Episode 1

1024 Words
"Lo mau ngga jadi pacar gue?" Gadis dengan paras cantik, rambut panjang kecoklatan tergerai, dan penampilan yang glamor menyatakan perasaannya pada seorang pemuda tampan yang digilai banyak wanita. "Iya, gue mau," balas pemuda dengan nama lengkap Jonathan Kingston. Sudah ke dua puluh delapan kali ada gadis yang menyatakan perasaannya pada Jonathan. Dan pemuda itu dengan mudahnya menerima pernyataan cinta mereka. "Tapi, apa lo ngga masalah dengan pacar-pacar gue yang lain?" tanya Jonathan mencoba menggoyahkan hati gadis itu. "Ngga, sama sekali. Asal Lo mau jadi pacar gue, itu udah cukup," balas gadis itu bersemangat. Tidak masalah menjadi pacar Jonathan yang ke berapa. Meskipun ia harus menjadi pacar yang ke dua puluh delapan. Yang penting, ia bisa memiliki pacar seperti seorang Jonathan yang memiliki segalanya. Di mulai dari wajahnya yang tampan, pintar, populer, kaya, dan tidak pelit. Ditambah, dengan menjadi pacar Jonathan akan membuatnya terkenal. "Lo tau 'kan kalo gue ngga bisa ngasih cinta ke lo? Tapi, lo ngga perlu khawatir karena selain cinta, gue bisa kasih apapun ke lo," tanya Jonathan menjelaskan. "Iya gue tau dan gue ngga masalah," balas gadis itu. Ia tahu betul syarat menjadi pacar seorang Jonathan hanya satu yaitu tidak perlu menuntut cinta. Dengan begitu, Jonathan akan dengan mudah menerima cintanya. "Oke. Sekarang gue panggil lo Z karena lo pacar gue yang ke dua puluh delapan," kata Jonathan memberi julukan untuk pacar barunya. "Z? Boleh juga," balas kekasih Jonathan yang ke dua puluh delapan itu. "Ya udah, gue mau ke perpustakaan dulu dan gue lagi pengen sendiri," pamit Jonathan mencegah kekasih barunya agar tidak berani membuntutinya. Jonathan pergi meninggalkan kekasih barunya menuju perpustakaan. Tempat di mana ia biasa menghabiskan waktunya tanpa ditemani kekasih-kekasihnya yang lain. Pemuda itu berjalan menuju rak buku bagian buku akuntasi. Tangannya bergerak dengan bola mata yang sibuk membaca setiap judul buku-buku itu. Merasa tidak menemukan buku yang ia cari. Jonathan berpindah ke rak buku bagian lain. Baru beberapa langkah mencari, ia langsung menemukannya. Namun, ada tangan mungil yang juga mengincar buku itu. "Sorry, buku ini gue duluan yang lihat," kata Jonathan tanpa berniat melepaskan buku itu. "Apa-apaan lo! Perasaan tangan gue duluan deh yang nempel di buku ini," balas gadis itu sama kerasnya dengan Jonathan. "Ngga, tadi gue duluan yang megang. Bahkan tangan gue jauh lebih panjang daripada tangan lo. Udah bisa dipastikan, kalo gue yang megang buku ini duluan," kekeh Jonathan. Mereka berdua masih kekeh mempertahankan buku itu. Sisi kanan dan kiri masih berada di tangan mereka berdua. "Maksud lo, lo ngatain tangan gue pendek gitu, huh?!" bentak gadis itu. "Gue, sih, ngga bermaksud buat ngatain lo yah, tapi faktanya emang gitu," balas Jonathan malas. Melihat ada kesempatan di saat Jonathan sedang lengah. Gadis itu langsung menarik buku itu kuat-kuat. "Yes! Tangan pendek gue mampu merebut buku ini dari tangan lo yang panjang," teriak gadis itu kegirangan. Ia melangkah pergi sebelum Jonathan sempat merebut buku itu darinya. "Sial, gue lengah! Gue ngga boleh kalah sama gadis pendek itu," umpat Jonathan. Ia lekas mengejar gadis itu yang ternyata sedang sibuk mencari tempat duduk. Berhubung perpustakaan dalam keadaan ramai, Jonathan menunggu sampai gadis itu mendapat tempat duduk dan berencana untuk menghampirinya. "Hai! Ketemu lagi kita," sapa Jonathan. "Lo ngapain, sih, ngikutin gue? Apa cuma gara-gara buku ini? 'Kan masih banyak buku kaya gini di rak. Kenapa harus ngikutin gue coba," tanya gadis itu mengeluh. "Siapa juga yang ngikutin lo. Gue itu, cuma mau buku yang lo pegang. Kalo masih ada buku lain, gue ngga mungkin ngikutin lo sampe di sini," elak Jonathan. "Trus, kalo cuman ada di gue lo mau apa?" tanya gadis itu ketus. "Pertama-tama, kenalin nama gue Jonathan. Nama lo siapa?" kata Jonathan memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. "Gue Reina," balas gadis itu tanpa membalas uluran tangan Jonathan. Gadis dengan nama lengkap Reina Octagon merupakan salah satu mahasiswi beasiswa tidak mampu. Gadis itu selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan agar beasiswanya tidak dicabut. Ia juga selalu menghabiskan waktu makan siangnya di taman universitas hanya untuk menghabiskan bekal makan siangnya sambil belajar. "Oke, Reina. Jadi, apa lo mau berbagi buku itu sama gue?" tanya Jonathan berharap gadis itu mau berbagi buku dengannya. "Sorry, gue ngga bisa. Gue ngga biasa berbagi buku sama orang lain. Apalagi orang itu lo," tolak Reina. "Emangnya gue kenapa? Gue ganteng, wangi lagi, dan yang paling penting, ngga ada cewek yang bisa nolak gue," kata Jonathan percaya diri. Selama ini, tidak ada satu pun gadis yang mampu menolak pesonanya. Semua gadis selalu memperebutkan perhatiannya dan berusaha untuk menarik perhatiannya. "Lo yakin, ngga ada cewek yang bisa nolak lo?" tanya Reina mengejek. "Bukan cuman yakin, tapi gue sangat-sangat yakin," jawab Jonathan seratus persen menyakini ucapannya sendiri. "Tapi, sayangnya lo salah. Ada satu cewek yang bisa nolak lo dan itu gue. Gue ngga sudi berbagi buku sama cowok playboy kaya lo," cetus Reina beranjak berdiri merapikan buku-buku di meja dan mengantri untuk meminjam buku. "Benar-benar menarik! Ini pertama kalinya ada cewek yang berani nolak buat deket-deket sama gue. Oke, Reina. Selamat karena lo berhasil menarik perhatian gue," gumam Jonathan memutuskan untuk mengincar gadis itu. Dari pertama kali menginjakkan kakinya di universitas itu ketika mendaftar dulu. Tidak ada satu pun gadis yang mampu mengelak pesonanya. Semua gadis yang melihatnya akan terpaku menatap ketampanannya. Bahkan ada gadis yang sampai meneteskan air liurnya. Tidak hanya itu saja, banyak gadis yang menyatakan perasaannya padanya. Sampai-sampai julukan playboy orang-orang sematkan padanya. Namun, Jonathan tidak pernah keberatan. Karena ia memang memiliki banyak kekasih yang jumlahnya memenuhi alfabet. Terbiasa mendapat tatapan memuja dari setiap gadis membuat Jonathan merasa tidak biasa terhadap sikap yang Reina tunjukkan. Sikap tak acuh gadis itu membuat Jonathan berpikir bahwa Reina sedang mencari perhatiannya. "Reina, tunggu!" teriak Jonathan tertahan. "Mba cepet, Mba," pinta Reina pada petugas perpustakaan. "Lo mau ke mana, sih? 'Kan tadi gue bilang tunggu. Kenapa main kabur aja, sih?" Jonathan mencekal lengan Reina mencegah kepergiannya. "Lo apaan, sih, pegang-pegang gue. Lepasin ngga!" ketus Reina berusaha untuk menghempaskan tangan Jonathan. "Sorry, sorry, gue ngga sengaja. Lagian salah lo sendiri, dipanggil bukannya berhenti malah tambah kabur," balas Jonathan menyalahkan Reina. "Kok lo jadi nyalahin gue, sih? Kalo gue ngga mau berhenti, itu artinya gue ngga mau deket-deket sama lo. Jadi, mending lo jauh-jauh deh dari gue," usir Reina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD