MILAN Belle duduk di balik jendela, memandangi kota tempat keluarganya tinggal ditemani secangkir teh chamomile yang mengepulkan uap hangat. Meski ia lahir di Paris, Milan tetap punya arti mendalam baginya, salah satunya perasaan nyaman yang sebelumnya tak ia dapati di tempat lain. Sebelumnya... sebelum ia dekat dengan Gyan. Semilir angin melewati celah jendela yang sedikit terbuka. Milan selalu membawa suasana yang berbeda. Tak menegangkan seperti Stresa, lebih tenang dari Paris, dan lebih hangat dari kota mana pun yang pernah Belle singgahi. Namun kenyamanan yang biasanya memeluk, tak menyentuhnya malam ini. Untuk pertama kalinya, pikiran Belle tak dikuasai kepentingannya sendiri—atau keluarganya. Teh di cangkirnya habis. Ia menoleh ke meja, teko kaca masih menyimpan cairan kuning je

