Part 18

1304 Words

Jantungku berdegup kencang, sungguh di antara kita sudah tidak dibatasi jarak lagi. Kupandangi wajahnya yang datar dengan sorot mata menatap pintu. Warnanya masih sama. Putih kekuningan. Tapi kenapa tubuhku memanas dan mungkin wajahku sudah merah padam. Sungguh memalukan. "Kamu tidak perlu mendengar perkataan menyakitkan mereka, Mas. Mas Surya itu hanya iri sama kamu karena berada di dekat seorang direktur utama," ucapnya sambil tetep menutup telingaku. Bahkan hembusan napasnya meniup wajahku, karena jarak di antara kita benar-benar sangat dekat. "Mas tidak dekat dengan Pak Dirga, Ran. Tapi dianya sendiri kadang tiba-tiba memanggil Mas hanya untuk sekedar menanyakan kabar kamu dan Mas," jawabku jujur. Aku saja sangat heran dengan tingkah Pak Dirga akhir-akhir ini. Ya, hanya beberapa m

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD