Part 21

1046 Words

PoV Rania Brakkk ... pintu kamar terdengar dibanting. "Lihat wajah Mama, kok bentus-bentus, ya?" tanyanya panik. Tapi aku masih belum melihat, rasanya terlalu lelah untuk membuka mata. Apalagi harus mendengar keluh kesahnya. Dari awal, aku memang tidak yakin dengan produk yang ditawarkan oleh karyawan kecantikan tadi. Masa harganya murah benget. Memang satu set dua ratus ribu adalah harga biasa kosmetik bagus, tapi yang ukuran kecil. Bukan ukuran jumbo seperti itu. "Rania, Ran!" teriak Mama mulai histeris. Aku yang tadinya enggan untuk menutup mata, terpaksa harus melihat bagaimana wajah Mama sampai berteriak seperti itu. "Astagfirullah," gumamku pelan. Aku sungguh kaget ketika melihat wajah Mama muncul bintik-bintik merah. Ini memang kosmetik penipuan. Pantas saja aku merasa asing

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD