18 - Menikmatinya - √

2146 Words
Hampir 3 minggu sudah berlalu sejak kesepakatan antara Arsa dan Inez berlaku. Setiap hari minggu, Arsa dan Inez akan menghabiskan waktu bersama. Minggu pertama, Arsa mengajak Inez jalan-jalan ke kota Bogor. Pada minggu kedua, Arsa mengajak Inez jalan-jalan keliling kota Jakarta. Tentu saja mereka hanya berdua, karena memang sahabat-sahabat mereka tidak mereka ajak ikut untuk jalan-jalan. Hampir setiap hari, selama 3 minggu belakangan ini, Arsa selalu mengantar Inez ke butik. Inez selalu bisa berangkat bersama Arsa, tapi tidak selalu bisa pulang bersama dengan Arsa, karena terkadang Arsa akan pulang larut malam, atau sebaliknya, Inez yang pulang larut malam. Apa Inez menikmati kebersamaannya dengan Arsa selama hampir 3 minggu belakangan ini? Inez akan menjawab dengan jujur, dan jawabannya adalah, iya. Ia sangat menikmati kebersamaannya dengan Arsa selama 3 minggu belakangan ini. Inez merasa dirinya dan Arsa seperti sepasang kekasih, meskipun ia tahu kalau Arsa tidak merasakan hal yang sama seperti apa yang ia rasakan. Hari ini adalah hari minggu, dan Inez akan kembali menghabiskan waktunya dengan Arsa. Jika 2 hari minggu sebelumnya Arsa dan Inez pergi jalan-jalan, dan hanya pergi berdua, maka hari ini mereka tidak akan pergi jalan-jalan. Arsa dan Inez akan pergi berkunjung ke rumah Reno dan Nesya, mereka bukan hanya akan pergi berdua, tapi akan pergi bersama dengan sahabat mereka yang lainnya. Malam ini, mereka semua akan melakukan pesta barbeque di kediaman Reno dan Nesya. Mereka sudah lama tidak kumpul bersama, dan mereka merindukan kebersamaan tersebut. Orang yang memberi usul untuk melakukan pesta barbeque adalah Inez. Semua orang langsung setuju, dan awalnya, pesta barbeque akan di adakan di restoran milik Inez. Rencana untuk melakukan pesta di restoran Inez gagal, karena Nesya memberi saran yang jauh lebih baik, yaitu melakukan pesta barbeque di rumahnya. Reno dan Nesya tidak akan bisa ikut melakukan pesta barbeque jika pesta tersebut di adakan di restoran Inez, karena pasti Lio dan Lia akan rewel. Jika pesta tersebut di lakukan di kediaman mereka, maka mereka bisa jauh lebih santai. Reno dan Nesya juga meminta agar para sahabat mereka menginap karena toh hari senin libur. Keysa, Inez, dan Inez adalah yang paling bersemangat. Mereka sudah lama tidak berkumpul bersama, jadi mereka sudah bisa membayangkan betapa serunya jika mereka bisa berkumpul lagi. Saat ini Inez masih di rumah, tapi Inez sudah siap untuk pergi ke kediaman Reno dan Nesya. Inez sudah berada dalam lift yang sedang bergerak turun, begitu lift terbuka, Inez segera keluar dari lift. Inez menghampiri sang Ayah yang sedang menonton televisi di ruang keluarga. Sang Ayah hanya sendiri, karena mungkin sang Ibu sedang berada di kamarnya. Narendra menyadari kehadiran Inez begitu ia mendengar suara langkah kaki mendekat. "Wah, putri Ayah cantik sekali. Mau jalan-jalan ya?" "Iya Ayah, malam ini Inez sama sahabat Inez mau kumpul di rumah Reno dan Nesya, bolehkan?" Inez duduk di samping Narendra. "Tentu saja boleh. Kamu sama sahabat kamu mau menginap di sana?" "Iya, boleh gak kalau Inez menginap di rumah Reno dan Nesya? Hari senin kan tanggal merah, jadi Inez tidak pergi ke butik." "Tentu saja boleh." Narendra tidak akan melarang Inez untuk menginap di kediaman Reno dan Nesya, toh Inez tidak akan sendiri, tapi Bersam dengan sahabatnya yang lain. Tak lama kemudian, terdengar suara mobil, dan mobil tersebut saat ini berhenti tepat di depan pintu utama. "Itu pasti Arsa," gumam Inez sambil melirik ke depan. "Kamu berangkat sama Arsa?" "Iya Ayah, Inez berangkat sama Arsa. Sahabat Inez yang lain langsung ke rumah Reno dan Nesya karena memang rumah mereka dekat. Kalau harus jemput Inez ke sini, kasihan. Soalnya jauh banget." "Ya sudah sana, hati-hati ya Sayang." Inez lalu pamit undur diri. Inez memang ingin segera pergi sebelum Ibunya ataupun Erlina datang. Jika Ashila tahu kalau ia akan pergi bersama Arsa, lalu menginap di rumah Reno dan Nesya, akan ada 2 kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan pertama adalah Ashila yang akan melarangnya untuk pergi. Jika tidak bisa melarangnya untuk pergi, maka Ashila akan meminta agar dirinya mengajak Erlina untuk ikut. Inez tidak mau Erlina ikut, jadi akan jauh lebih baik kalau ia berangkat sekarang sebelum keduanya keluar dari kamar. Lebih baik Ashila dan Erlina tahu kalau dirinya pergi dan akan menginap di kediaman Reno juga Nesya setelah ia tidak ada di rumah. Inez bertemu dengan Arsa di ruang tamu. Arsa akan pamit terlebih dahulu pada Ayah Inez, karena itulah Arsa meminta agar Inez menunggunya di mobil. Tak sampai 5 menit kemudian, Arsa kembali. Mereka lalu pergi menuju kediaman Reno dan Nesya. Bahan-bahan untuk acara barbeque malam ini semuanya sudah di sediakan oleh Reno dan Nesya, jadi mereka tidak perlu membawa apapun. Arsa dan Inez sama-sama berdoa sekaligus berharap kalau jalanan tidak macet agar mereka bisa sampai di tempat tujuan tepat waktu. Tak berselang lama setelah mobil Arsa pergi, Ashila dan Erlina datang. Saat ini, Ibu dan anak tersebut sudah berada di ruang keluarga, duduk di sofa yang berbeda dengan Narendra. "Ayah, tadi suara mobil siapa?" Ashila mendengar suara mobil datang, karena itulah ia berpikir ada tamu yang datang, tapi saat ini ia tidak melihat siapapun. "Oh, itu tadi mobil Arsa." "Kak Arsa tadi ke sini?" Bukan Ashila yang bertanya, tapi Erlina. Begitu mendengar nama Arsa, Erlina seketika merasa sangat bersemangat. "Iya, itu tadi suara mobil Arsa." Ashila dan Erlina dengan kompak mengedarkan pandangannya ke segala penjuru rumah, mencari di mana Arsa berada. "Terus Kak Arsanya mana, Ayah?" Lagi-lagi Erlina bertanya penuh semangat. "Sudah pergi lagi." "Pergi sama Inez ya? Ke mana?" Kali ini giliran Ashila yang bertanya. Ashila yakin kalau Arsa datang untuk menjemput Inez, sama seperti hari-hari sebelumnya. "Mereka pergi ke rumah Reno dan Nesya, mau ada pesta barbeque. Inez juga akan menginap di sana bersama dengan sahabatnya yang lain." Ashila dan Erlina seketika kesal, dan yang paling kesal adalah Ashila. Sekarang Ashila menyesal karena tadi tidak keluar dari kamar lebih cepat, jika saja ia keluar kamar lebih cepat, pasti ia bisa mencegah kepergian Inez. Sama seperti Ashila, Erlina juga kesal karena tidak keluar dari kamar sejak tadi. Seandainya saja ia tahu kalau Arsa dan Inez akan pergi, pasti ia akan ikut. "Ya sudah, ayo kita makan malam. Ayah sudah lapar." Narendra beranjak dari duduknya, lalu pergi menuju ruang makan. Ashila dan Erlina mengikuti langkah Narendra dengan raut wajah yang sama-sama kesal. Ashila ingin sekali mendebat sang suami, karena sang suami sudah memberinya ijin Inez untuk menginap di luar, tapi Erlina juga pernah melakukan hal yang sama dengan Inez, jadi ia rasa itu percuma saja. *** Doa serta harapan dari Arsa dan Inez terkabul. Keduanya sampai di kediaman Reno dan Nesya tepat waktu. Saat sampai di kediaman Reno dan Nesya, semua sahabat mereka sudah datang. Mereka berempat sedang berkumpul di ruang keluarga bersama dengan Lio dan Lia. Arion, Reifan, Keysa, serta Asyifa sedang sibuk berdebat. Mereka berempat berebut untuk bisa menggendong Lio dan Lia yang memang sangat lucu sekaligus menggemaskan. Mungkin Lio dan Lia pusing begitu mendengar suara perdebatan yang ada, karena itulah kedua bayi kembar tersebut dengan kompak menangis. Tangisan keduanya cukup memekakan telinga siapapun yang mendengarnya. Mereka semua panik, kecuali Arsa dan Inez. Arsa berteriak memanggil sang adik, setelah itu, ia segera mengambil alih Lio dari gendongan Reifan, sementara Inez mengambil alih Lia dari gendongan Keysa. Keduanya terus menimang Lio dan Lia sambil menunggu kedatangan Nesya. Tak lama kemudian, Reno dan Nesya muncul dari arah berbeda. Nesya muncul dari kamar, sementara Reno muncul dari arah dapur dengan mulut yang penuh dengan makanan. Reno mengambil alih Lio, sementara Nesya mengambil alih Lia. Keduanya lalu pergi ke kamar, sedangkan Arsa dan Inez juga yang lainnya pergi ke halaman belakang, tempat di mana mereka akan melakukan pesta barbeque. Malam semakin larut, tapi pesta barbeque belum juga selesai. Saat ini, Arion, Reifan, Keysa, dan Asyifa masih berada di halaman belakang. Mereka berempat masih mengobrol. Arsa dan Inezlah yang menjadi bahan obrolan keempatnya. Mereka sedang membicarakan Arsa dan Inez yang semakin hari jadi semakin dekat, layaknya sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara. Tadi Keysa sempat bertanya pada Inez, apa Inez dan Arsa pacaran? Inez mengatakan kalau dirinya dan Arsa tidak berpacaran. Keysa dan Asyifa tentu saja terkejut, tapi tak merasa aneh, karena mereka tahu bagaimana Arsa. Kedua perempuan itu malah kesal pada Arsa, dan sudah menasehati Inez agar tidak terbawa perasaan oleh Arsa yang bersikap manis layaknya kekasih. Padahal tanpa mereka berdua ketahui, Inez sudah jatuh cinta pada Arsa. Saat tahu kalau Arsa dan Inez sudah tidak bersama dengan para sahabatnya yang lain, Reno dan Nesya segera pergi ke kamar yang akan Arsa tempati. Keduanya ingin tahu, apa yang saat ini sedang Arsa dan Inez lakukan. Saat ini, Reno dan Nesya sudah berdiri di depan kamar milik Arsa. Nesya baru saja akan mengetuk pintu kamar, tapi niat tersebut segera ia urungkan begitu ia mendengar suara dari dalam kamar sang Kakak. Nesya meminta agar sang suami diam, lalu ia menempelkan telinganya di pintu, diikuti oleh Reno yang juga melakukan hal yang sama. Saat ini, wajah Reno dan Nesya saling berhadapan-hadapan.. "Aw! Pelan-pelan dong, sakit tahu." Arsa meringis, lalu mengeluh kesakitan. Reno dan Nesya saling pandang dengan mata melotot. "Iya, ini juga udah paling pelan kok. Kamu tahan dong, masa segitu aja kesakitan." "Ah, aduh-aduh." Arsa kembali meringis kesakitan. Saat mendengar suara Arsa lagi, pasangan suami istri tersebut sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Apalagi ketika mendengar ucapan Inez selanjutnya. "Aku hisap ya? Mau?" Nesya membekap mulutnya, lain halnya dengan Reno yang malah terkekeh. Inez membuka pintu kamar. Saat pintu tersebut Inez buka, Reno dan Nesya hampir saja terjatuh, dan untung saja mereka tidak terjatuh. Pasangan suami istri tersebut lantas berdiri, salah tingkah. Keduanya benar-benar terkejut, tak menyangka kalau pintu tersebut akan terbuka? Sepertinya tadi mereka terlalu fokus pada suara Arsa sampai tidak bisa mendengar suara langkah kaki Inez. "Kalian berdua ngapain?" Inez bersedekap, menatap Reno dan Nesya secara bergantian dengan tatapan mata yang sangat tajam. Nesya menyikut perut sang suami, tapi Reno malah balik menyikut sang istri. Pada akhirnya, keduanya saling sikut menyikut dan saling adu tatapan tajam. Reno meminta agar sang istri menjawab pertanyaan Inez, begitupula dengan Nesya yang meminta agar sang suami menjawab pertanyaan Inez. "Kalian pasti berpikir kalau kita berdua sedang melakukan hal yang tidak-tidak, iyakan?" Inez bertanya sinis. "Eh, enggak kok." Nesyalah yang membantah, dan Reno mengangguk, mendukung jawaban sang istri. Inez berdecak, tentu saja tidak percaya dengan jawaban yang Nesys berikan. Tapi Inez tidak akan ambil pusing, karena saat ini ia harus segera mengobati Arsa. "Kaki sama tangan Abang kamu terluka, kamu punya obat-obatannya gak?" "Hah, kaki sama tangan Abang luka?" Ulang Nesya memperjelas. "Iya, kakinya kena bara api dan tangannya kena irisan pisau." Inez meringis, pusing sendiri saat melihat tangan Arsa teriris pisau. Untung saja selama 2 minggu ke depan ini Arsa tidak memiliki jadwal operasi mengingat tangannya terluka cukup parah. Reno dan Nesya seketika merasa bersalah karena tadi mereka sudah berpikir yang tidak-tidak tentang Arsa dan Inez, padahal sebenarnya Inez sedang mengobati luka Arsa. "Sebentar, biar gue ambil dulu obatnya." Tanpa menunggu persetujuan Inez, Reno pergi mengambil kotak obat, sementara Nesya segera menghampiri sang Abang untuk melihat kaki dan juga tangannya. Setelah memberikan Inez kotak obat, Reno dan Nesya pergi meninggalkan kamar Arsa. Keduanya kembali ke kamar, bersiap untuk istirahat. Hari ini sangat melelahkan, karena itulah mereka akan segera istirahat sebelum nanti malam terbangun lagi karena tangisan kedua anak kembar mereka, Lio dan Lia. Inez sudah berjongkok di depan Arsa, lalu mulai mengobati kaki kanan Arsa yang terluka. Tangan Arsa sudah Inez obati, jadi sekarang tinggal kaki Arsa yang harus Inez obati. "Mau mencobanya?" Pertanyaan Arsa berhasil membuat Inez kebingungan. Inez mendongak, menatap Arsa dengan kening berkerut dalam. "Mencoba apa?" "Menurut kamu, apa yang tadi Reno dan Nesya pikirkan?" Pertanyaan yang selanjutnya Arsa berikan membuat Inez tahu apa maksud dari pertanyaan Arsa sebelumnya. Inez berdeham, lalu menunduk, dan fokus untuk mengobati luka di kaki Arsa. Inez mengabaikan pertanyaan Arsa, memilih untuk tidak menjawab pertanyaan pria di hadapannya ini. "Kenapa diam?" Arsa meraih dagu Inez, lalu mengangkat wajah Inez. Tatapan mata mereka bersibobrok, dan keduanya cukup lama melakukan kontak mata sebelum akhirnya Inez memilih untuk menunduk. Semakin lama melakukan kontak mata dengan Arsa, maka Inez bisa merasakan betapa besarnya rasa ia ingin memiliki pria itu. Arsa diam, terus memperhatikan Inez yang sedang mengobati luka di kakinya. Arsa tidak mau menggoda Inez, ia takut kalau godaan yang ia berikan hanya akan membuat dirinya sendiri merasa tersiksa. "Sudah selesai." Inez lega karena pada akhirnya ia selesai mengobati luka di kaki Arsa, itu artinya ia bisa segera pergi keluar dari kamar Arsa, dan pergi menuju kamarnya sendiri. Kamarnya dan kamar Arsa saling berhadapan-hadapan, begitupun dengan kamar yang lainnya. Inez lantas berdiri, dan pamit pada Arsa. "Kamu enggak mau menemani aku?" Pertanyaan yang Arsa ajukan berhasil menghentikan langkah kaki Inez. Inez memutar jengah bola matanya, kemudian menggeleng seraya berbalik menghadap Arsa. "Tentu saja tidak mau." Tolaknya tegas. "Sudah ah, ini sudah malam. Aku mau tidur, dan sebaiknya kamu juga tidur." Setelah itu, Inez bergegas pergi keluar dari kamar Arsa, meninggalkan Arsa yang kini memasang raut wajah masam. Arsa pikir, Inez akan menemaninya, tapi ternyata tidak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD