MBH 04

1368 Words
Tidak terasa waktu berjalan sangat cepat. Dua Minggu telah berlalu dan tepat pada hari ini acara pernikahan Myco dan Salwa dilangsungkan. Pernikahan yang sangat mewah pada hari itu dihadiri oleh para tamu undangan di ballroom hotel milik keluarga Mahesa. Suasana pesta pernikahan di d******i warna putih, warna favorit Salwa. Myco terlihat tampan dengan toxedo berwarna hitam yang melekat di tubuhnya. Sementara Salwa menunggu di belakang ruangan dengan ditemani sahabatnya - Rosa. Salwa menatap wajahnya yang sudah di rias sedemikian rupa oleh penata rias pilihan Mama nya. "Sumpah! Gue nggak nyangka sama sekali kalau lo hari ini mau nikah. Rasanya kayak mimpi di siang bolong." Salwa membuang napas panjang. "Apalagi gue yang akan menjalani. Ini benar-benar bukan mimpi gue nikah sama orang asing yang bahkan sampai sekarang pun gue nggak tahu rupa calon suami sendiri," ucapnya. Rosa mengusap pundak Salwa. "Memang sangat aneh. Dan gue nggak pernah mau ada posisi kayak lo gini." "Nggak apa-apa. Demi fasilitas yang tetap menjadi milik gue dan juga dapat harta warisan. Gue ikuti aja apa kemauan Papa sama Mama. Walau pernikahan ini terdengar sangat gila." Rosa menganggukan kepala beberapakali. "Terus gimana hubungan lo dan Nando? Putus?" "Tetap berlanjut. Gue sama Nando akan tetap berpacaran," ucap Salwa dengan santai. Rosa terkejut mendengarnya. "Apa? Gimana sama suami lo nanti?" "Gue nggak peduli. Gue sama Nando udah sepakat akan tetap berpacaran dan hanya akan menikah dalam waktu satu tahun, setelah itu gue akan minta cerai sama laki-laki itu. Dengan begitu gue dan Nando akan kembali bersama dan hidup bahagia." Rosa benar-benar tidak menyangka dengan jalan pikiran sahabatnya. "Lo sangat jahat, Salwa." "Sudahlah. Ini sudah menjadi keputusan gue," ujar Salwa. Samar-samar suara mikrofon terdengar dan acara akad nikah akan segera dimulai. Setelah membacakan doa sebelum melakukan prosesi akad nikah, Azka mulai mengulurkan tangan dan Myco menjabatnya dengan erat. Azka merasa ingin menangis saat ini juga. Karena ini adalah waktu saat dirinya harus melepaskan semua tanggung jawab Salwa kepada Myco. Dan Azka berharap, Salwa akan hidup bahagia dengan Bara. "Bismillahirrahmanirahim, Myco Septian Anzadello bin Arya Mahesa saya nikahkan engkau dengan putri saya Salwa Sabira binti Azka Renaldi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang seratus juta di bayar tunai!" "Saya terima nikahnya Salwa Sabira binti Azka Renaldi dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" Dengan satu tarikan napas Myco menjawabnya dengan lantang. "Sah?" Azka bertanya pada pihak saksi dari keluarga Salwa yaitu Dion dan saksi dari keluarga Bara adalah sepupunya. "Sah!" Kedua saksi menjawab serentak, membuat Myco dan semua orang bernapas lega. Setelah itu penghulu kembali membacakan doa. Sedangkan Salwa masih tidak menyangka jika dirinya kini telah menjadi istri dari laki-laki yang tidak ia kenal. "Rosa, gue sudah menjadi seorang istri." "Selamat, Sal. Walaupun ini bukan pernikahan impian lo, tapi gue turut merasa bahagia dan berharap lo bisa menerimanya dan melupakan Nando." Salwa menyerit bingung. "Lo kenapa sih, Ros? Ini cuma pernikahan sementara. Jangan gila." Rosa menghela napas panjang. "Entah kenapa, tapi gue lebih setuju kalau lo ninggalin Nando dan fokus menjalani rumah tangga yang benar sama suami lo. Gue juga merasa kalau Nando nggak baik buat lo. Dia cuma memanfaatkan harta kekayaan lo doang, Sal." Salwa tertawa pelan. "Nggak mungkin. Nando sangat mencintai gue begitupun dengan gue. Dan sampai kapanpun gue nggak akan bisa menerima pernikahan gila ini." Rosa membuang wajah ke arah lain. Salwa sangat keras kepala dan benar jika Salwa memang sudah dibutakan oleh cinta. Sejak awal Rosa sudah tidak menyetujui kalau Salwa pacaran dengan Nando. Jelas terlihat kalau Nando hanya memanfaatkan uang Salwa. Tak lama kemudian Gina datang menjemput Salwa. Gina memeluk erat tubuh Salwa. "Ayo, temui suami kamu." Gina berucap sambil mengusap bahu Salwa. Suami? Salwa tersenyum miris. Harusnya yang menjadi suami Salwa adalah Nando bukan orang lain. Myco memperhatikan sosok yang telah sah menjadi istrinya tengah berjalan menunduk di bimbing Gina, kemudian duduk di sampingnya. Bahkan setelah mereka mentandatangani semua berkas pernikahan, Salwa masih tertunduk. Rasanya dia tidak berani melihat suaminya, takut kalau yang di khawatirkannya selama ini benar terjadi. Dia sosok laki-laki tua, dengan perut buncit, dan berwajah m***m. Salwa tersentak kaget saat lengannya di raih tiba-tiba oleh seseorang yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Myco menyematkan cincin di jari manis Salwa, kemudian laki-laki itu mencium kening Salwa cukup lama. Dengan lengan bergetar, Salwa meraih cincin untuk di pasangkan di jari suaminya. Lalu Salwa meraih lengan Myco dan mencium punggung tangan suaminya itu. Dengan perlahan, Myco menaikan dagu Salwa hingga membuat keduanya saling menatap dalam diam. "Kamu terlihat sangat cantik, Istriku." Salwa terpaku menatap wajah tampan di depannya. Ekspetasinya yang selama ini ia takutkan ternyata tak seburuk kenyataan. Myco Septian Anzadello. Laki-laki yang telah resmi menjadi suaminya, terlihat sangat tampan. Bahkan jika dibandingkan dengan Nando, Myco jauh lebih unggul. Tak ingin larut dalam kekaguman, Salwa menggelengkan kepala. "Nggak. Seganteng apapun dia, gue tetap nggak cinta sama dia. Dan hanya Nando yang ada di hati gue," batin Salwa. ♡♡♡ Malam harinya, Salwa mengenakan dress berwarna putih, rambut ikalnya tergerai dengan tambahan mahkota sederhana di bagian atas kepala. Alunan suara biola mengiringi pesta dansa untuk memeriahkan acara. Myco dan Salwa melakukan dansa di tengah-tengah para tamu undangan. Tubuh mereka berdempetan, tangan saling melingkar, dan kaki bergerak ke kanan dan kiri. "Berhenti menatapku seperti ini!" Nada suara Salwa terdengar galak, saat Myco tak berhenti menatapnya. Myco tersenyum simpul. "Memang ada larangan untuk melihat istri sendiri?" Salwa memicing tak suka. "Nggak usah berlebihan. Saya terpaksa menikah denganmu karena perintah Papa dan Mama." "Ini adalah takdir dari Tuhan. Dan kita telah di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan karena takdir dari-Nya." Salwa terdiam sejenak. Sampai akhirnya membuka mulut untuk bicara. "Kata-katamu sangat bijak. Tapi saya percaya itu hanya sebuah pencitraan. Drama yang sangat bagus, Tuan." Myco tertawa pelan. "Kamu hanya cantik dari wajah tapi tidak dengan hatimu. Bagaimana bisa kamu berpikir buruk seperti itu pada suamimu sendiri?" "Memang itu kenyataannya," ujar Salwa mengangkat bahu acuh. Myco tersenyum. "Kamu sangat lucu. Dan saya sangat beruntung bisa mendapatkan kamu." Salwa tersenyum kecut. "Tapi tidak dengan saya. Ini adalah mimpi terburuk dalam hidup saya menikah denganmu." Myco tertawa, membuat Salwa kesal karena ucapannya di anggap remeh oleh Myco. "Saya akan tetap menanti waktu saat dimana kamu bisa menerima semua ini. Dan saya berharap kita sama-sama belajar untuk membuka hati dan menjalani rumah tangga yang normal seperti pasangan suami istri lainnya." "In your dream." Salwa menatap tanpa ekspresi. Myco menatap serius pada Salwa. "Kamu adalah rencana terbesar di hidupku. Sekalipun kamu tidak mempedulikanku selamanya." Salwa terdiam. Menatap dalam-dalam kedua bola mata Myco, berusaha mencari kebohongan namun ia tidak melihatnya. Terlibat kontak mata yang cukup lama dengan Myco membuat matanya kepanasan, Salwa memalingkan wajah ke arah lain lalu tanpa sengaja ia menangkap Nando yang berdiri di ujung kerumunan para tamu. Myco menyerit heran saat Salwa tiba-tiba melangkah pergi meninggalkannya tanpa permisi. Beruntung para tamu undangan sedang asik berdansa dengan pasangannya, jadi tidak terlalu memperhatikan pasangan pengantin baru itu. Salwa meraih lengan Nando lalu membawanya pergi ke tempat yang lebih sepi. "Kenapa kamu bisa ada di sini? Bagaimana kalau orangtuaku atau Bang Dion tahu?" Salwa menatap khawatir pada Nando. "Aku sangat mengkhawatirkan mu, Baby." "Aku baik-baik saja. Apa yang mesti kamu khawatirkan?" Salwa bertanya. "Sekarang kamu telah menikah dan aku lihat kalau suamimu itu sangat tampan. Aku khawatir kalau kamu akan terpesona padanya lalu meninggalkanku." Salwa tertawa pelan. Menurutnya Nando sangat lucu. Apa sampai saat ini Nando masih meragukan cinta dan kesetiaannya? "Aku nggak akan pernah berpaling darimu, Baby. Myco hanya suami sementara dan kamupun sudah mengetahuinya. Kamu cukup percaya padaku dan semua akan baik-baik saja." Nando menghela napas berat. Lalu mengangguk lemah. "Aku harap juga seperti itu." Salwa mengusap pipi Nando dengan telapak tangannya. Tersenyum hangat menatap kekasih hatinya. "Sekarang kamu pulang ya. Aku khawatir terjadi apa-apa sama kamu kalau sampai ketahuan Papa, Mama, atau Bang Dion." Nando mengangguk. "Baiklah. Aku sangat mencintaimu, Baby." Nando mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir ranum Salwa. Salwa mengakhiri ciuman itu. "Aku lebih mencintaimu. Hati-hati di jalan." Setelah itu, Nando melangkah pergi meninggalkan Salwa. Saat Salwa membalikan badan, ia dibuat terkejut oleh keberadaan Myco yang berdiri tepat di depannya. "Myco?" "Jangan katakan kalau dia adalah kekasihmu." Salwa menatap datar pada Myco. "Tapi dia memang kekasihku."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD