2

1504 Words
Setelah kejadian pertandingan basket yang batal itu mereka tidak lagi bermain-main karena memang beberapa hari setelah itu mereka sudah harus melaksanakan ujian semester. Saat ini mereka semua sedang melaksanakan ujian semester. Namun yang membuat mereka heboh bukan lah ujiaj semester ini melainkan Vincenzo yang sampai ujian semester ini masih tahan single. Padahal biasanya ia langaung mencari sehabis ia putus. Sepertinya Vincenzo memang ingin fokua ke ujian terlebih dahulu. “Woy Suhu nanti tolong dong contekin kita, Matematika nih mematikan gua banget gila. Mau belajar juga gua mah percuma ga akan bisa dan mudeng.” ujar Gevin. “Hahaha lo mah sama kayak gua, belajar ga belajar sama aja.” ujar Raka. “Yah tergantung yang jaga sih, jadi lo bisa berdoa mulai sekarang supaya yang jaga enak nanti jadi bisa gua contekin.” ujar Vincenzo kepada mereka berdua. “Nah ini nih yang jadi biangnya. Lo kan tahu sendiri udah kalo gua sama Raka itu doanya ga bakalan kedengeran karena kita banyak dosa. Usahain bisa aja lah, atau lo bantu dioain deh kalo kita ga mempan.” ujar Gevin tersebut saat ini. “Udah.. udah.. udah bel ini. Jangan sampe telat masuk hahaha.” ujar Vincenzo. Mereka masuk ke dalam kelas yang digunakan untuk mereka ujian. Kali ini mereka berdoa supaya gurunya tidak killer, bukan hanya Gevin dan Raka saja yang berdoa tapi hampir dari mereka semua karena mereka semua sangat noob di bidang Matematika ini. Ya bisa diketahui sendiri jika mereka ini memang hampir semuanya tidak jago Matematika. Mereka masih menunggu dan akhirnya saat ini ada guru yang masuk ke kelas mereka, mereka sudah lega karena guru itu sering mengantuk. “Ini isinya anak kelas 10 IPS 1 atau bukan ya?” tanya Pak Bambang yang merupakan guru olahraga tersebut yang membuat rasa lega mereka sirna. “Bukan Pak, ini 10 IPS 2. Bapak salah masuk kamar pak. Eh maksud saya salah masuk ke kelas.” ujar Raka yang membuat Pak Bambang menggeleng. Saat ini Pak Bambang pergi dan ternyat sudah ada penggantinya. Mereka melihat siapa guru itu dan saat melihat sepatunya saja mereka sudah hafal siapa guru tersebut. Mati deh gua. Batin hampir seluruh siswa yang ada di kelas tersebut saat ini. “Selamat Pagi anak-anak saya yang akan menjaga ruangan ini.” ujar Bu Gina. “Udah deh gua pasrah deh, nilai gua jeblok banget nih ini.” bisik Raka. “Anjir ia bener banget, gila sih bisa-bisanya Bu Gina yang jaga.” jawab Gevin. “Itu tandanya lo berdua ga beruntung dan lo berdua diminta buat banyak belajar. Udah ga usah brisik ntar di suruh keluar tau rasa dah lo.” ujar Vincenzo ke mereka. Kertas jawaban dan soal sudah dibagi, saat melihat soalnya mereka semua langsung kompak memperlihatkan raut frustasi mereka. Namun mereka tidak bisa hanya diam saja karena akan percuma jika mereka hanya diam saja saat ini. Mereka pun mulai mengerjakan sebisanya mereka yang penting kertas tersebut ada isinya. Satu jam mereka smeua berkutat dengan Matematika dan akhirnya bel berbunyi, mereka harus segera mengunpulkan jika tidak ingin ditinggal oleh guru. Vincenzo lah yang paling awal mengumpulkan karena dia memang sudah selesai, dia juga bepikirr berat tadi meski mungkin tidak sefrustasi teman-temannya. Bel sudah berbunyi dan mereka saat ini sudah diperbolehkan untuk pulang sebenarnya. Namun ada yang masih disekolah juga. Besok merupakan hari terakhir mereka ujian dan setelahnya mereka semua akan libur panjang semesteran. Ada yang senang tapi ada juga yang sedih karena akan jauh dari teman-temannya. Mereka juga tidak bisa melihat Vincenzo saat sedang liburan. Paling hanya melihat lewat ** saja. Saat ini Marisa sedang pusing sehabis tadi mengerjakan soal matematika. Ia benar-benar menyesal karena tadi malam tidak membaca buku atau belajar karena ia ingat bahwa rumus-rumus itu sudha pernah diberikan oleh guru mereka tapi ya itu mereka semua lupa akan rumusnya. Saat ini Marisa masih dikelas dengan Mirele. “Ah gua ini mah butuh Vincenzo ini.” ujar Marisa membuat Mirele bingung. “Lah gimana bisa deh lo butuh Vincenzo? Bukannya lo sekarang lagi pusing ya mikirin Matematika lo tadi? Aneh deh lo sumpah sih.” ujar Mirele tersebut “Mirele sayang gua butuh Vincenzo buat obat gua, pokoknya kalo udah ngeliat dia gua rasanya tuh tenang terus damai juga aduh senang. Temenin gua buat ke kantin yuk gua yakin ini Vincenzo masih di kantin.” ujar Marisa dengan semangat. “Lo sendiri aja deh Mar, gua dah di jemput nih. Nih buktinya gua ga bohong.” ujar Mirele sembari memperlihatkan chat dari Nico yang merupakan temannya. “Ya elah, ya udah deh. Lo balik sana gua mau nyari My Lovely Vincenzo dulu deh baru itu kayaknya gua baru bisa pulang sih.” ujar Marisa kepada Mirele dan Mirele saat ini pamitan kepada Marisa. Mirele dan Marisa berjalan ke arah berbeda. Saat ini Mirele keluar dari gerbang SMA Garuda dan ia langsung melihat mobil dari Nico. Nico ini merupakan teman Mirele sedari kecil, mereka berdua sudah seperti kakak adik juga. Bahkan Kakak Mirele yaitu Tytan yang juga bersekolah di SMA Garuda sering menitipkan Mirele kepada Nico ini. Mirele masuk mobil Nico. “Gimana Matematikanya? Pusing ga?” tanya Nico sembari mengelus rambut Mirele dan tersenyum tengil saat melihat Mirele. Mirele pun bercerita panjang. “Gila sih untung aja tadi uang nomor terakhir udah gua kerjain tuh ya walau pun gua ga tau sih itu bener atau ga, ya yang jelas gua udah nyoba dan semua udah gua kerjain deh. Gua ga mau tanya lo, pasti lo mah ga ada kendala. Otak lo pinter gitu. Gua heran deh perasaan dari kecil kita mainnya bareng, makanannya sama taoi kenapa gua ga bisa sepinter lo deh.” ujar Mirele mengoceh panjang lebar. “Ngocehnya sambil jalan ya beo, ntar lo kelaperan lagi gua yang di salahin sama Bang Tytan.” ujar Nico dan membuat Mirele tertawa. Mobil yang dikerndarai oleh Nico itu sudah pergi dari depan SMA Garuda untuk pergi mencari Caffe saat ini. Mereka akan makan karena memang itu tujuan dari mereka berdua. Sementara itu Marisa saat ini sudah menemukan Vincenzo. Dugaannya seratus persen benar karena Vincenzo memang berada di kantin bersama dengan dua temannya. Mereka bertiga sedang makan dan minum es, sepertinya kedua teman dari Vincenzo itu juga tampak pusing dan memikirkan banyak hal pada saat ini. Vincenzo mentertawakan kedua temannya yang masih saja memikirkan jawaban-jawaban dari Soal Matematika tadi. Jujur mereka berdua hanya mengerti lima soal dari sepuluh soal yang ada. Yang lima soal lainnya itu mereka menjawabnya dnegan asal karena waktunya juga semakin habis. Mereka sudah pasrah saja tadi. “Udah lah lo berdua tuh ga perlu dipikirin lagi lah, udah calm aja karena kalian berdua hari ini frustasi jadi gua traktir deh.” ujar Vincenzo yang merasa kasian juga. “Anjir emang ini gua ga bisa calm woy. Tapi kalo lo mau traktir gu mau makan banyak nih. Energingua kekuras habis gegara makan soal matematikan tadi yang ga bisa gua olah angkanya njir.” ujar Gevin dan disetujui oleh Raka. Saat ini mereka berdua sudah beranjak dari sana untuk memesan makanan mereka itu. Vincenzo saat ini tampak sedang melihat instagramnya dan tiba-tiba ia didatangi oleh satu kakak kelas yang saat ini duduk di sebelahnya. Ia tersenyum membalas senyuman Kakak kelasnya itu. Kakak kelas itu akhirnya mengajak berkenalan. “Hai Vincenzo, kenalin gua Tania. Btw besok malem lo free?” tanya Tania to the point dan jujur saja Vincenzo sangat suka dengan orang yang to the point. “Ga Free juga sih Tan, habis ujian biasanya gua open table di X Club. Biasa sama temen-temen gua hehhee.” ujar Vincenzo kepada Tania dan teman-temannnya. “Ah gitu, kalo gua ikut ke table lo boleh?” tanya Tania kepada Vincenzo. “Sure, with pleasure. Datang aja paling dari jam 9 malem sih.” ujar Vincenzo membuat mereka senang dan mereka pun saat ini meningalkan meja Vincenzo dengan wajah berseri. Tampak kedua teman Vincenzo yang baru datang menatap aneh mereka. Gevin dan Raka akhirnya bertanya kepada Vincenzo tentang hal itu. “Btw itu kenapa kakak tingkat nyamperin lo terus senyum-senyum? Lo udah dapet cewek baru lagi nih?” tanya Raka yang digelengi oleh Vincenzo tersebut. “Besok pas ke X Club kita dapat tamu juga, Tania sama temen-temennya mau datang juga. Ya gua pikir ga masalah juga kan.” ujar Vincenzo diangguki Gevin dan Raka. Mereka berdua lanjut makan makanan yang tadi sudah mereka pesan. Saat ini Vincenzo juga memesan makanan sekaligus ia membayar makanan dari Gevin dan Raka. Setelah sudah ia kembali ke mejanya dna mulai makan lagi. Mirele dan Nico baru selesai memesan makanan di Caffe Bintang. Mereka memutuskan memilih Caffe ini setelah perdebatan panjang antara mereka berdua yang berakhir dengan kali ini Nico yang mengalah pada Mirele. Mereka berdua makan bersama dan tadi pelayan disini mengatakan bahwa mereka sangat cocok. Sungguh bagi Nico dan Mirele saat dibilang seperti itu mereka selalu ngakak lebih tepatnya. Mbak-mbak pelayan tadi mungkin sudah orang yang kesekian mengaatakan hal itu. Mereka berdua memang terlihat seperti sepasang kekasih tapi nyatanya mereka berdua hanyalah dua orang yang sudah berteman semenjak kecil bahkan Nico menganggap Mirele sebagai adiknya karena ia tidak punya adik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD