PART 5 - Perasaan Cinta

1358 Words
Ariadna menelan ludahnya. "Aku?" "Hei, bukankah kau wanita di restoran tadi? Apa yang kau lakukan di sini, Cantik?" tanya Kenji yang sudah berdiri di samping Kinn. "Aku -" Ariadna melihat sekelilingnya. "Aku tersesat dan tak sengaja melihat tawuran tadi," katanya dengan tenang. "Kau tersesat? Memangnya kau ingin kemana? Biar aku antar," kata Kenji dengan senyum menggoda. Rael mendekati Ariadna dan menatap wanita itu dengan curiga. "Benarkah kau hanya tersesat? Perempuan normal akan menjauhi tawuran seperti ini. Bukannya bersembunyi di sini dan menontonnya. Apa kau menikmati pertunjukan tadi?" tanya Rael. "Bagaimana bisa aku pergi jika semua jalan terkepung? Aku ingin menjauhi kalian, karena itu aku memilih bersembunyi di sini. Kalau aku keluar, aku mungkin berakhir mati karena lemparan pisau kalian," kata Ariadna dengan kesal. "Dia benar. Si Cantik ini benar. Memang lebih aman bersembunyi di sini. Kau membuat pilihan yang tepat, Cantik," kata kenji lagi. Rael masih menatap Ariadna dengan curiga. Sedangkan Kinn hanya menatap perempuan itu dengan tatapan yang tak bisa ditebak. Kinn menurunkan pandangannya pada tas kecil yang dibawa Ariadna. Perempuan itu mencengkeram tas itu dengan erat. Memasang wajah penuh ketakutan dan berharap mereka berhenti mencurigainya. "Sial, harusnya aku tak membawa pisauku tadi. Bagaimana jika b******n itu menggeledah tasku dan menemukan pisau mahalku?" batin Ariadna. "Hei, hei! Sudah! Kenapa kalian menakuti-nakuti perempuan manis sepertinya? Kalian membuatnya ketakutan. Dia hanya warga baru di sini. Wajar saja kalau dia tersesat," kata Kenji. Rael tetap tak terima. "Tapi -" "Kita pergi," kata Kinn lalu berbalik dan pergi. Ariadna menghembuskan napas lega saat Kinn dan Rael pergi meninggalkannya. Sedangkan Kenji masih berdiri di depannya. Menyentuh bahunya dengan ringan. "Kau pasti sangat ketakutan. Lain kali jangan melewati jalan ini lagi," katanya sambil menyusul Kinn dan Rael. Kenji berlari menyusul dua orang itu, lalu menepuk bahu Kinn dan Rael ketika sampai. Ariadna melihat tiga orang itu dengan wajah penuh kekesalan. "Kalian pikir, aku takut dengan kalian? Aku bisa saja membunuh kalian bertiga dalam satu waktu tadi, tapi aku menahan diri, Bodoh!" batin Ariadna. Perempuan itu berbalik dan melihat Juan tengah melotot padanya. Wajahnya yang penuh darah membuatnya tampak menakutkan. Semua anggotanya tak ada yang mampu berdiri sehingga tak ada yang bisa membantu Juan. Ariadna berjalan mendekati laki-laki itu, menunduk di sampingnya dan mendengar suaranya yang lirih. "To-long a-ku," ucap laki-laki itu terbata-bata. Ariadna tak berniat menolongnya. Perempuan itu hanya memperhatikan luka di tubuh Juan. Meskipun tubuhnya kecil dan tak terlalu berotot, tapi sepertinya Kinn cukup kuat. Laki-laki itu bisa memukuli orang sebesar Juan sampai babak belur dengan tangan kosong. Kinn bahkan tak terlihat kelelahan sama sekali. Apa karena laki-laki itu mantan petinju hebat? "To-long...." lirih Juan lagi. "Sayangnya, aku sedang sibuk sekarang," kata Ariadna lalu meninggalkan laki-laki itu dengan wajah datar. * * * * * "Hei, anak baru! Coba kemari!" Ariadna menoleh ke arah Kenji yang melambaikan tangannya. Ariadna tak menyukai laki-laki yang sok akrab dengannya itu. Dan apa ia bilang? Apa b******n itu baru saja memanggilnya anak baru? "Pergilah ke meja mereka. Kenji memanggilmu," kata Lucia sambil memberikan nampan penuh minuman pada Ariadna. Ariadna langsung membawa nampan itu dengan satu tangan. Melewati beberapa meja yang berisi para wanita berpakaian seksi dan anggota Salvatore. Meja Kinn dan teman-temannya berada di paling ujung. Meja nomor 13 - meja paling besar dan tak ada yang boleh menempatinya selain Kinn dan teman-temannya. Saat Ariadna melewati meja 12, seorang perempuan menjulurkan kakinya untuk menjatuhkan Ariadna. Ariadna langsung menghindarinya karena respon tubuhnya yang bagus. Tapi tangannya yang tak terbiasa membawa nampan sempat bergoyang dan sebuah gelas jatuh dari nampan, tapi Ariadna langsung menangkapnya dengan cepat. Sangat cepat hingga semua orang terkejut melihatnya. "Wow, luar biasa! Sepertinya kau pelayan handal! Bagaimana bisa kau bergerak secepat itu untuk menangkap gelas jatuh?" tanya Kenji dengan heboh. Ariadna tak menjawabnya dan langsung meletakkan gelas-gelas minuman itu ke meja 13. Melirik Kinn yang sama sekali tak memandangnya. Laki-laki itu duduk di tengah sambil memegang sebatang rokok. Ketika semua temannya ditemani oleh wanita panggilan, Kinn lebih memilih duduk sendiri. Kenji menyuruh perempuan di sampingnya berdiri dan memanggil Ariadna, "Duduk sini dulu, Cantik. Kita harus berkenalan dulu. Sudah lama Darkside tak kedatangan orang baru," kata laki-laki yang selalu terlihat ceria itu. Ariadna meletakkan nampannya di meja dan duduk di samping Kenji. Tak ada waktu lagi, ia harus cepat mendekati orang-orang itu dan segera menjalankan misinya. Meskipun Ariadna setengah mati membenci orang-orang itu, Ariadna harus terbiasa berada di sekitar mereka. Kenji meletakkan tangannya di paha Ariadna, "Jadi, berapa umurmu? Kau terlihat sangat imut hingga kupikir kau masih dibawah umur," kata laki-laki itu. Ariadna hampir tersedak mendengar perkataan laki-laki itu. Selama hidupnya, tak ada yang menyebutnya imut. Apa laki-laki bernama Kenji itu masih menganggapnya imut jika Ariadna menodongkan pistol ke tenggorokannya? "Jadi berapa umurmu?" tanya Kenji lagi. "25 tahun," jawab Ariadna. "Benarkah? Kau seumuran dengan kita, tapi kenapa kau terlihat lebih muda?" Ariadna tersenyum, "Mungkin karena kau tak hidup tenang. Kau memiliki terlalu banyak musuh," kata Ariadna. Kenji tertawa sambil meminum wiskinya. "Kau lucu sekali. Apa kau sudah memiliki pacar, Cantik? Oh iya, siapa namamu? Aku lupa namamu." "Namaku Ariadna dan Lucia memberitahuku kalau anggota Salvatore tak ada yang boleh menjalin hubungan dengan perempuan yang bekerja di sini," ujar Ariadna. "Kau benar. Dan inilah b******n menyedihkan yang membuat peraturan gila itu." Kenji menunjuk Kinn yang diam sejak tadi. "Kau takut pada Kinn? Jangan takut padanya, dia hanya b******n menyedihkan yang tak tahu caranya bersenang-senang," kata Kenji. Kinn memelototi Kenji hingga membuat laki-laki itu tertawa, "Aku bercanda, Kinn. Jangan menatapku seperti itu," kata Kenji. "Sepertinya kau harus membiarkannya kembali bekerja. Lucia terlihat kewalahan di sana," kata Rael. "Kenapa tak kau saja yang membantu Lucia? Dia sudah terbiasa melayani semua orang sendiri. Jangan ganggu waktuku dan perempuan cantik di sampingku ini," kata Kenji sambil merangkul bahu perempuan di sampingnya itu dan menempelkan tubuhnya pada tubuh Ariadna. "Jadi, apa kau sudah memiliki pacar, Ariadna?" Ariadna menggeleng ragu. "Aku tak punya sekarang." "Apa kau mau menjadi -" Takkk! Kinn meletakkan gelasnya dengan kasar ke meja hingga menimbulkan bunyi yang membuat semua orang kaget. Laki-laki itu berdiri dan menatap Kenji dengan tajam. "Kau tahu apa yang akan aku lakukan pada anggota yang melanggar aturanku, kan? Aku akan menghukum siapa pun, tak terkecuali dirimu, Kenji," kata Kinn lalu pergi meninggalkan meja itu. Ariadna melihat Kinn pindah ke meja bar. Tampak meminta minuman pada Lucia. Laki-laki itu membuka topi yang dipakainya, membiarkan rambutnya yang sedikit panjang menutupi tengkuknya. "Tak usah dipikirkan. Kinn memang seperti itu. Dia menjadi membosankan sejak patah hati," kata Kenji sambil mengusap punggung Ariadna dengan lembut. "Patah hati?" Kenji mengangguk, "Dia pernah berpacaran dengan pelayan di sini. Kinn sangat mencintainya, tapi perempuan itu meninggalkan Kinn begitu saja. Karena itu Kinn tak mau anggota Salvatore menjalin hubungan dengan pelayan di sini lagi," kata Kenji. Jadi ada cerita seperti itu. Jadi Kinn pernah menjalin hubungan dengan perempuan. Ariadna tersenyum tipis. Rupanya laki-laki itu punya hati. Ariadna kira laki-laki itu hanya b******n kejam yang tak memiliki hati sepertinya. Selama hidupnya, Ariadna tak pernah dikenalkan soal cinta. Tak ada cinta di sekitarnya. Baik ayah dan ibunya menikah bukan karena cinta. Dan orang tuanya, Ariadna pun yakin mereka tak mencintainya. Ayahnya hanya ingin Ariadna menjadi perempuan kuat yang dapat memimpin Killian. Sedangkan ibunya, sepanjang yang Ariadna ingat, wanita itu hanya peduli dengan barang-barang bermereknya. Ariadna bahkan tak pernah tinggal dengan ibunya sejak kecil. Ariadna pikir orang-orang seperti dirinya tak akan pernah bisa mencintai orang lain. Ariadna sudah melihat ratusan orang mati di depannya dan ia tak pernah menangis sedikit pun. Tak ada perasaan cinta, maka tak ada juga perasaan sedih. Tak ada perasaan sedih, maka Ariadna tak akan menangis. Kakeknya selalu bilang orang yang memimpin Killian nanti tak boleh menangis meskipun seluruh keluarganya meninggal sekali pun. Itulah tujuan Ariadna hidup, yaitu untuk menjadi penerus Killian. Dan perasaan cinta hanya akan menjadi parasit yang mengganggunya. Melihat Kinn memukuli pemimpin Geng SMA Rio tadi pagi membuat Ariadna berpikir laki-laki itu sama sepertinya. Sinar kosong di matanya yang bahkan tak berkedip saat darah orang di bawahnya memercik ke matanya. Tapi bagaimana bisa orang seperti itu bisa mencintai orang lain? Bagaimana cara orang itu mencintai orang lain selain dirinya sendiri? Ariadna tak bisa mengerti. Sangat tak bisa mengerti karena ia tak pernah merasakan perasaan itu sendiri sampai saat ini.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD