2. Negara Avalon

1500 Words
Ini adalah dunia yang berbeda. Dunia dimana keajaiban, kecanggihan, kemustahilan terjadi. Dunia ini dibagi menjadi beberapa negara. Dan negara terbesar yang menjadi negara adidaya ialah Avalon. Avalon dibagi menjadi empat wilayah. Distrik satu ialah tempat kaum Biasa. Dimana manusia - manusia biasa menjalankan aktifitas. Tak punya sihir, tanpa kekuatan atau apapun. Ya, seperti manusia pada umumnya. Distrik 2 ialah tempat kaum Menengah. Manusia - manusia biasa yang kaya raya. Tetapi mereka juga tidak memiliki kemampuan supranatural. Distrik 3 ialah tempat kaum Hedon. Manusia - manusia kaya yang merupakan anggota bangsawan. Sebagian memiliki kemampuan supranatural namun tidak terlalu sakti. Distrik 4 ialah tempat kaum Elit. Manusia - manusia spesial yang memiliki kekuatan supranatural paling hebat berkumpul di sini. Dan disinilah Black Milliter berada. Sebuah sekolah sihir yang melatih perkembangan ilmu supranatural berbalut Milliter. Tak ada batasan gender di dalam sekolah itu. Dan orang-orang tersebut dipersiapkan untuk melindungi negara dari serangan Daemon yang mengganggu dunia. Tugas Sherly ialah menjadi mata-mata untuk mencari tahu sosok Demi Human. Anak setengah ibis hasil hubungan antara manusia dengan seekor Ibis. Ibis merupakan tuan dari para Daemon. Entah untuk apa, Pemerintah menyembunyikan anak berbahaya itu dari dunia. Dan tujuan Ribel News ialah mengungkapkan kepada publik keberadaan Demi Human yang dipercaya akan membahayakan manusia. *** Sherly ternganga menatap bangunan tua besar yang hampir mirip seperti kastil itu. Ini adalah asrama sekolah Black Milliter. Dilihat dari penampilan luarnya saja sudah tampak suram apalagi jika ia memasuki tempat itu dan bertemu dengan para murid yang menjadi anggota Black Milliter. Sherly merinding sendiri membayangkan dirinya berbaur di sana. Menyamar dan menjalani pelatihan ekstrem ala Milliter. Sudah pasti ketat, menyeramkan dan melelahkan. Tak hanya lelah fisik tapi pikiran. Otaknya yang sudah lama tak membaca buku ilmu pengetahuan pasti akan kembali puyeng. Sial. Sherly menggigit ujung bibirnya kesal dengan nasib yang ia jalani. Ia terpaksa menerima tawaran menjadi mata-mata Ribel News demi mengganti rugi uang lukisannya yang telah ia jual kepada pengusaha di Distrik 4. Tempatnya kaum elit. Ia juga harus membangun rumahnya yang hancur terkena serangan Daemon dan salah satu pasukan Black Milliter yang tak bertanggung jawab. Dan jalan satu - satunya mendapatkan uang dengan cepat ialah menerima tawaran itu. Ribel News masih memberikan setengah milliyar padanya dan sisanya baru akan diberikan setelah ia menjalankan misi. Setengah millyar cukup untuk mengembalikan uang lukisannya sementara sisanya untuk membenahi rumah. Setelah menjalani dua bulan pelatihan yang ekstrem dan menguras tenaga,, akhirnya ia siap untuk masuk ke Black Milliter. Semua demi satu Millyar Kods. Terkadang Sherly berpikir, apakah satu Millyar sepadan dengan resiko yang akan ditanggungnya ketika ia ketahuan seorang mata-mata? Sherly menggeleng. Mengenyahkan pikiran buruk. Resiko itu ada jika ia ketahuan. Jika tidak, maka semua akan baik-baik saja. Dengan wajah imutnya, ia bisa menyamar menjadi siswi dengan baik. Lagipula selain menjadi mata-mata, tujuannya ke sini ialah mencari pasukan Black Milliter yang menjadi dalang kehancuran rumah serta lukisannya. Ia masih ingat jelas bagaimana wajah pasukan Black Milliter itu dan dia bersumpah akan mencari pria itu untuk meminta pertanggung jawaban. Pria dengan sebagian wajah berbalut perban itu hanya menyeringai dingin dan pergi begitu saja tanpa membereskan kerusakan yang terjadi. Sherly dan keluarganya harus membersihkan serta memunguti puing-puing bangunan yang rusak itu sendiri. Rumahnya sudah nyaris roboh. Apalagi dia harus membersihkan mayat Daemon yang sudah tak berbentuk. Baunya menyengat kemana-mana seperti sampah busuk. Lendir menjijikkan yang tergenang sungguh membuat ngilu. Sherli bahkan sampah muntah. Lalu sekarang ia akan kembali menjadi murid di usianya yang sudah dewasa. Yang pasti sekolah ini bukan seperti sekolah pada umumnya. Ini adalah sekolah Elit setara dengan Universitas, hanya saja menampung orang-orang berkekuatan super. Baiklah, dia mungkin akan menjadi murid terbodoh di sini karena tidak bisa apa-apa. Seperti kata Markus, ia hanya harus patuh pada aturan dan tidak terlibat dalam masalah, dirinya pasti bisa sekolah dengan tenang. Yang terpenting adalah misinya mencari Demi Human. Lagipula kalau ada hal - hal yang mendesak, seperti pelatihan ekstrem atau pertarungan yang tak bisa Sherly lakukan sebagai manusia yang biasa saja, Ribel News sudah memberikannya alat canggih berukuran kecil yang akan membuatnya melewati segala rintangan. "Ayo masuk!" Suara di sebelah menyentak lamunan Sherly. Ia mengangguk dan menyeret koper mengikuti Markus yang saat ini menyamar menjadi walinya. **** Sherly melewati lorong demi lorong bangunan megah itu. Entah dimana tepatnya kantor kepala sekolah, yang jelas kakinya merasa sudah letih berjalan di halaman yang luas ini. Netra hitamnya mengedarkan pandang, ia melihat barisan pasukan berseragam hitam sedang melakukan apel. Sherly terpana, air liurnya nyaris menetes melihat betapa indah pemandangan di depannya. Dalam bangunan yang suram ini terdapat penyegar mata yang membuat pikiran fresh. Wajah - wajah tampan dan tubuh tinggi tegap terpampang nyata hampir di semua penjuru. Pasukan Black Militer memang menawan. Sherly lalu melihat gerombolan wanita yang juga berseragam hitam. Almamater khas Black Militer sedang berjalan serempak. Postur tubuh tinggi nan langsing seperti artis serta model yang ia lihat di televisi kini tampil dalam visual secara nyata. Sebagai wanita, ia kagum dan merasa iri dengan tubuh para murid itu. Dia jadi minder. Tingginya hanya 158 cm dan tubuhnya mungil. Apakah semua pasukan Black Militer mempuyai postur ideal seperti itu? Sungguh tidak adil sepertinya. Sudah punya kekuatan super, ditambah punya anugerah fisik yang bagus. Rasanya sang Pencipta menciptakan mereka sambil tersenyum. "Kita sudah sampai." Suara Markus menyentak lamunannya. Sherly mengerjap kemudian mengikuti Markus masuk ke dalam salah satu ruangan. "Selamat datang tuan August." Seorang kakek berjenggot panjang, berkepala botak menyambut dengan ramah. Meski sudah tua, namun sang kepala sekolah tampak begitu energik. Terbukti dengan kedua barbel yang berada di tangannya. Sherly tercengang. 'Sungguh luar biasa. Kakek itu sedang berolah raga' "Silahkan duduk!" Sang kepala sekolah menurunkan barbel di tangannya kemudian duduk di kursi kebesarannya. Sherly dan Markus duduk di depan berbatasan meja kaca dengan papan bertulis kepala sekolah, Mr. Jack. Nama yang keren untuk seseorang yang sudah berumur. "Dia, keponakan anda yang akan bersekolah disini?" Markus mengangguk. Entah koneksi apa yang Markus lakukan, yang jelas ia dengan mudah mendapat akses langsung ke kepala sekolah dan dengan mudah membuat seorang gadis biasa tanpa pengalaman serta tanpa tes resmi memasuki sekolah ini. Biasanya murid yang akan memasuki Black Militer pasti memerlukan tes terlebih dahulu untuk mengetahui apakah mereka layak menjadi salah satu bagian Black Militer. "Ini adalah berkas - berkas yang sudah saya isi dan tandatangani. Mohon bantuannya agar keponakan saya bisa mengikuti pelatihan sampai lulus." Markus, yang saat ini menggunakan nama samaran August berseru sopan bahkan ia tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya, berbeda 180 derajat saat menjadi sosok aslinya. Markus, pria paruh baya yang elegan dan bijaksana. Kepala sekolah membaca berkas-berkas tersebut seksama. Mata birunya kemudian mengamati Sherly. Mengusap-usap janggut panjangnya seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu. Lalu sedetik kemudian senyuman mengembang di bibirnya. "Hehe... Baik tuan August. Saya akan menjaga keponakan anda dengan baik. Saya akan langsung memasukkannya ke kelas B." Mr. Jack memencet tombol merah di mejanya. Ia kemudian memanggil sebuah nama lewat interkom. "Maxwell datanglah ke sini!" Sedetik kemudian suara ketukan pintu terdengar. Seorang pria berseragam militer memasuki ruangan. Pria itu memberikan salam hormat sebelum kemudian bersuara, "Ada apa anda memanggil saya, pak?" "Kau cepat sekali Maxwell." Mr. Jack memuji siswanya yang datang secepat kilat. "Perkenalkan dia adalah Maxwell Fringer. Ketua kelas B. Sekaligus murid favorit disini." Kepala sekolah tersenyum memperkenalkan pemuda itu. Sementara sosok yang dimaksud mendengkus dan memalingkan wajah. Sherly nyaris tidak berkedip ketika melihat rupa pemuda itu. Wajahnya sangat tampan, bersinar bagai malaikat. Bocah yang rupawan. Pantas saja kepala sekolah menyebutnya siswa favorit. Dia pasti menjadi idola murid perempuan dan juga lelaki di sini. Ketampanan pemuda ini berbeda dengan yang lain. Sherly membatin. Dia memutuskan akan menjadikannya teman. Hehe "Dia adalah siswi baru disini, namanya... " Mr. Jack mencoba mengingat-ngingat, "Ahh.. Cecil August." Maxwell melirik Sherly sejenak. "Dia akan menjadi teman sekelas mu. Antarkan dia ke asrama puteri." Imbuh kepala sekolah sembari menyerahkan kunci bertuliskan nomer 15. "Baik pak." Tanpa banyak kata, pemuda berusia 18 tahun itu memberi intruksi pada Sherly untuk mengikutinya. Sherly pun menurut. Ia membungkuk sopan sebelum kemudian meninggalkan ruang kepala sekolah bersama sang murid idola. Maxwell Fringer. **** "Hey, bisakah kau pelan sedikit!" Sherly setengah berlari menyeret kopernya mengikuti langkah lebar pemuda itu. Namun Maxwell tampaknya tak tertarik mengikuti perintahnya. Pria itu terus berjalan lurus seperti patung yang hanya diam tanpa senyum dan keramahan saat bertemu teman baru. "Hey, bocah!" Sherly ingin mengumpat, tepat saat itu, Maxwell menghentikan langkah secara tiba-tiba membuat Sherly menabrak punggung lelaki itu. 'Aduh.' Sherly mengurut keningnya yang terantuk. Ia mendongak dan menatap Maxwell yang kini juga menatapnya dengan alis terangkat. Pemuda itu seperti tengah menilai atau malah.... Mengejeknya? "Bocah? Ku rasa itu sebutan untuk dirimu sendiri." What? Sherly mengerut kesal. Pemuda ini memang sedang mengejeknya. Dia harusnya tahu bahwa postur tubuh seseorang bukanlah patokan untuk menentukan usia. S*alan! "Ini." Alis Sherly mengerut ketika pemuda di depannya menyerahkan kunci ke tangan Sherly. "Asrama puteri ada di seberang. Kau bisa jalan sendiri." Tanpa menunggu persetujuannya, Maxwell secara tiba-tiba menghilang bagai ninja. Sherly mendengkus. Ia akan menarik kekagumannya pada tampang pemuda itu. Kelakuannya minus. Mirip sekali dengan pasukan Black Militer yang menghancurkan rumahnya dulu. Apakah siswa di sini rata-rata menyebalkan? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD