09 - Cemburu? - √

2012 Words
  5 hari sudah berlalu sejak Inez pergi ke Bandung.   Setelah malam itu, malam di mana secara tidak langsung, Nesya menolak untuk memberi tahu Arsa di mana Inez berada, Arsa tidak lagi berusaha untuk mencari tahu ke kota mana Inez pergi.   Arsa menjalani hari-harinya seperti biasa. Pagi-pagi sekali, Arsa pergi ke rumah sakit untuk bekerja, dan setelah itu pulang ke rumah, lalu istirahat.   Selama 5 hari ini, Arsa menahan diri untuk tidak lagi menghubungi Inez. Arsa tidak tahu, apa ponsel Inez sudah aktif atau belum? Karena Arsa memang tidak pernah lagi mencoba untuk menghubungi Inez.   Bagaimana hubungan Arsa dan Nesya setelah kejadian beberapa hari yang lalu?   Hubungan keduanya baik-baik saja, karena memang tak ada alasan untuk Arsa marah pada sang adik atas apa yang sudah Nesya katakan padanya beberapa hari yang lalu.   Hari ini adalah hari jumat, dan hari ini, Arsa akan mengantar Nesya untuk berkonsultasi dengan Dokter kandungannya. Mereka tidak akan pergi berdua, tapi juga akan pergi bersama dengan Reno.   Sejak 1 jam yang lalu, Arsa, Reno, dan juga Nesya sudah berada di rumah sakit.   Nesya sudah selesai melakukan konsultasi dengan Dokter kandungannya. Konsultasi berjalan dengan lancar, dan mulai besok lusa, Nesya akan menginap di rumah sakit mengingat hari melahirkannya sebentar lagi.   Reno dan Nesya berencana untuk mendokumentasikan tentang detik-detik sebelum Nesya melahirkan, kerena itulah akan ada banyak sekali persiapan yang harus di lakukan.   Saat ini mereka bertiga berada di lift yang akan membawa mereka menuju basement, tempat di mana mobil milik Arsa terpakir.   Arsa baru saja keluar dari lift begitu ia mendengar ada notif yang muncul di ponselnya. Langkah Arsa terhenti, begitu pun dengan langkah Reno dan juga Nesya yang saat ini berada di belakang Arsa.   Arsa meraih ponselnya, memeriksa notif apa yang baru saja berbunyi. Ternyata notif tersebut dari salah satu akun media sosialnya.   Begitu tahu kalau notif tersebut adalah notif yang memberi tahu dirinya jika Inez baru saja memposting foto di akun social medianya, Arsa segera mengklik notif tersebut.   Ternyata Inez memposting banyak sekali foto, dan foto-foto tersebut di ambil dari jarak dekat.   Dalam foto-foto tersebut Inez tidak sendiri, tapi bersama dengan orang lain.   Tanpa Arsa sadari, Reno dan Nesya mengintip dari balik punggungnya. Pasangan suami istri tersebut bisa melihat dengan jelas foto yang beberapa saat lalu baru saja Inez posting di akun social medianya.   "Dia siapa? Kok Nesya kek pernah lihat ya?" Nesya menunjuk pria yang berdiri di tengah, antara Inez dan Ayunda. Nesya bisa denhan cepat mengenali Ayunda jarena ia memang sering melakukan komunikasi dengan Ayunda. Terkadang jika Inez tidak bisa di hubungi, maka Nesya akan menghubungi Ayunda.   "Dia Malik, salah satu asistennya Inez." Asra menyahut ketus. Entah kenapa, ia merasa luar biasa kesal begitu tahu kalau Malik juga pergi bersama dengan Inez.   Ya, Inez melakukan selfie bersama dengan Malik juga Ayunda. Ketiganya sama-sama tersenyum dengan lebar, dan entah kenapa, Arsa merasa kesal saat melihat Inez yang tampak baik-baik saja, berbeda dengan dirinya yang selama beberapa hari belakangan ini tidak semangat karena terus memikirkan Inez.   "Oh, Malik. Pantesan wajahnya familiar banget, ternyata dia Malik asistennya Kak Inez." Nesya akhirnya bisa mengingat siapa pria tersebut.   Wajar saja kalau Nesya tidak terlalu mengenali Malik, karena penampilan Malik yang dulu dan sekarang sangatlah berbeda. Dulu, Malik sangat cupu, kalau sekarang, Malik terlihat sangat jantan, kesan cupu yang dulu melekat pada pria itu sudah tidak lagi terlihat.   Nesya sangat jarang bertemu Malik, jadi wajar saja kalau ia terkejut dengan perubahan drastis yang terjadi pada diri Malik. Nesya yakin, kalau saat ini pasti ada banyak sekali wanita yang terpesona pada Malik. Style yang Malik gunakan seperti aktor-aktor Korea, dan untungnya wajah Malik juga sangat mendukung.   "Alhamdulillah ya, sekarang Malik makin ganteng aja." Reno dengan tulus memberi pujian pada Malik meskipun saat ini Malik tidak ada di dekatnya.   Arsa sontak menoleh, menatap tajam Reno. Hatinya semakin kesal begitu mendengar pujian yang baru saja Reno ucapkan.   "Apa? Apa ada yang salah dengan ucapan gue?" Reno membalas tatapan Asra dengan kening berkerut dan alis bertaut, bahkan kedua tangannya kini bersedekap.   Reno memang sengaja memuji Malik di hadapan Arsa agar Arsa semakin kesal.   Arsa mendengus, lalu mematikan layar ponselnya, membuat layar ponselnya menjadi gelap gulita. Setelah itu, Arsa melajutkan langkahnya dengan mulut yang mulai menggerutu.   Reno dan Nesya saling pandang, lalu keduanya sama-sama mengedikan bahu. Keduanya kembali melajutkan langkah mereka, mengikuti langkah Arsa yang saat ini sudah keluar dari rumah sakit.   "Abang!"   Teriakan Nesya berhasil menghentikan langkah Arsa. Arsa menarik dalam nafasnya, lalu berbalik menghadap Nesya. "Apa?"   Nesya tidak menjawab pertanyaan Arsa, tapi semakin mempercepat langkahnya menghampiri Arsa. Begitu sudah berdiri tepat di depan Arsa, Nesya mengamati mimik wajah sang Abang dengan seksama. Saat itulah Nesya sadar kalau raut wajah Arsa terlihat sangat menyeramkan dengan amarah yang terpancar jelas di kedua matanya.   "Kenapa? Abang cemburu ya lihat Kak Inez sama Malik?" Nesya bertanya ketus, tak lupa untuk memberi Arsa tatapan sinis.   Dengan cepat, Arsa menggeleng, lalu membatah tuduhan Nesya dengan sangat tegas. "Tidak! Tentu saja tidak, untuk apa Abang cemburu?"   "Lo emang cemburu!" Reno ingin sekali mengatakan kalimat tersebut sambil berteriak sekaligus menoyor kepala Arsa, tapi tentu saja ia tidak bisa melakukan hal itu, terlebih saat ini mereka ada di tempat umum.   "Abang hanya menganggap Inez sebagai adik, tidak akan pernah lebih dari itu." Saat mengatakan kalimat tersebut, mata Arsa dan Nesya terus saling pandang, karena itulah Nesya percaya dengan jawaban yang Arsa berikan.   Sementara Reno memutar jengah bola matanya tat kala mendengar jawaban Arsa. Adik? Yang benar saja? Jika memang Arsa menganggap Inez sebagai adiknya, maka seharusnya Arsa dan Inez tidak melakukan adegan intim, seperti berciuman.   Reno pernah melihat Arsa dan Inez yang sedang berciuman, dan kejadian tersebut Reno lihat beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika Arsa sakit.   Itu bukan kali pertama Reno melihat Arsa dan Inez berciuman, tapi Reno juga pernah melihat keduanya berciuman, 2 bulan setelah ia dan Nesya menikah. Reno hanya bisa berdoa, semoga saja Arsa dan Inez sama-sama tidak lepas kendali, karena ia yakin kalau keduanya pasti sering bermesraan.   "Baguslah kalau begitu. Abang enggak pantas buat Kak Inez, karena Kak Inez layak mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Abang." Nesya menepuk bahu Arsa, setelah itu pergi dari hadapan Arsa.   Nesya mengatakan kalimat tersebut dengan sangat santai, seolah tak peduli kalau bisa saja ucapannya menyakiti hati serta perasaan Arsa.   Arsa luar biasa terkejut begitu mendengar ucapan Nesya, bahkan kini kedua matanya melotot dengan mulut yang sedikit terbuka, sedangkan Reno hanya terkekeh.   Reno mentertawakan ucapan Nesya pada Kakak iparnya, tapi di saat yang bersamaan, ia juga mentertawakan reaksi Arsa atas ucapan Nesya.   "Sabar ya, tapi istri gue kalau ngomong suka bener sih. Lo emang enggak cocok buat Inez." Sama seperti Nesya, Reno menepuk bahu kanan Arsa, lalu menyusul sang istri.   "Dasar suami istri menyebalkan," gerutu Arsa pada akhirnya. Arsa mengacak rambutnya, merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa membalas ucapan Nesya. Tadi ia terlalu terkejut dengan ucapan Nesya sampai akhirnya ia malah bengong.   "Abang, pintu mobilnya buka!"   Teriakan membaha Nesya berhasil menyadarkan Arsa dari lamunannya.   Arsa menarik dalam nafasnya, lalu menghembuskannya secara perlahan. Arsa berbalik, lalu menekan tombol yang ada di kunci mobilnya agar pintu mobil terbuka.   Begitu pintu mobil sudah tidak lagi terkunci, Reno dan Nesya segera memasuki mobil. Arsa kembali melajutkan langkanya, mendekati mobilnya yang berada tepat di hadapannya.   Reno dan Nesya duduk di kursi belakang, sedangkan Arsa duduk di kursi kemudi, karena mereka memang tidak memakai jasa supir.   Awalnya Arsa akan memakai supir, tapi Nesya menolak dan mengatakan kalau ia ingin agar Arsa yang menjadi supir. Arsa ingin sekali menolak, tapi ia tidak tega.   "Jadi, kita mau pergi ke mana lagi?" Arsa memasang sabuk pengaman, lalu melajukan mobilnya keluar dari basement.   "Kita pergi ke studio foto, ambil foto maternity Nesya sama Abang Reno." Nesya menyahut penuh semangat. 2 minggu yang lalu, dirinya dan sang suami melakukan sesi foto maternity, dan sekarang hasilnya sudah bisa di ambil. Nesya jadi tidak sabar, karena Nesya ingin segera melihatnya.   "Baiklah." Arsa tidak akan menolak, karena sejak awal ia sudah berjanji akan mengantar ke mana pun Nesya pergi.   Hanya butuh waktu tak lebih dari 15 menit untuk ketiganya sampai di studio foto tempat di mana sebelumnya Nesya dan sang suami melakukan sesi foto maternity.   Saat ini, Arsa, Reno, dan Nesya sedang melihat-lihat hasil fotonya. Foto yang saat ini mereka lihat ada dalam album, sedangkan foto yang terpasang dalam figura sudah Reno dan Arsa masukkan ke dalam mobil.     "Bagaimana? Bagus gak?" Pertanyaan tersebut Nesya tunjukkan pada sang Abang, Arsa. Nesya ingin tahu apa pendapat Arsa tentang foto-foto maternity dirinya dan sang suami.   "Bagus." Arsa menjawab singkat.   "Kok jawabannya gitu sih?" Nesya bertanya ketus, dibarengi dengan raut wajahnya yang berubah masam.   "Astaga Nesya, terus kamu mau Abang bilang kalau foto maternity kamu sama Reno jelek? Iya?" Arsa tak habis pikir, bisa-bisanya Nesya kesal dengan jawaban yang ia berikan.   "Ya enggak sih." Nesya menyahut judes.   "Terus?" Arsa menatap bingung sang adik. Arsa jadi ingin tahu, jawaban seperti apa yang ingin Nesya dengar darinya?   "Sudah-sudah, sekarang sudah waktunya kita makan siang. Sebaiknya kita segera selesaikan ini, lalu pergi makan siang." Reno menyela, tak ingin ada keributan antara Arsa dan Nesya.   Raut wajah Nesya yang sebelumnya tampak kesal kini berubah menjadi ceria. Alasannya karena kini Nesya mulai membayangkan tentang makanan yang enak-enak masuk ke dalam mulutnya. "Baiklah, ayo kita makan siang. Nesya sudah lapar," ucapnya penuh semangat.   "Kamu mau makan di mana?"   Nesya lantas menjawab pertanyaan Arsa, memberi tahu sang Abang di restoran mana ia ingin makan siang.   Jarak dari studio foto ke restoran tersebut cukup jauh, tapi Arsa sama sekali tidak mengeluh karena ia ingin sekali makan di restoran tersebut mengingat ia sudah lama tidak berkunjung ke sana.   Restoran yang Nesya ingin kunjungi adalah restoran milik Inez.   20 menit kemudian, mereka sampai di restoran tersebut.   Nesya ingin makan di ruang tertutup, jadi Arsa segera memesan ruang VVIP.   "Kak Arsa!"   Nesya mendengus begitu mendengar ada yang memanggil Arsa. Tanpa berbalik menghadap asal suara, Nesya sudah tahu siapa pemilik suara tersebut. Suara siapa lagi kalau bukan suara Erlina. Orang yang kehadirannya sama sekali tidak Nesya harapkan.   Langkah Arsa, Reno, juga Nesya terhenti begitu mereka mendengar teriakan tersebut. Ketiganya berbalik, dan benar saja, orang yang berteriak memanggil Arsa memang Erlina.   Erlina segera menghampiri ketiganya dengan penuh semangat, bahkan senyum manis senantiasa menghiasi wajahnya.   "Kalian semua baru datang ya?"   "Iya, kita baru datang." Renolah yang menjawab pertanyaan Erlina, karena Reno tahu kalau Arsa ataupun Nesya tidak akan menjawab pertanyaan Erlina mengingat suasana hati keduanya tidak sedang memburuk.   Sejak melihat foto yang Inez unggah di akun social medianya, suasana hati Arsa memburuk, begitupun dengan Nesya. Tapi penyebab suasana hati Nesya memburuk bukan karena melihat Inez dengan pria lain, tapi karena kini bertemu dengan Erlina.   "Boleh gak kalau Erlina ikut makan siang bareng?" Erlina berharap kalau ia bisa makan siang bersama dengan ketiganya.   "Maaf, gue enggak mau lo ikut makan siang bareng. Gue cuma mau makan sama keluarga gue doang." Nesya yakin kalau suaminya pasti akan kebingungan ataupun merasa tak enak untuk menolak Erlina, karena itulah ia akhirnya bersuara.   Sebenarnya Nesya malas berbicara dengan Erlina, tapi ia tidak punya pilihan lain selain menjawab pertanyaan Erlina.   Setelah menjawab pertanyaan Erlina, Nesya menuju ruang VVIP. Sementara Reno dan Arsa terlebih dahulu meminta maaf pada Erlina karena tidak bisa mengajak Erlina makan siang dengan mereka, setelah itu barulah mereka berdua menyusul Nesya.   Erlina tentu saja sangat kesal karena tidak bisa ikut makan siang bersama mereka bertiga, tapi ia tidak bisa berbuat apapun. Tidak mungkin ia menerobos mengikuti ketiganya, yang ada nanti Nesya marah lagi padanya. Erlina tidak mau Nesya marah padanya, karena jika sampai Nesya marah padanya, maka Arsa juga pasti akan sangat marah padanya.   Gagal sudah rencananya untuk melakukan pendekatan dengan Arsa. Ini bukan kegagagal pertamanya, karena itulah Erlina sedikit frustasi.   Sejak Kakaknya pergi ke luar kota, Erlina sudah mencoba melakukan pendekatan pada Arsa. Mulai dari datang ke rumah sakit saat jam makan siang tiba, dengan tujuan mengajak Arsa makan siang bersama, yang selalu berakhir dengan gagal. ArsA menolak tawaran makan siang dengannya karena Arsa sibuk bekerja. Lalu hari selanjutnya ia datang pagi-pagi ke kediaman Arsa sambil membawakan sarapan, dan mengalami akhir yang sama, gagal.   Semua rencananya gagal, tidak ada satupun yang berhasil. Tapi Erlina tidak akan menyerah, ia akan terus melakukan pendekatan pada Arsa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD