"Sekarang, apakah kau puas? Kau sudah melihat betapa menderitanya perempuan yang kau benci ini. Sudah cukupkah hukuman yang kuterima?" Amber mengepalkan tangan, berusaha menghentikan tangis. Akan tetapi, air matanya terus mendesak keluar. Mendengar suara lirih wanita itu, d**a Adam bertambah sesak. Setelah menarik napas berat, ia akhirnya memecah hening. "Di sini dingin. Sebaiknya kita bicara baik-baik di dalam." "Kau kira aku sudi menginjak rumahmu lagi?" Sang wanita tertawa datar sejenak. "Jangan bodoh, Tuan Smith. Pondokmu adalah tempat terburuk di muka bumi. Aku sangat menyesal pernah tinggal di sini." Tanpa basa-basi, Amber berjalan melewati pundak sang pria. Spontan saja, Adam menahan lengannya. "Kau tidak perlu pergi. Aku sudah bertekad untuk tidak bersikap kasar lagi." Sorot ma

