Part 5

1002 Words
Nayla mengangkat kepalanya dan melihat siapa pemilik dari sapu tangan tersebut. "Kak Kevin?" Kaget Nayla. "Hapus air mata Lo pake ini!" Perintah Kevin. Nayla pun mengambil sapu tangan tersebut. "Makasih kak." "Iya, sama-sama. Ngomong-ngomong, ngapain Lo disini sendirian? nangis pula." Tanya Kevin. "Enggak kok kak. Aku lagi pengen sendiri aja." Jawab Nayla. "Oh yaudah, gue balik ke kelas dulu ya. Jangan nangis lagi?" Ujar Kevin. "Iya kak." Jawab Nayla. Kevin pun meninggalkan Nayla di taman tersebut. Setelah kepergian Kevin, Nayla kembali termenung dengan tatapan kosongnya. Tak terasa, ternyata sudah lama juga Nayla duduk di taman tersebut. Tingg...tingg Lamunan Nayla buyar ketika mendengar bel istirahat berbunyi. Nayla pun berdiri dan berjalan untuk kembali ke kelas nya. "Nayla! ya ampun, kamu dari mana aja sih? ditungguin dari tadi malah gak balik-balik." Ucap Dini khawatir. "Eh, tunggu dulu." Dini memegang wajah Nayla. "Kamu habis nangis ya Nay?" Tanya Dini ketika melihat mata Nayla yang sembab. "Ah enggak kok Din. Ini cuma kelilipan tadi." Ucap Nayla berbohong. "Nay,kamu gak usah bohong deh. Aku tau kamu itu tipe orang yang gak bisa berbohong." Ucap Dini lagi. Nayla hanya diam. "Bilang sama aku, siapa yang udah bikin kamu nangis Nay?" Tanya Dini lagi. Namun Nayla tidak menjawab nya. "Pasti kak Fatan ya." Tebak Dini. Mendengar tebakan dini tersebut membuat Nayla langsung menunjukkan kepalanya. "Benarkan tebakan aku Nay. Kak Fatan ini benar-benar gak punya hati ya." Maki Dini. "Udah Din, kamu gak usah perpanjang lagi masalah ini Din!" Ucap Nayla lesu. "Baiklah Nay." Jawab Dini. "Udah jam istirahat tuh, kamu gak makan?" Tanya Nayla. "Kamu belum makan juga kan? ayok kita pergi makan!" Ajak Dini. "Gak usah Din, kamu aja. Aku masih kenyang kok." "Tapi Nay,kamu kan belum makan juga." "Aku gak apa-apa kok. Buruan kamu makan. Nanti keburu bel masuk bunyi tuh." "Beneran kamu gak apa-apa Nay?" Tanya Dini memastikan. "Aku gak papa kok Din. Kamu tenang aja." Jawab Nayla sambil memaksakan senyuman nya. "Yaudah deh, aku ke kantin dulu ya." Pamit Dini. Nayla hanya mengangguk. Selepas kepergian Dini, Nayla langsung meletakkan kepalanya di atas meja, membenamkan nya diantar dua tangan yg diletakkan nya diatas meja. Tubuh Nayla terlihat bergetar. Tangis yang sudah berusaha dia tahan, kini meronta untuk keluar lagi. Nayla yang selama ini kuat, sekarang terlihat begitu rapuh hanya karena mendengar ucapan Fatan tadi. °°° Ketika Dini hendak pergi kekantin, gak sengaja Dini berpapasan dengan Fatan dan Fajar. "Eh Dini, tumben sendirian. Nayla mana?" Tanya Fajar. "Kak Fajar tanya aja tuh sama teman kakak itu!" Dini menunjuk kearah Fatan. "Habis dia apain si Nayla. Sampai bikin Nayla sedih dan nangis." Sambung Dini lagi. Sontak Fajar langsung melihat ke arah Fatan. "Dia yang nangis kok lo malah nyalahin gue." Balas Fatan tak terima. "Jangan pura-pura gak tau deh. Kak Fatan pasti habis ngomong sesuatu yang buat Nayla sedih kan." Tuduh Dini. "Dianya aja tuh yang cengeng. Mangkanya nangis Mulu kerjaan nya." Ucap Fatan membela diri. "Asalkan kak Fatan tahu ya, selama ini aku mengenal Nayla itu sebagai sosok yang kuat. Dia gak pernah lihatin ke orang-orang kalau dia lagi sedih. Tapi sekarang, gara-gara kak Fatan Nayla itu jadi sering sedih." Ungkap Dini kesal. Setelah itu Dini pun berlalu meninggalkan Fatan dan Fajar. "Tan, Lo apain sih Nayla?" Tanya Fajar. "Gue gak ada ngapa-ngapain dia."  Jawab Fatan cuek. "Tan, mending Lo jangan ngomong kasar-kasar sama Nayla Tan. Kasihan dia." Tegur Fajar Namun yang di tegur tidak mendengarkan nya sama sekali. Dia malah pergi meninggalkan Fajar dengan wajah kesalnya. Fajar hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat  sikap Fatan. °°° Tring...tring... Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar, beramai-ramai keluar dan meninggalkan sekolah tersebut. Ponsel yang ada di saku Nayla bergetar. "Halo assalamualaikum pak, ada apa?" Tanya Nayla ketika dia mengangkat telepon tersebut. "Waalaikumasallam non. Maaf non Nayla, kayaknya bapak gak bisa jemput non. Soalnya mobil tiba-tiba mogok dijalan non." Jawab pak Ujang di seberang sana. "Iya gak apa-apa kok pak. Nanti Nayla naik angkutan umum aja." "Makasih ya non. Hati-hati ya pulang nya non." "Iya pak. Nayla tutup ya, assalamualaikum." "Waalaikumsalam non." Nayla berjalan kearah gerbang sekolah. Dia tampak lesu, tidak bersemangat seperti biasanya. "Nay, Lo pulang sama siapa?" tanya Dini yang baru saja sampai di gerbang sekolah. "Hhmm, sama angkutan umum kayak nya deh." Jawab Nayla. "Loh kamu ga dijemput sama sopir?" Tanya Dini lagi. "Enggak Din, mobil nya mogok di jalan." "Gimana kalau kamu bareng aku aja. Nanti aku antar ke rumah kamu." Ajak Dini. "Gak usah deh Din, aku bisa naik angkutan umum kok." "Ga apa-apa kok Nay. Kamu bareng aku aja ya." "Kamu duluan aja deh!" Tolak Nayla lagi. "Yaudah deh, kalau itu mau kamu. Aku duluan ya." "Iya, hati-hati ya Din." "Siap." Balas Dini sambil tersenyum. "Kamu juga hati-hati ya Nay." Nayla hanya mengangguk saja. Selepas kepergian Dini, Nayla pun juga beranjak meninggalkan sekolah. Dia berjalan kearah rumahnya. Dia berniat untuk berjalan kaki saja pulang. Karena suasana hatinya yang kurang baik, membuat Nayla tidak berniat untuk naik angkutan umum. Nayla berjalan menyusuri jalan yang tampak ramai dilewati kendaraan. Nayla berjalan dengan lesu. Kata-kata tajam dari Fatan saat disekolah tadi masih membekas di hati Nayla. Untuk saat ini Nayla tidak ingin bertemu dulu dengan Fatan. Tapi apalah daya Nayla, sejauh mana pun dia menghindari Fatan, dia pasti akan bertemu terus dengan Fatan. Ya karena mereka tinggal satu rumah yang kemungkinan besar akan membuat mereka selalu bertemu. Langit sudah terlihat sangat gelap. Tanda-tanda akan hujan terlihat Dimata Nayla. "Kayaknya mau hujan." Nayla berucap sendiri. Benar saja, baru saja Nayla selesai mengucapkan, hujan pun langsung turun. Namun Nayla tidak ada niatan untuk berteduh. Titik demi titik air hujan sudah mulai membasahi tubuh Nayla. Nayla terus saja berjalan ditengah derasnya air hujan. Dia berjalan lesu seperti orang yang tak tau arah. Perlahan air matanya mulai menetes lagi. Tatapannya kosong. Berjalan tanpa memperhatikan jalanan. Dari arah yang berlawanan, ada sebuah mobil yang sedang melaju kencang. Nayla yang berjalan sambil melamun pun tidak melihat bahwa ada mobil didepan nya. Nayla hampir saja tertabrak. Tapi sebelum itu terjadi, tangan Nayla ditarik oleh seseorang membuat Nayla terjatuh ke pinggiran jalan. °°°
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD