5. Cuma Mimpi

1008 Words
"Lo mau ke mana, Fy?" tanya Via berbisik saat Via melihat Ify bukannya masuk ke area sekolah, tapi Ify malah menyetop taksi yang lewat. Ify tidak menjawab pertanyaan Via, dia langsung masuk ke dalam taksi begitu saja meninggalkan Via sendirian. Tadinya Via berniat ingin mengikuti Ify, tapi Via sudah lebih dulu mendapat pesan dari Ify yang mengatakan kalau dia tidak perlu menyusulnya atau Ify akan membunuhnya. "Ish, dia sedikit-sedikit mau bunuh gue, tapi nggak dibunuh-bunuh juga," gumam Via seraya masuk ke dalam lingkup sekolah. Sementara Ify, dia hafal betul alamat rumah dan kebun mawar milik Rio. Dia ingin menghampiri Rio ke rumahnya serta meminta penjelasan lagi kepada Rio mengenai apa yang masih dia khawatirkan kemarin. Semoga Rio ada di rumah. Batin Ify sambil berharap kalau dia bisa bertemu lagi dengan Rio. Tibalah taksi yang ditumpangi Ify tadi di depan pintu gerbang rumah Rio. Ify melihat-lihat dengan saksama dan memastikan kalau dia tidak salah alamat. Terlebih lagi, kemarin Ify sudah berada di dalam mobil dari dalam rumah. "Enggak kok, gue yakin kalau ini rumahnya Rio. Lagian nggak ada rumah lain lagi selain gerbang rumah ini di sini," gumam Ify sambil celingak-celinguk melihat ke sekitar untuk memastikan apakah di sekitar sana ada orang yang dia kenal atau tidak. "Gue nggak mungkin masuk gitu aja. Secara, di dalam isinya kembang mawar semua," kata Ify sambil berpikir, bagaimana caranya dia masuk ke rumah Rio. Ify tidak mengkhawatirkan tentang Rio yang mungkin akan marah kalau dia membobol ke dalam, tapi yang jadi masalahnya itu karena memang Ify tidak bisa menghadapi phobia yang dia alami karena bunga mawar. "Kamu ngapain lagi ke sini?" Sebuah suara mengalihkan perhatian Ify. Ify menoleh ke kiri, dia melihat Rio baru saja datang. Sepertinya lelaki itu baru saja kembali dari supermarket karena di tangannya ada sekantong keresek berisi sayuran. "Akhirnya gue ketemu lo juga di sini. Ayo kita masuk," ajak Ify seraya menggamit lengan Rio tanpa menjawab pertanyaan Rio terlebih dulu. Rio heran, dia tidak mengerti kenapa Ify bisa kembali ke rumahnya. Padahal setelah Rio ingat-ingat kemarin, Ify sama sekali tidak memerhatikan jalanan dan hanya menunduk. Bahkan Ify tidak bertanya mengenai alamat rumahnya. "Kamu mau apa ke sini?" tanya Rio lagi keheranan. "Sudah, lo nggak usah banyak tanya. Gue mau ngelihat Mama gue lagi di dalam sana," balas Ify sambil menarik Rio buat segera membuka pintu gerbang rumahnya. "Karena di dalam isinya bunga mawar semua, jadi lo harus nuntun gue sampai ke dalam." Ify memerintah Rio seenaknya sendiri. Rio mengernyitkan keningnya, tapi dia tetap melakukan apa yang Ify katakan. Lelaki itu menuntun Ify selama dia berjalan menyusuri jalanan menuju rumahnya. Ify mengintip sedikit demi sedikit keadaan sekitar. Dia lagi-lagi menarik tangan Rio ke tempat di mana kemarin Ify melihat Kalina. Rio mendesah, karena tujuan Ify menemuinya itu hanya karena Kalina. "Pokoknya lo harus bantuin gue buat ketemu sama Mama gue," pinta Ify tak berperasaan. "Aku sudah bilang, kalau semua itu hanyalah tipuan belaka," sahut Rio melepaskan paksa tangan Ify dari pergelangan tangannya. Ify masih belum kapok, dia terus saja membujuk Rio sampai Rio jadi bingung, dengan cara apa lagi dia menolak keinginan Ify kali ini. "Pokoknya gue bakal tidur di rumah lo kalau lo nggak mau bantuin gue buat ketemu Mama," rengek Ify bagai anak kecil, tapi rengekannya itu lebih ekstrem dari kemauan anak kecil. Rio mendesah pelan, dia terjebak dalam keadaan ini. Ify memang sangat-sangat keras kepala. Padahal Rio sudah bilang berkali-kali bahwa apa yang terjadi kemarin itu hanyalah tipuan belaka. "Ya sudah, aku akan bantu," jawab Rio menyanggupi permintaan Ify. Ify tampak gembira mendengarnya, dia bersiap dan menunggu apa yang akan Rio lakukan setelah ini. Hingga tak lama, Rio meletakkan kantong kereseknya dan menatap fokus ke depan. "Kamu lihat ke depan," titah Rio kepada Ify supaya Ify bisa bersiap. Ify menurut, dia melihat ke arah depan mereka. Itu adalah tempat yang sama dengan Ify melihat ada Kalina yang keluar dari cahaya tersebut. Rio mulai menggerakkan tangannya tanpa sepengetahuan Ify. Perlahan-lahan sekarang Ify melihat ada sebuah cahaya yang begitu terang dan membuat Ify ingin masuk ke dalamnya karena penasaran. Untungnya Rio bisa dengan sigap buat tidak ikut pindah alam. "Mama," ujar Ify lirih sambil melihat Kalina yang ada di cahaya tersebut. Ify menangis, dia mengulurkan tangannya dan ingin meraih Kalina tapi Ify tidak dapat menjangkaunya. Dia sengaja menjauhkan bayangan Kalina tanpa sepengetahuan Ify. Dari tempatnya berdiri, Rio menyaksikan gadis yang kemarin dia tolong itu telah berdiri di depan sebuah lorong waktu. Ify masih bertahan di tempatnya tanpa ingin mengejar bayangan Kalina yang semakin lama semakin menjauh. Rio mendesah lega, karena setidaknya gadis tadi tidak akan memikirkan tentang kakaknya lagi. "Kenapa dia bisa terjebak di sini?" tanya Rio pada dirinya sendiri. "Dia siapa?" sebuah pertanyaan barusan menyadarkan Rio tiba-tiba. Ketika Rio membuka kedua kelopak matanya, dia sedikit kaget dan bingung karena pasalnya pemandangan yang dia lihat pertama kali bukanlah taman bunga mawar, melainkan wajah Raga yang kini tampak kebingungan seolah sedang menunggu kepastian dari dewan direksi semua," Rio tambah bingung lagi ketika dia melihat ke sekitar, ternyata dirinya sedang berada di kamar tidurnya. "Kamu kenapa?" tanya Raga lagi karena penasaran, tak mendapat jawaban dari Rio. "Hah? Enggak! Aku enggak kenapa-napa." sahutnya sambil menggelengkan kepalanya. Setelah diingat-ingat oleh Rio, ternyata dirinya dari tadi tertidur lelap karena merasa tidak sanggup ketika tubuhnya kesakitan dibarengi dengan proses pemotongan tangkai-tangkai bunga mawar di taman sekeliling rumahnya. "Ternyata cuma mimpi." desah Rio lagi yang baru saja tersadar bahwa apa yang telah dia alami hanyalah sebuah mimpi bukan kenyataan. "Apaan? Kamu mimpi apaan?" karena penasaran, Raga yang awalnya ingin pergi jadi kembali duduk di samping tubuh Rio. Dia memandangi wajah temannya lekat-lekat, berharap Rio akan mengatakan sesuatu kepadanya. Rio menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Raga. Dia sendiri masih bingung akan mimpinya. Padahal tadi seingat Rio, dia sedang bersama Ify di depan halaman rumahnya dan sedang membantu Ify bertemu Kalina. Namun sekarang Rio bingung kenapa dia berada di kamarnya sendiri. "Aku sedari tadi memang tidur?" tanya Rio kepada Raga untuk memastikan. Raga menganggukkan kepala sebagai jawaban. Dia mengiyakan apa kata Rio, dan jawaban Raga itu membuat Rio semakin yakin kalau dia tadi memang bermimpi mengenai Ify.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD