“Mai, bangun.” Rafan menggucang pelan bahu Maika. Hingga gadis itu menggeliat dan bangun dari tidurnya. “Langsung pulang ke Bogor?” tanya Maika. “Iya, Papa yang jemput. Kita ambil koper dulu, ya.” Maika hanya mengekori Rafan. Sebenarnya dia masih sangat mengantuk sekali. Selesai mengambil koper, keduanya menghampiri Papanya Rafan yang sudah stand bye. Ternyata afa Papanya Maika juga. “Papa!” Maika langsung berlari menghampiri Papanya persis anak kecil. Rafan sampai berdecak pelan karena Maika hampir saja tersandung gamisnya. “Anak papa seneng banget kayaknya.” Revan mengelus puncak kepala Maika. “Maika enggak ngerepotin kamu ‘kan, Fan?” Rafan menggelengkan kepalanya. Jelas tidak. Justru dengan adanya Maika, kepergiannya kali ini terasa lebih istimewa dari biasanya. “Malah seneng dia

