SIGNORINA

1530 Words

Masih Paris, empat tahun yang lalu. ‘Bugh!’ Seseorang menghantamkan tendangan ke bahunya. “BANGUN!” yang lain memekik. “Kau tertidur hampir setengah jam, memangnya kami pengasuhmu?” Gyan merapatkan barisan giginya, lalu menarik napas dalam. Ia tak bisa melihat apa pun, penutup mata dan karung gelap menghalangi. Tangannya diikat ke belakang, pergelangan kakinya pun disatukan. Ia tak duduk, namun dibaringkan menyamping dengan kaki terlipat. Ia melaju. Yang berarti ia berada di dalam sebuah kendaraan. Gyan memaksa otaknya untuk fokus, mulai menghitung tikungan, jarak, durasi. Termasuk tiga puluh menit yang dibocorkan orang bodoh yang membawanya. Kebiasaan lama yang diajarkan Antoine—selalu ingat jalan pulang, bahkan dalam gelap. Namun denyut di kepala dan suara kasar mesin mobil membua

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD