1

1137 Words
1 Camelia POV Aku menatap layar laptop dan mengecek data pembelian yang sudah di-input oleh admin pembelian. Dua bulan lalu, aku resmi menjadi Ka. Bag di perusahaan ‘Dennis Golden Company’ atau lebih terkenal dengan sebutan DGC. Aku cukup terkejut saat menerima telepon dari Aryana, sekretaris CEO DGC yang menyatakan kalau aku diterima bekerja di perusahaan ini. Aku tidak habis pikir, apa yang membuat CEO yang terkenal playboy itu menerimaku untuk bekerja di perusahaannya, padahal beberapa waktu lalu, aku jelas-jelas menolak untuk tidur dengannya seperti syarat yang ia siapkan bila aku ingin bekerja di perusahaannya. Dan selama dua bulan ini, dia bersikap sangat manis padaku. Walau sejak awal, dia menunjukkan tanpa malu-malu keinginannya untuk tidur denganku, tapi selama ini, dia tidak pernah macam-macam. Dia hanya akan menatapku lekat-lekat saat kami bersisian di koridor kantor, atau saat aku ke ruangannya untuk urusan kerja. Aku tersenyum tipis dan meraih ponselku saat melihat lampu LED-nya berkedip-kedip. Sayang, jangan lupa ya, nanti malam, kujemput pukul tujuh. Senyumku melebar saat membaca pesan dari Andrew, pria yang sudah lima bulan ini resmi menjadi kekasihku. OK, Yank… see you.. miss you.. Aku membalas pesan dari Andrew dengan senyum mengembang. Andrew adalah manajer di kantor tempat aku bekerja sebelumnya. Aku meletak ponselku kembali ke atas meja kerja. Tanpa sadar, kepalaku menoleh ke sebelah kanan, ke arah dinding kaca pembatas antar ruanganku dan ruangan si bos. Aku punya ruangan pribadi yang cukup luas, walau tidak seluas dan semewah kantor Daniel, si playboy yang ternyata anak dari owner perusahaan ini. Pekerjaanku yang memegang penting semua rahasia perusahaan, mengharuskanku memiliki ruangan sendiri. Ruangan ini bersebelahan dengan ruangan Daniel dengan akses pintu penghubung antar ruangan. Dinding yang membatasi ruanganku dan Daniel hanyalah kaca bening yang memungkinkan untuk dia memantau seluruh aktivitasku. Seketika dadaku berdebar. Di seberang sana, Daniel menatapku dengan tatapan yang sangat intim, membuat seketika wajahku memerah. Memang, hingga hari ini dia tidak pernah macam-macam padaku, tapi tatapannya selalu cukup sukses membuatku berdebar. Aku selalu merasa tatapannya bukanlah tatapan biasa. Dengan cepat, aku kembali berpaling dan menatap layar laptop dengan d**a terus berdebar. Angka-angka di laptop serta nota pembelian yang bertumpuk di atas meja kerja mulai membuatku pusing. Seakan ada magnet, kepalaku sekali lagi menoleh dan menatap ke ruangan Daniel, dan playboy itu masih melakukan hal yang sama, ia masih saja menatapku. Cepat-cepat aku kembali memalingkan wajahku dan berusaha untuk fokus menatap angka-angka di laptop. Tapi hasilnya nihil, mataku menatap laptop, tapi pikiranku mengarah padanya. Si playboy memesona. *** Author POV “Daniel, habis ini ke BCS yuk, Sayang… aku mau beli sepatu.” Suara manja Rissa membuat Daniel menghisap rokoknya dalam-dalam. Ia dan Rissa sedang makan malam di sebuah kafe outdoor. Malam minggu seperti ini, terlihat ramai anak muda yang berpasang-pasangan sedang kencan di kafe yang memang sangat romantis ini. Daniel mengumpat dalam hati. Ia menatap hambar Rissa di depannya. Wanita cantik dengan tubuh seksi yang sangat suka mengekspos belahan dadanya ini, menatap manja ke arahnya. Rissa berpindah duduk ke sampingnya dan menyentuh pahanya. Seketika Daniel merasa gerah dengan tingkah Rissa yang tidak melihat situasi dan kondisi mereka yang sedang di tempat umum. “Sekalian aku mau beli lingerie seksi untuk malam yang panjang ini,” kata Rissa tanpa malu-malu. Daniel masih tidak bersuara. Ia menghisap rokoknya dan kembali mengembus asapnya. Rissa sama sekali tidak terlihat keberatan dengan asap rokoknya yang mengepul. Sudah dua minggu ini Rissa menjadi pasangannya. Dan servis Rissa di atas tempat tidur sudah tidak