Istri yang dibuang

1019 Words
“Tolong izinkan Jeffry untuk berpoligami, kasihan Sarita! Bagaimanapun mereka lebih dulu menjalin hubungan sebelum menikah denganmu!” Janna termenung mendengar ucapan perempuan setengah baya yang bernama Nani yang baru saja menjadi mertuanya 20 menit yang lalu. Pikiran Janna benar-benar bingung dan menatap mertuanya dengan pandangan kosong. Aroma melati dari sanggulnya masih tercium wangi, kebaya pengantinnya pun masih ia kenakan, tak hanya itu yang petugas KUA yang menikahkannya pun masih ada. Hanya karena ada seorang perempuan yang terjatuh dari tangga di gedung pernikahan mereka, acara akad nikah sederhana di rumah keluarga suaminya yang awalnya berjalan lancar menjadi kacau karena perempuan yang terjatuh itu adalah Sarita, adik angkat suaminya Jeffry. Kini, disaat Janna hendak mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, ia ditarik ke sebuah ruangan oleh mertua perempuannya dan langsung diminta untuk melakukan sesuatu hal yang wanita manapun akan berat melakukannya. “Bicara apa kamu! Sudah, jangan dengarkan ucapannya!” bentak seseorang di belakang Janna tiba-tiba. Janna yang tampak terpukul hanya bisa menoleh kearah suara yang dikenalnya, Naresh! Pria itu segera menunjuk jari telunjuknya ke arah istrinya Nani dan mengancamnya dengan tegas. “Jangan macam-macam kamu! Untukku Sarita hanya akan selalu jadi anak perempuanku, adik Jeffry! Aku tak ingin mereka menikah, karena mereka sudah jadi adik dan kakak sejak lama!” “Tapi mereka saling mencintai mas! Kamu menyiksa mereka dengan menikahkan Jeffry dengan perempuan lain!” “Tidak! Jika ia berani menikahi Sarita, tak akan kuberikan sepeserpun harta yang kumiliki untuk Jeffry!” ucap Naresh tegas dan segera menarik Janna untuk keluar ruangan. Sedangkan Janna hanya bisa berjalan terseret-seret mengikuti mertua laki-lakinya untuk duduk di pelaminan. Semua orang tampak ramai hilir mudik mencari tahu apa yang terjadi pada Sarita, sedangkan Janna hanya bisa duduk termenung di pelaminan tanpa pengantin laki-laki yang duduk mendampingi. *** Satu tahun sudah berlalu dengan begitu cepat. Nyatanya, meski waktu terasa panjang dilewati Ayun menjadi istri Jeffry, ia masih saja merasa jika pria itu belum menganggapnya sebagaimana mestinya. Ya, sebagai seorang istri, Janna memang belum mendapatkan perlakuan istimewa dari Jeffry yang lebih sibuk dengan Sarita. Saat ini, Janna baru saja tiba di depan ruang VIP di mana ayah mertuanya dirawat setelah kondisinya sempat menurun beberapa hari lalu. “Sudah datang kamu, Jan?” sapa Naresh yang pagi itu sudah duduk diatas ranjang rumah sakit sambil membaca buku. Ia sudah terlihat bersih dan sarapan paginya pun telah tandas ia makan. “Tidur nyenyak tadi malam Pa?”Janna balik bertanya pada mertua lelakinya yang juga atasannya di kantor. “Akh, tidur Papa gak enak! Perut Papa rasanya sakit sekali,” keluh Naresh sambil mengusap perutnya perlahan. “Sabar ya Pa, namanya juga habis kemo, pasti ada rasa gak enak,” ucap Janna sambil memberikan beberapa file yang harus Naresh cek dan tanda tangani. Saat ini setiap pagi, Janna akan menjadi menantu sekaligus asisten pribadi mertuanya di kantor. Mengetahui bahwa secara tak sengaja Janna melamar bekerja di kantornya, Naresh segera menjadikannya asisten pribadi sekaligus menjadikannya menantunya. Ia memang sengaja melakukan itu agar bisa membalas budi pada Saiful, ayah Janna yang juga sahabatnya saat kuliah dulu. Bahkan Saiful bersedia mengalah untuk mendapatkan sebuah pekerjaan dan memberikannya pada Naresh karena saat itu istri pertama Naresh, yang bernama Yanti tengah mengandung Jeffry dan sakit-sakitan sehingga Naresh membutuhkan banyak uang. Saat bertemu dengan Janna, Naresh langsung menyayanginya. Ia merasa Janna yang periang, ceroboh dan berjiwa bebas adalah tipe perempuan yang cocok dengan Jeffry yang kaku. Ia ingin Jeffry agar bisa lebih hidup dan fleksibel sehingga mencoba menjodohkan mereka walau sedikit memaksa dengan mengancam jika Jeffry tak menikahi Janna ia tak mendapatkan apapun dari semua yang harta yang ada. “Mungkin Papa banyak dosa ya, Jan sampai diberikan teguran sebesar ini,” celoteh Naresh sambil sibuk membaca dan menandatangani kertas-kertas dihadapannya. Janna hanya diam dan mengalihkan perhatiannya dengan merapikan buku-buku yang menumpuk di samping ranjang. “Sebentar lagi Mama datang ya Pa, dia juga akan membawakan beberapa buku baru buat Papa baca,” ucap Janna sambil mengambil beberapa file yang telah dibaca dan merapikannya kembali. Naresh tak menjawab, tiba-tiba saja ia turun dari ranjang dan bergegas menuju toilet untuk memuntahkan isi perutnya. Janna yang cemas segera menghampiri Naresh tapi pria setengah baya itu melambaikan tangannya dan segera menutup pintu toilet. Janna pun duduk sambil menutup matanya perlahan, pikirannya melayang jauh ke waktu setahun yang lalu. Kesedihan itu belum seberapa. Awalnya ia merasa seperti cinderella di zaman modern. Tiba-tiba saja dirinya mendapatkan pekerjaan sekaligus suami dengan mudah. Masih terbayang di benak Janna saat semua temannya merasa iri ketika mengetahui bahwa sang owner menginginkan Janna menjadi menantu dari anaknya yang berwajah tampan dan kalem seperti Jeffry. "Kamu sudah makan, Jan?" "Tunggu aku di situ, nanti aku jemput kamu di kantor Papa." "Jika kita menikah nanti, lebih baik kamu di rumah saja, jarak rumah dan kantor kamu itu cukup jauh soalnya. Aku nggak mau kamu kecapekan." Beberapa perhatian kecil yang sering Jeffry berikan, membuat gadis itu mudah jatuh hati pada calon suaminya, bahkan beberapa orang yang mendengar hal itu terkadang begitu iri pada Janna. Mereka menganggap Janna adalah perempuan paling beruntung di dunia karena bisa menikah dengan Jeffry. Semua orang juga mengatakan bahwa raut wajah Jeffry dan Janna memiliki kemiripan sehingga mereka terlihat sangat serasi–semua tampak sempurna. Janna merasa tidak sabar menjadi istri Jeffry. Sosok pria yang diyakini bisa membuatnya bahagia. Namun nyatanya, apa yang terjadi di hari pernikahan justru sebaliknya. "Mas Jeff jahat!" Teriakan Sarita setelah prosesi akad nikah sambil menangis histeris membutakan segala impian indah Janna. Adik ipar itu berlari saat coba meninggalkan acara pernikahan dan tak sengaja menginjak baju kaftan yang dikenakan hingga terpeleset dari tangga lalu jatuh sampai tak sadarkan diri. Peristiwa itulah yang membuat Janna akhirnya tahu jika Jeffri memiliki hubungan cinta dengan Sarita. Saat itu, ingin rasanya Janna membatalkan pernikahannya. Ia begitu marah dan kecewa, tapi entah kenapa lidahnya terasa begitu kelu untuk bicara. Rasa sakit di hatinya masih terasa sampai sekarang jika ia mengingat saat itu. Saat di mana ia duduk sendirian di pelaminan sebelum akhirnya ada salah satu anggota keluarga Jeffry yang menolongnya dari rasa malu dengan mengantar Janna ke kamar pengantin. Sementara Jeffry–suaminya tengah sibuk menemani Sarita ke rumah sakit. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD