Begitu keluar dari kamar mandi, Amber tertegun. Adam kembali menyambutnya di depan pintu. Pria itu tidak lagi menunjukkan punggung, melainkan kotak merah yang sempat membuatnya menangis selama bermenit-menit dalam pelukan Sebastian. “Aku tahu ini terlambat. Tapi, selamat ulang tahun, Amber,” ucap Adam sembari memaksakan senyum. Mendapat kejutan yang tak lagi diharapkan, helaan napas berembus cepat dari mulut sang wanita. “Inikah usaha terbaikmu?” tanyanya dengan nada meremehkan. “Kau sungguh menyedihkan, Adam.” Sebelum Amber berjalan pergi, sang pria bergeser menghalangi langkahnya. “Dengarkan aku! Ini adalah bukti kalau aku sungguh peduli padamu. Aku tahu, belakangan ini, aku kembali bersikap dingin kepadamu. Tapi ketahuilah, aku bersikap begitu demi mengingkari rasa cintaku padamu.