diragukan lagi. Tapi setiap kali ia bersama Rissa atau bercinta dengan wanita itu, yang ada di benaknya hanya Camelia, staf baru yang menjabat Ka. Bag di perusahaannya. Sejak pertama kali bertemu Camelia, semua wanita yang pernah ia miliki dan nikmati terasa sudah tidak berarti apa-apa lagi. Ia merasa hambar. Di pikiran dan hatinya hanya ada Camelia. Ia sangat penasaran dan merasa tertantang melihat sikap dingin Camelia. Camelia sangat sopan saat menjadi bawahannya, tapi Camelia sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan fisik padanya. Padahal di usianya yang ke tiga puluh tiga tahun ini, ia sama sekali tidak pernah gagal mendapatkan dan mengecap tubuh wanita mana pun yang ia inginkan. Ia kaya, tampan, dan royal pada setiap wanita yang menjadi pasangannya. Tapi selalu hubungannya dengan wanita-wanita itu hanyalah sebatas seks, sebatas rasa saling memuaskan tanpa ikatan pasti. Ia yang suka berpetualang sama sekali tidak menginginkan ikatan dalam bentuk apa pun. Ia ingin bebas bersama wanita mana pun yang ia inginkan tanpa ada yang mengekang. Dan sepertinya para wanita itu tidak ada yang keberatan, kalau pun ada, pastinya Daniel tidak peduli. “Daniel...” Rissa memanggilnya manja sambil terus mengelus pahanya. Belum sempat Daniel bersuara, sepasang anak muda yang mengambil tempat di meja yang berseberangan dengan mejanya menarik perhatiannya. Daniel menepis tangan Rissa dengan kasar. “Apaan sih, Dan?” tanya Rissa jengkel mendapat perlakuan Daniel yang seperti itu. Tapi Daniel sama sekali tidak mengacuhkan Rissa. Matanya tak lepas dari sepasang kekasih yang sedang saling tersenyum mesra sambil melihat buku menu. Si wanita yang duduk membelakanginya, seperti tidak melihat kehadirannya. Ia hanya sibuk tersenyum sambil sesekali bercanda dengan pasangannya. Melihat adegan di depannya, seketika darah Daniel mendidih. Dadanya turun naik menahan rasa tidak senang yang tiba-tiba menyerang hatinya. “Daniel..?” panggil Rissa heran melihat kebisuan Daniel. “Ehm… Ris, aku masih ada urusan, bagaimana kalau kamu ke BCS sama Franda saja?” kata Daniel tanpa menoleh pada Rissa di sampingnya. “Kok gitu sih?” tanya Rissa kecewa dengan nada manja yang dibuat-buat. “Ini...” kata Daniel sambil mengeluarkan lembar-lembar uang seratus ribuan. “Kamu belanja sama temanmu saja,” kata Daniel acuh tak acuh dengan protes Rissa. “Tapi… gimana nanti…” “Kapan-kapan saja…” sela Daniel cepat. Ia mengerti maksud Rissa adalah tentang hubungan di atas ranjang antara mereka yang seharusnya berlangsung malam ini. Rissa terdengar menghela napas panjang. “Ya sudah, see you, Honey,” kata Rissa sambil mencium bibir Daniel dan berlalu. Daniel sama sekali tidak berminat untuk memperhatikan sosok Rissa yang mulai menjauh. Di matanya hanya ada Camelia yang sedang duduk membelakanginya. Wangi parfum Camelia menyentuh hidungnya, membuat dadanya bergetar halus. Daniel semakin tidak sabar menjadikan Camelia miliknya. Seperti merasakan tatapannya, Camelia berbalik. Mata mereka beradu. Daniel tidak melemparkan senyum sama sekali. Ia justru menatap wajah Camelia yang jelas terlihat memerah walau cahaya kafe ini tidak terlalu terang. Camelia terlihat sangat cantik malam ini. Rambut panjangnya diikalkan di bagian ujung, sangat cocok di wajahnya yang berbentuk hati. Kulit wajahnya yang putih bersih dengan alis tertata rapi membuat ia terlihat begitu cantik dan anggun. Saat menatap bibir sensual Camelia yang dipoles lipstik berwarna pastel, tanpa sadar, Daniel menjilat bibirnya sendiri. Rasanya sudah berpuluh-puluh kali Ia menyentuh bibir itu dalam khayalnya. Camelia segera berbalik dengan wajah kian merona. Daniel terus mentap sosok di depannya. Ia akan melakukan cara apa pun untuk menaklukkan Camelia. Ia akan membuat Camelia menjadi miliknya. *** bersambung ... Follow **: Evathink
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD