resty dulu ya,” kata Liana seraya berdiri, bermaksud untuk ke dalam. “Pak, nanti bareng ya,” pinta Liana. Dewa mengan

