his star life

2012 Words
Kilatan lampu blitz silih berganti seiring dengan kamera-kamera yang berebutan mengambil gambar terbaik. Jajaran wartawan dari berbagai platform berita mulai dari akun gosip, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya begitu antusias dalam acara press screening dan press conference film malam itu. Film Puzzle of Us yang mendulang sukses tujuh tahun silam bahkan drama seriesnya juga mendapat rating tertinggi kembali merangkul pemain-pemainnya untuk membintangi sekuel film terbarunya berjudul (Another) Puzzle of Us. Penggemar yang dulu saat masa remajanya dimanjakan dengan cerita romansa Brian dan Akira kembali dibuat penasaran akan kelanjutan cerita dua tokoh utama film tersebut. Begitulah setidaknya narasi berita yang ada bersamaan dengan segera rilisnya sebuah film yang dibintangi oleh Diaz Putra. Aktor yang sudah bergelut dalam dunia seni peran sejak usia belia. Kini ia telah berusia 29 tahun dan sedang duduk tenang dalam sebuah mobil yang sebentar lagi akan menurunkannya di depan kerumunan orang-orang yang akan memusatkan perhatian padanya. "Sukses buat film elo bro" Sebuah tangan terkepal ke arah belakang dari balik kursi kemudi. Diaz terkekeh lalu menyambut fist bumb dari sang manajer. Alan yang merupakan sang manajer adalah sepupu Diaz. Hampir 10 tahun keduanya bekerja sama atau lebih tepatnya Alan diberi amanah khusus untuk menjaga Diaz. Meskipun bekerja di industri hiburan yang berhubungan dengan banyak orang juga tak asing dengan sorotan kamera, nyatanya Diaz tidak terlalu suka bersinggungan dengan banyak orang. Hal itulah yang membuatnya nyaman hanya bekerja dibantu Alan. Jadi tidak heran bila Alan sering merangkap berbagai pekerjaan guna mengurusi sang artis. Manajer, asisten, bodyguard, sopir, juga plus one untuk menghadiri acara-acara dan lain sebagainya menjadi tugas Alan. Kadang dibantu oleh orang lain tetapi jika bersinggungan langsung dengan Diaz maka Alan lah yang harus turun tangan sendiri. Merepotkan tetapi untungnya Diaz tidak neko-neko dan yang terpenting kantongnya terisi dengan sepadan. Lebih-lebih saudara sendiri, Alan siap bertahan di pekerjaannya ini. Diaz merapikan dasi juga jasnya sebelum keluar dari dalam mobil dan bersiap dengan sorotan kamera yang mengabadikannya hari ini. Tiga... Dua... Satu... Sunggingan senyum dari fitur wajah menawan, postur tubuh yang rupawan, juga langkah kaki mantap menapak di atas red karpet sambil sesekali melambai ke arah kamera atau juga penggemar yang menyapa dari kejauhan. Diaz menjadi salah satu bintang utama yang ditunggu malam ini. "Diaz" "Diaz!" "Sebelah kanan" "DIAZ!!" "Lihat sini Diaz" "Semangat" Suara kameramen yang mengarahkan gaya Diaz bersamaan juga dengan suara penggemar yang meneriakkan namanya minta perhatian. Sedikit kontak mata ataupun tangkapan gambar dengan pose Diaz yang mengarah pada salah satunya menjadi incaran mereka yang datang. "Diaz gimana film terbarunya?" "Proses syutingnya lancar Diaz?" Beberapa wartawan yang tidak mendapat undangan press conference memanfaatkan kesempatan di lokasi red carpet sekedar mendapat headlines berita terbaru dan bagus. Selepas menjadi sopir, Alan pun langsung bertugas mengamankan Diaz seperti situasi saat ini. "Nanti ya nanti, ini kita harus masuk dulu" Gemuruh penggemar saat melihat kedatangan Diaz kembali menggema semakin riuh begitu bintang utama lain hadir. Bidikan kamera pun beralih pada sosok bergaun hitam yang tampak elegan berjalan di red carpet. Kesempatan itu dimanfaatkan Alan untuk mengarahkan Diaz segera masuk ke ruang bioskop tempat press screening. Tetapi artis cantik yang hadir itu adalah pasangan Diaz sebagai lawan mainnya di film. Jadilah pengincar gosip dan kaum shipper yang menantikan duet keduanya setelah tujuh tahun berselang juga bergantian menyorot Diaz dan Agnez. "Diaz gimana rasanya main film lagi sama Agnez?" "Apa benar kalian clbk di project kali ini?" Berbagai pertanyaan yang lebih banyak mencari pembenaran terkait rumor dan melenceng dari project sang artis mulai diajukan para wartawan. Lebih lagi Agnes tengah berpose untuk foto red capet, jadilah Diaz yang kedapatan diberondong. "Diaz gimana penampilan Agnez malam ini Diaz?" "Agnez cantik ya Diaz?" "Iya" "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" mendengar respon Diaz membuat banyak orang menggila. Sementara Alan sedikit lebih kuat mendorong Diaz untuk segera menjauh dari area red carpet. Dia juga menahan diri untuk tidak menunjukkan ekspresi berlebih karena bisa saja menimbulkan headlines tersendiri. Risiko berada di sekitar artis besar seperti Diaz Putra. Media partner, blogger, influencer dari berbagai kalangan mulai dari artis papan atas, youtuber, tiktoker, selebgram dan lain sebagainya menjadi tamu undangan press screening film (Another) Puzzle of Us. Diaz menyapa beberapa orang yang menyapanya lebih dulu sebelum akhirnya duduk di kursi yang disediakan khusus untuknya. "Yaz.... apa kabar?" Agnez Maneri lawan main Diaz yang tentu saja keduanya diberi kursi yang bersebelahan, menyapa Diaz. Setelah hari terakhir syuting mereka memang belum pernah bertemu lagi. Barulah di acara hari ini kembali bertegur sapa. "Baik. Baik. Lo juga apa kabar?" "Baiiiiiik. Gue excited banget" Dua artis sepantar yang pertama bertemu dalam project film pada usia mereka yang ke 22 tahun. Sering bersama dalam satu scene di lokasi syuting bahkan berlanjut ke drama series membuat keduanya menjadi dekat. Apalagi Agnez adalah sosok yang ceria dan friendly hingga mudah akrab dengan siapa saja bahkan Diaz si artis pendiam. Lampu bioskop sudah dimatikan saatnya mulai menonton film (Another) Puzzle of Us. Diaz selalu menantikan momen dimana untuk pertama kalinya melihat hasil kerjanya dalam bentuk karya seni peran. Perasaan yang hadir selalu terasa menyenangkan. Saat-saat seperti inilah Diaz akan memberi waktu untuknya mengagumi diri sendiri. Terdengar narsis memang, tetapi untuk mempunyai perasaan seperti ini juga melakukannya, Diaz harus melawan rasa kecil hatinya terlebih dahulu. Caranya bermain peran membawakan setiap tokoh selalu ia perhatikan dengan seksama. Tentu saja tidak hanya sekedar untuk memberi pujian tetapi juga merupakan teknik self evaluation yang ia lakukan. Dengan begitu Diaz memiiki catatan khusus untuk dirinya agar kemampuan actingnya semakin terasah. "Aaaw" Suara kecil di sampingnya membuat Diaz menoleh. Agnez terfokus pada layar lebar di depan mereka tetapi dengan kedua tangan yang menutup sebagian wajahnya. Perempuan itu menangis melihat adegan yang tengah ditampilkan. Sejenak Diaz mengedarkan pandang pada orang-orang yang hadir dalam acara press screening yang menonton bersamanya. Tidak hanya Agnez, ternyata ada beberapa orang yang Diaz lihat ikut hanyut dalam cerita hingga mengusap air mata. Scene pada film merupakan bagian k*****s dari cerita. Adegan yang menunjukkan emosi Akira si pemeran utama saat menghadapi masalah dalam hubungannya dengan Brian. Diaz memberikan sapu tangan dari kantong jasnya untuk Agnez. "Hemm gue cengeng banget" Agnez menerima sapu tangan itu, tersenyum lebar masih dengan pipi basah karena air mata. Tak ingin menganggu yang lain ketika mereka mengobrol. Diaz mencondongkan tubuh yang langsung disambut Agnez, merapat. "Acting lo bagus banget" bisik Diaz pada Agnez. Untuk artis sekelas Agnez Maneri, pujian seperti itu sudah sangat sering ia dengar. Tetapi mendengar dari lawan mainnya yang sama-sama sudah pro di bidang yang serupa membuat Agnez menepuk pelan lengan Diaz. Keduanya terkekeh. "Makasih yang actingnya juga bagus banget." ....... "Agnez gimana perasaannya bisa acting lagi sama Diaz?" Acara berlanjut dalam press conference bersama awak media yang hadir. Berbagai pertanyaan diberikan pada seluruh pemain juga sang sutradara. "Seneng ya seneng banget...." Agnez menjawab pertanyaan untuknya yang ditimpali oleh seruan-seruan menggoda. Sebelum ia pun melanjutkan, "Ga cuma ke tiap pemainnya tapi juga ke project ini. Bisa kembali memerankan Akira terus ada di satu project bareng pemain dan crew yang luar biasa ini sangat menyenangkan. Berasa reuni sama teman lama yang ga peduli udah selama apa kita pisah, tetep aja seru." ungkap Agnez yang disetujui oleh para pemain hingga Pak Sutradara. "Untuk Diaz, ada gak orang yang paling dikangein atau paling ga sabar pengen ditemui di project ini?" "Ada." hooooooooooooooo tidak hanya para wartawan yang berseru. Beberapa pemain juga ada yang nimbrung. "Gue ga sih Yas?" ucap Bastian pemeran Reno sebagai sahabat Brian dalam film, berseloroh. "Brian sih lebih tepatnya" imbuh Diaz membuat antusiasme yang mendengarkan semakin meningkat. "Setuju sama Agnez kalau ada di project ini berasa reuni. Reuni sama pemain, pak sutradara, ibu penulis, semua crew. Kita juga jadi nostalgia Puzzle of Us tujuh tahun yang lalu. Apalagi sebelum mulai menggarap project ini kita nobar film sebelumnya sambil nontonin video lama, BTS kita..." "...dan lebih dari itu, ya kangen banget sama Brian. Tujuh tahun ini mungkin satu dua kali ada lah ketemu sama pemain atau crew di project lain tapi 'Brian'? Ga kelihatan batang hidungnya sama sekali." semua orang tergelak mendengarnya. "Jadi challenge tersendiri harus menengok sosok Brian setelah tujuh tahun berselang. Diaz Putra angka di umurnya nambah tapi Brian yang kita semua tahu adalah sosok remaja berseragam putih abu-abu, waktu itu." Pertanyaan-pertanyaan masih berlanjut sepuar proses penggarapan film. Hingga ada satu pertanyaan yang harus dijawab oleh beberapa pemain yaitu tentang scene paling berkesan. Hingga tibalah giliran Diaz memberikan pendapatnya. "Scene di atas kapal..." "Cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee" "Scene ciuman ya Diaz ya?" Agnez mencoba menampilkan ekspresi yang biasa saja tetapi rona merah di pipinya tidak bisa berbohong kala mendengar respon para wartawan mendengar penuturan Diaz. Sedangkan si pelaku hanya menampilkan muka biasa saja sambil mengernyit keheranan. "Awalnya aku ngrasa kalau ada di project ini semua bagiannya berkesan tetapi begitu lihat hasilnya,,, yaa paling berkesan adegan di kapal itu. Aku inget banget dulu di Puzzle of Us banyak yang bilang kalau Brian adalah cowok red flag yang bikin Akira jadi banteng. Lihat scene di kapal itu aku ngrasa bener-bener ketemu lagi sama Brian si cowok red flag" Kaum hawa mendominasi sorakan untuk statement yang dikatakan oleh Diaz. Press conferences masih berlanjut dengan beberapa pertanyaan hingga sampai pertanyaan final. "Kira-kira bakal ada another - nya (Another) Puzzle of Us?" "Wah-wah udah dikasih pr aja nih buat dipikirin" kelakar Pak Hanan selaku sutradara. "Satu yang pasti saya tunggu ulasan baik dari teman-teman semua" seloroh Diaz yang diacungi jempol oleh semua yang ada di sana. "Nah iya pr-nya untuk teman-teman media dulu nih" Hahahahahhahahahahahahhahaahahahhaha Sesi foto bersama menjadi penutup acara hari itu. Para artis juga sibuk mengoperasikan hp mengambil video untuk diupload di sosial media mereka masing-masing. Diaz berbincang-bincang menyapa yang lain saat sebuah suara memanggilnya. "Yaz..." Agnez menghampirinya. "Sampai ketemu di gala" ucap perempuan itu lalu Diaz menyambut pelukannya diikuti cipika-cipiki. Momen itu tentu saja tidak lepas dari sorotan wartawan yang masih berkumpul di sana. Sedangkan Alan yang sedari tadi fokus memantau Diaz hanya bisa memutar bola matanya jengah. Ingatkan Alan untuk menceramahi artisnya agar Diaz tidak lupa betapa banyak pekerjaan yang harus Alan kerjakan untuk setiap tingkah laku yang Diaz lakukan hari ini. Paling tidak dengan menyadari hal itu maka Diaz tidak akan lupa memberinya bonus-bonus di luar gajinya. Tentu saja Alan akan sangat perhitungan karena tidak ada asas persaudaraan dalam pekerjaan tambahan yang akan mulai ia kerjakan nanti. "BROOOOOO lo libur seminggu sedangkan gue mulai malam ini ga bisa tidur tenang loh." Alan mulai bersungut sambil mengacungkan ponselnya saat mereka sudah berada di tempat parkir. "Gue bawa ya mobilnya. Mau langsung pulang." Diaz tidak menghiraukan preambule ceramah sang manajer. "Wait...." "......lo ga maksud nyuruh gue pesen taksi kan? lo mau ninggalin gue di sini" Diaz menjejak langkah lebar di sepanjang basement parkiran gedung itu. Tangannya sibuk melepaskan kancing pada lengan kemejanya lalu menggulung hingga siku. "DIAZ SAPUTRAAAAA ANAKNYA IBU RATNA" "Iyaaaa Alan Wasesa yang ibu bapaknya masih lengkap" Di luar hubungan pekerjaan sebagai manajer dan artis, Alan dan Diaz adalah sepasang saudara laki-laki pada umumnya. Tidak peduli bahwa mereka akan sama-sama berkepala tiga sebentar lagi, tingkah konyol tetap tidak lepas dari mereka. "Lo sengaja kan tadi paksa pakai mobil lo biar gue bisa lo buang begini. Ga ada niatan ngajak gue kan lo? Ada adab lo sama kakak sepupu lo ini?" "Buruan mana kuncinya! Mumpung gue masih berbaik hati ntar lo gue drop di depan buat nyari taksi" Air muka Alan masih tertekuk bahkan ketika mobil berwarna metallic itu menjauh. Ia baru ingat bahwa dirinya tidak jadi memberi ceramah pada Diaz dan justru berakhir ditelantarkan seperti yang sudah-sudah. Kejadian seperti ini sering terjadi saat keinginan Diaz untuk segera pulang ke rumah sudah benar-benar harus disegerakan. Saat-saat seperti inilah Alan akan menyesali keputusannya menjadi kacung seorang Diaz Putra, padahal dimana-mana dia diperkenalkan sebagai manajer. Kenyataannya dia adalah manajer gado-gado. Ponsel Alan berdering membuatnya menyugar rambut secara kasar. Diaz jika sudah meminta libur apalagi pulang ke rumah ibunya sudah pasti akan mengisolasi diri dari dunia luar. Padahal seminggu ke depan dimulai sejak malam ini nama laki-laki itu pasti tengah menjadi trending di berbagai platform. Sumber sakit kepala Alan saat ini dengan santai memasukkan smartphonenya dalam storage box tertutup dalam mobilnya. Nasib benda pipih itu akan terabaikan selama masa liburnya. Begitulah cara Diaz mengisi ulang tubuhnya. Ia menepi dari gemerlapnya dunia saat ia menjadi bintang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD