Melempar Kesalahan

1024 Words
"Aku gak zina!" Seru Bram. Kinan mengernyit menatap Bram yang justru membentaknya. "Aku udah nikah sama Ayu!" Bukan hanya Kinan, semua warga yang masih disana juga terkejut. "Ya ampun Bu Kinan!" "Dia menikah di belakang ibu?" "Wah kacau nih orang." Kinan merasa tubuhnya lemas tak bertenaga. Hatinya sakit bukan main dia bahkan menghiraukan ucapan- ucapan di sekitarnya "Menikah?" "Ya, kami sudah menikah!" ucap Bram dengan suara lantang. Namun melihat reaksi Kinan dia tersadar apa yang dia katakan. "Maafin aku, Kinan." Kinan mendenguskan kekehan. "Kamu menikah lagi di belakang aku tanpa aku tahu?" "Karena kalau aku bilang kamu gak akan setuju!" "Jelas! Jelas aku gak akan setuju. Wanita mana yang mau di madu, Mas! Kamu gila!" Teriakan Kinan membuat keheningan dari beberapa orang yang sejak tadi saling bicara sebab tak menyangka dengan apa yang terjadi. "Kalau sudah menikah pasti ada bukti kan?" ucap ketua RT menengahi. Kinan menatap Bram. "Iya, mana buktinya?" Bram menunduk lalu menggeleng. "Bisakah Pak Rt minta orang-orang pergi dulu." Tentu saja dia merasa malu sebab bagaimana pun apa yang terjadi mencoreng nama baiknya di mata tetangga. Kinan mengangguk dan Ketua RT mulai meminta semua orang untuk keluar, menyisakan Bram, Ayu, Kinan dan ketua RT itu sendiri. "Jadi gimana Pak Bram?" "Saya menikahi Ayu secara siri. Tapi kami punya saksi," jelas Bram. Kinan mendengus. Jelas saja. Karena hukum di Negara ini istri sah secara Negara hanya boleh satu. Terlebih saat menikah Bram tidak meminta izinnya sebagai istri pertama. "Jadi, bisa Pak Bram minta saksinya untuk datang?" "Bisa Pak Rt." Bram segera meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang. "Do, lo bisa kesini sekarang." Sepanjang Bram menghubungi sahabatnya itu mata Kinan tak berhenti menatap dengan mata tajam dan penuh kemarahan. Tentu saja, hanya sahabatnya yang bisa Bram jadikan saksi pernikahan mereka. "Sebentar lagi dia kesini, Pak." Tatapan Bram beralih pada Kinan. Pria itu bangkit dan meraih pakaiannya lalu menghampiri Kinan. "Sayang—" "Jangan sentuh aku dengan tangan kotor kamu, Mas!" Tatapan Kinan tertuju pada Ayu. "Kamu baru saja menyentuh wanita lain," desisnya. "Sayang, sudah aku bilang aku gak zina." "Tetap saja ini adalah pengkhianatan. Kamu menodai pernikahan kita. Aku mau kita cerai! Aku jijik sama kamu!" Bram terkekeh, mendengar ucapan Kinan egonya terluka. "Jijik? Kamu pikir aku melakukan ini karena apa? Kamu pikir aku selingkuh karena siapa?" Kinan mengerutkan keningnya. "Apa maksud kamu?" "Kamu pikir aku tahan sama istri yang sibuk seperti kamu?" Kinan menganga tak percaya dengan pembelaan Bram. Apa- apaan pria itu? "Kita hanya melakukannya tiga kali dalam seminggu itu pun kadang kamu nolak dengan alasan capek. Aku ini laki-laki. Dan aku gak bisa tahan." Kinan menyemburkan tawanya. "Kamu lucu. Gak kamu gila, Mas! Kamu melakukan itu karena aku sibuk?" Kinan menggeleng pelan. "Kamu menjadikan itu alasan buat nyalahin aku?" "Pertama, kamu gak pernah keberatan waktu aku nolak. Kamu bahkan bertingkah seolah kamu mengerti karena aku kelelahan." "Karena aku udah ada Ayu waktu itu!" Kinan tertegun. "Jadi sejak kapan kalian nikah?" "Lima bulan." Bram menunduk. Hening melanda, sudah lima bulan mereka menikah. Itu artinya tak lama setelah Ayu pindah ke komplek ini. Kinan menghela nafasnya. "Ya, karena aku capek karena aku yang kerja. Tapi kenapa kamu gak bicara kalau kamu keberatan. Toh aku kerja buat siapa?" Bram mengusap wajahnya kasar. "Kamu mau nyalahin aku, padahal kamu yang jelas- jelas salah disini." "Aku kerja di luar sana gak jarang pulang malem, dan kamu enak- enakan di rumah selingkuh sama dia!" tunjuknya pada Ayu. "Itu juga salahku?" tanya Kinan tak percaya. Kinan masih ingin meluapkan kemarahan saat seseorang muncul. Edo sahabat Bram. "Bagus banget ya. Kalian benar-benar sahabat yang setia. Mas Edo bahkan menyembunyikan ini dari aku?" Edo nampak gelagapan. Tak menyangka jika kedatangannya untuk menjelaskan hal ini. "Mas bilang aku sudah seperti adik Mas sendiri?" Pria memang tak bisa di percaya. "Begini, Kinan—" "Siapa lagi yang tahu?" Kinan memotong ucapan Edo. "Jefri?" tanya Kinan. Jefri juga teman satu tongkrongan Bram. Bram mengangguk membuat Kinan memejamkan matanya. "Jadi benar ya saudara Edo Pak Bram ini sudah menikah dengan Ibu Ayu?" tanya ketua Rt memastikan. Edo mengangguk. "I-ya, Pak," ucap Edo dengan gugup. Tatapannya masih mengarah pada Kinan yang menatapnya kecewa. "Jadi, karena ini sudah jelas. Sepertinya ini sudah menjadi masalah pribadi, Bu Kinan." ucap ketua RT yang beranjak dari duduknya. "Apapun keputusan kalian. Saya harap ini tidak menimbulkan keributan dan di selesaikan dengan kekeluargaan." Ketua Rt pergi diikuti Edo yang melangkah cepat keluar dari rumah Ayu. Hening menyelimuti keadaan. Ayu beranjak untuk mengenakan pakaian. Wanita itu bahkan kini tak malu untuk berpakaian di depan Kinan. Kinan memilih pergi, dengan tubuh yang masih terasa lemas karena masih merasa terkejut. Keluar dari rumah Ayu dan pergi ke rumahnya. Beberapa tetangga masih di luar dan menatap kasihan pada Kinan yang pastinya merasa hancur. Tentu saja, istri mana yang tidak hancur saat tahu suaminya menikah lagi di belakangnya. Bram mengikuti Kinan lalu menutup pintu rumah mereka, "Sayang, dengarkan Mas!" "Yang Mas cintai itu, kamu. Tapi kamu tahu kan, Mas juga gak bisa hidup tanpa menyalurkan hasrat Mas. Sementara Mas juga gak mungkin maksa kamu." "Jadi, gak ada cara lain selain nikah lagi. Kamu tenang dan Mas senang. Lagian ini juga karena kamu yang sibuk dan mungabaikan rumah dan Mas." Kinan yang awalnya mencoba acuh menghentikan langkahnya lalu menoleh. "Kamu benar-benar gak tahu malu, ya Mas? Bisa- bisanya kamu mengatakan itu. Menyalahkan aku atas pengkhianatan kamu? Dan sekarang kamu merasa apa yang kamu lakuin adalah pembenaran?" "Kamu merasa aku udah gak bisa muasin kamu, kan? Kalau gitu silakan sama Ayu. Aku minta cerai!" "Udah Mas bilang, Mas gak akan ceraikan kamu!" "Kamu pikir kamu bisa memutuskan." "Jangan lupa Kinan, cuma aku yang bisa nalak." Kinan mendengus geli. "Kamu emang gak tahu malu, Mas. Aku rasa kamu udah terlalu mabok janda akhirnya gila." Kinan menggeleng pelan. Bisa- bisanya pria itu bertingkah tak tahu malu. "Kalau gitu apa gunanya pengadilan agama?" Bram mengerjapkan matanya. "Pokoknya aku gak akan ceraiin kamu!" teriak Bram. Kinan menaiki satu persatu tangga lalu memasuki kamarnya. Tubuhnya terasa lelah apalagi hatinya. Dia kira setelah membongkar perselingkuhan Bram dan Ayu, dia bisa membuat mereka malu. Tapi pengakuan Bram justru semakin membuat hatinya hancur. Bram menikahi Ayu di belakangnya. Dia benar-benar terlalu sibuk hingga tak menyadari ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD