Panggilan dari GM

1646 Words
Apakah kesetaraan itu ada? Apakah jika hanya memiliki banyak uang, manusia bisa dikatakan sudah bahagia? Jika kalian berpikir hal apakah yang membuat manusia menjadi menderita?, Penyebab pertama manusia menderita adalah...... selalu membandingkan diri dengan orang lain. Yang dimana perbandingannya selalu mengarah ke yang kalangan atas. Kalau kau tekun dan bekerja keras maka kau akan bisa bertahan hidup, kadang juga bisa berfoya-foya menikmati hasil dari bekerja. Meski begitu tak ada manusia yang menghibur diri dengan membandingkan dirinya dengan kehidupan orang miskin di negara lain, yang bahkan untuk tidur saja tidak bisa karena sedang dalam keadaan berperang mempertahankan negara kelahirannya. Kita selalu saja membandingkan diri dengan orang yang lebih sukses, mobil mewah, rumah yang sangat besar, pasangan hidup. Manusia selalu diciptakan dengan pola pikir begitu. “Hy Bisakah kalian berhenti melakukannya, itu sangat mengganggu, bahkan aku merasa ketakutan sekarang” ujar ku pada layar smartphone yang terus menyala karena seseorang menelpon dengan tulisan “game master” sedang memanggil. Penyebab kedua manusia menderita yaitu.... mereka selalu bimbang ketika sudah setengah jalan, sehingga mereka selalu berada dalam batas yang tidak jelas, diantara kegagalan dan kesuksesan. Mereka bisa saja membeli apartemen mewah, mobil sport yang bagus, dan bergelimangan harta. Memang sulit tapi tidak mustahil, setelah bekerja keras dan menetapkan hidup hemat meskipun memakan waktu puluhan tahun namun, suatu hari nanti kita akan memilikinya, yah kalau merasa tidak sanggup, kita cukup menerima perbedaan antara orang lain dan diri kita. Tetapi manusia tidak diciptakan begitu, meskipun pada awalnya mereka menerima tetapi lama-kelamaan mereka akan menyangkal dan menyalahkan orang lain sebagai pelampiasan. Karena dari itu manusia menderita. Akupun mengangkat telepon dan menjawab” baiklah aku akan melakukannya lagi karena terdesak keadaan” jawabku tenang sambil menghisap rokok ku yang tinggal satu batang. Penyebab ketiga manusia menderita adalah. Mereka tidak bisa mengambil keputusan secara rasional. Alasan kenapa model masyarakat yang yang di cetus kan oleh para peneliti ekonomi itu tidak berfungsi dalam masyarakat karena mereka membuat model itu berdasarkan aturan ‘manusia selalu mengambil keputusan secara rasional’ yang dimana dalam salah jika diterapkan dalam kehidupan. Manusia merasa iri ketika saudaranya memiliki mobil baru yang nanti bahkan akan di pakai bersama, manusia menolak jenazah tetangganya dikarenakan meninggal tanpa sebab yang jelas, seorang guru melecehkan anak didik nya sendiri. Seperti itulah manusia, mudah dikuasai emosi sehingga tak dapat mengambil keputusan yang rasional. Oleh karena itu mereka menderita. Manusia akan terbebas dari kekangan penderitaan mereka sendiri jika mereka menyadari dan menjadikannya prinsip dan tekad bahwa mengambil keputusan rasional tidaklah sesulit yang dibayangkan, mengakui kalau perbedaan itu memang benar adanya karena manusia terlahir dalam keadaan yang masing-masing jelas berbeda, tidak membanding-bandingkan lagi antar satu sama lain sehingga tercapai kepuasan dalam diri sendiri. Jika saja ini dapat di terapkan maka bisa di pastikan kalau manusia tidak akan jatuh ke lubang penderitaan lagi. (Pintu kamar ku terbuka dan seseorang menutup mataku dengan penutup mata) Aku menerima perlakuan ini dengan tenang karena aku sudah mengalami hal yang sama sebelumnya. Mereka hanya akan membawa ku ke tempat yang telah di tentukan oleh GM (game master) Dimasukkannya aku ke mobil dengan hati-hati dan mereka membawa ku ke tempat yang aku tidak ketahui, sepanjang jalan aku terus berpikir kenapa aku melakukan hal ini, mengapa aku mengiyakan saja ketika mereka menutup mata ku, bahkan aku tidak tau mobil apa yang sedang ku kendarai saat ini. (Mobil berhenti dan mereka membawa ku ke suatu ruangan yang dari baunya cukup familiar dengan indra penciuman ku) Ketika aku membuka penutup mata dengan sedikit menghela nafas lega “Sepertinya ini ruangan yang sama dengan sebelumnya” Mataku tertuju pada meja di depanku yang di atasnya ada beberapa tumpuk uang, amplop hitam, dan kartu dengan nomor di setiap kartunya. “Jadi masih sama seperti sebelumnya, yah tujuanku kesini hanya uang sih” sembari tanganku mengambil uang di atas meja yang jumlahnya sekitar 15 juta, Namun mataku justru tertarik pada amplop hitam yang berada di samping uang tersebut. “Hmm... setidaknya mari baca apa yang ada di dalam amplop ini” Entah kenapa aku penasaran pada apa yang ada di dalam amplop hitam ini. Aku mengambil amplo tersebut dan membaca isinya, dengan sedikit mengangkat alis karena tak paham dengan apa yang di tertulis. “Selamat datang Spieler” Spieler berarti pemain dalam bahasa jerman, aku penasaran mengapa aku di sebut pemain oleh surat ini. “Peraturan jika ingin bermain The Sed of Life” “1. Para spieler harus menerima panggilan dari GM sendiri dan bisa datang tepat waktu, yaitu jam 9 malam pas” “2. Jika Spieler tidak ingin mengikuti game maka Spieler boleh mengambil uang yang tersedia sebagai ganti rugi dan tidak boleh membocorkan hal ini kepada pihak mana pun, jika hal ini di langgar maka akan mendapat konsekuensi” “3. Jika Spieler memutuskan bermain maka silahkan ambil kartu yang bertuliskan nomor yang ada di atas meja, silahkan ambil salah satu dan menuju ke ruangan yang telah dituliskan kartu” “Hey hey... aku bukan lagi anak kecil yang harus takut akan hal ini” sembari tersenyum karena merasa hal yang di tuliskan di surat ini menurutku lelucon saja, tapi siapa yang bisa menolak uang gratis yang mereka tawarkan, “Yah setidaknya akan k*****a sampai akhir” tambah ku “Jika sudah memutuskan bermain maka Spieler harus mematuhi hal berikut:” “1. Semua kebutuhan Spieler termasuk makanan, minuman dan yang lain-lain dapat Spieler beli ketika game berlangsung, semua tergantung pada poin yang Spieler miliki” “2. Semua Spieler dilarang untuk membeli senjata” “3. Spieler yang telah memutuskan untuk bermain tidak di izinkan untuk menyerah ketika game masih berlangsung” Aku belum merasa ada kejanggalan di game ini, mereka melakukannya demi para pemain agar dapat menjalani game dengan aman. Namun jika itu memang benar lantas kenapa mereka harus menetapkan hukuman pada siapa saja yang membocorkan hal ini. “Ketentuan game berakhir” “1. Waktu yang di tentukan sudah habis” “2. Spieler meninggal dunia ” “Hmm.. . Jadi para pemain tidak boleh saling membunuh” ujar ku menangkap maksud dari surat ini “Bukankah game inj bertujuan baik?” tambah ku “Semua hal di atas adalah peraturan yang harus di patuhi oleh para Spieler, hadiah yang diberikan akan di sesuaikan dengan perolehan poin yang di dapatkan oleh para Spieler, Spieler dapat mengikuti permainan selanjutnya jika telah menyelesaikan tahap ini dan bersedia meninggalkan dunia ini ke tempat yang telah di sediakan, mohon pertimbangkan baik-baik jika ingin mengikuti The Seed of Life SEMOGA BERUNTUNG”. Ini adalah kata-kata terakhir yang tertulis di surat ini. “Cukup menarik, aku tertarik pada tempat yang mereka sediakan tapi tujuanku kesini hanyalah uang” aku mengambil uang diatas meja dan keluar dari pintu yang tersedia, dan tiba-tiba aku muncul di stasiun “Wow... sebelumnya aku muncul di mall setelah keluar dari ruangan itu, tapi sekarang di stasiun kah” ujar ku takjub dan sedikit kebingungan karena tak paham dengan cara kerja ruangan tadi. **** Sesampainya di rumah aku langsung bersenang-senang dengan uang yang kuperoleh dari ruangan tadi, membeli makanan enak, membayar hutang, memakainya untuk berjudi. Sampai saat itu aku belum menyadari jebakan yang mereka buat untuk memaksa spieler bermain game ‘The Seed of Life’. Hingga akhirnya uang yang ku peroleh habis dan aku mulai menunggu apakah aku akan memperoleh kesempatan yang sama seperti sebelumnya lagi. (Drrtttt....drrttt....drrrttt) smartphone ku bergetar dan di layar bertuliskan ‘GAME MASTER’ yang sedang menelpon ku, Aku tak percaya bahwa mereka menawari ku untuk bermain kembali, dengan sigap aku menerimanya dan beberapa menit kemudian seperti sebelumnya mataku tertutup penutup mata dan di bawa mobil menuju ke ruangan yang sama. Sesampainya di sana keadaan semuanya masih sama persis, dari uang, amplop dan kartu kamar yang ada. Aku langsung mengambil uang dan keluar tanpa membaca amplop itu lagi. Uang yang kudapat masih sama seperti sebelumnya, seperti biasa aku mulai menghambur-hamburkan uang yang ku peroleh demi memuaskan diri sendiri. Hingga akhirnya aku berpikir mungkin aku bisa mendapatkan uang yang lebih banyak lagi jika ikut serta dalam game itu. “Ayolah GM cepat menelpon” sambil menggigit jari karena tak sabar menunggu adanya telepon dari game master. (Drrtttt.......drrrtttt.....drrttttt) setelah menunggu selama beberapa hari akhirnya Game master menelpon ku kembali. Aku tak menyangka kalau masih diberikan kesempatan lagi, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, aku bukanlah orang yang bodoh karena melakukan kesalahan yang sama berulang kali, aku tidak akan mengambil 15 juta itu dan pergi begitu saja layaknya orang i***t yang puas akan kehidupan yang sama setiap harinya. “Aku akan bermain, aku akan bermain dan mendapatkan banyak uang sehingga aku tak perlu khawatir kehabisan uang lagi di masa depan” ucap ku dengan semangat . Di titik ini aku mulai menyadari jebakan yang di pasang oleh penyedia permainan ini yaitu game master, dia memanjakan pemain dengan sedikit uang dan membuat mereka ketergantungan akan hal itu, ketika para pemain sudah terbuai akan hal itu maka mereka tidak akan merasa cukup dengan jumlah yang disediakan, game master memanfaatkan sifat manusia yang serakah sehingga tujuannya untuk membuat mereka bermain game yang dimilikinya tercapai. **** Sesampainya di ruangan aku mulai mengamati lagi semua hal yang ada di ruangan itu. “pintu di belakang ini mungkin yang mengarah ke ruangan pemain”pikir ku sambil mengira-ngira, “Timernya mungkin jam itu “ Karena dari sebelumnya jam itu tidak menunjukkan waktu yang berbeda yaitu tetap pada 24:00. Yang berarti batas waktu gamenya berlangsung adalah selama satu hari tapi masih ada kemungkinan kalau waktunya akan bertambah lama. Karena masih ada keraguan maka aku membaca kembali peraturan yang ada di amplop dengan seksama. Karena menurut ku tidak ada peraturan yang berubah maka aku pun mengambil kartu ruangan nomor 7. (Seettttt......) pintu di belakang ku terbuka, Aku memasuki lorong luas yang berisikan pintu pintu di kanan-kiri, suasana hening, sangat hening sehingga aku merasa bisa mendengar suara jantung ku yang berdetak. Saat ini aku berada di depan pintu ruangan ku sendiri, aku mengira-ngira apakah yang akan ada di dalamnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD