Chapter 01

1362 Words
Ardhan menatap Nathan dengan kening yang berkerut. Nathan yang merasa di perhatikan oleh abangnya menaikan sebelah alis. "Kenapa?" Tanya Nathan. "Udah lo Save kan videonya?" Tanya Ardhan, Nathan langsung terdiam dan mengingat apakah yang Ardhan perintahkan sudah ia laksanakan atau belum. "Kayaknya..." Nathan berjalan mundur, Ardhan langsung menaruh kamera ke sofa yang ada di kamar dan mengepalkan tangan. "BELOOMMMM!!!" Teriak Nathan langsung keluar dari kamar dan berlari. "TAIII LO NATHAN!! SINI LO!!" Ardhan berlari mengejar Nathan yang sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya. Tadi Ardhan dan Nathan sedang membuat sebuah short video untuk tugas sekolah mereka. Cukup lelah karena mereka harus mengulang beberapa kali akibat ketidakmampuan mereka dalam membuat video tersebut. Ardhan benar-benar berharap jika video yang mereka buat dapat diterima oleh guru bahasa Indonesia karena mereka berdua sudah mendapatkan teguran berkali-kali dan tinggal mereka juga yang belum menyerahkan tugas tersebut. Dan tiba-tiba saja videonya tidak tersimpan? s**t! "GUE CAPEK NATHAN! CAPEK!!" Teriak Ardhan ketika melihat Nathan berdiri di sofa yang ada di dekat pintu kamar orangtua mereka. "Gue lupa Ar, sumpah deh. Sueer!" Kata Nathan sambil membentuk huruf V di jarinya. Ardhan yang berdiri sekitar 2 meter dari Nathan menatap adiknya dengan tatapan penuh amarah, Nathan masih berdiri di sofa sambil cengengesan. Mata Nathan membulat lebar ketika melihat Ardhan berlari untuk menghajar dirinya, namun tiba-tiba saja... Bugh! "Aduuhhhh!!!!" Pekik seorang gadis yang sudah terduduk di lantai seraya memegang lengan kirinya. Gadis itu meringis kesakitan. "Yah, mati lu!" Kata Nathan yang ia tujukan untuk Ardhan. "Aduh, lu napa lewat sih???" Tanya Ardhan sambil membantu berdiri gadis yang ia tabrak ketika ia berlari tadi. Ceklek... Suara pintu kamar terbuka, Ardhan dan Nathan langsung menoleh. "Morning Dad." Sapa Ardhan dan Nathan bersamaan. Seorang pria yang memiliki kemiripan wajah dengan mereka berjalan keluar kamar lalu menatap kedua anaknya secara bergantian. "Ada masalah apalagi kalian?" Tanya Arkan. "Lho, Cheara kenapa?" Lanjut Arkan. "Papiii!" Rengek gadis tersebut sambil berjalan mendekati Arkan. "Kamu kenapa, sayang?" Tanya Arkan dengan lembut saat melihat mata Cheara memerah. Yap! Arkan dan Nesya sudah dianugerahi satu orang anak lagi, yaitu Cheara Aderald. Umur gadis itu masih 13 tahun dan masih duduk di bangku SMP kelas 2. Cheara memiliki persamaan wajah dengan Nesya dan memiliki warna mata yang sama seperti Arkan, begitu juga dengan Arkan dan Nathan. Cheara benar-benar berbeda dari kedua kakaknya, ia adalah gadis yang pintar dan selalu mendapatkan peringkat pertama bahkan satu umum di sekolahnya. "Che ditabrak kak Ardhan, Pi." Ucap gadis cantik itu. Arkan menatap kedua anaknya yang sudah berdiri sebelahan. "Kalian kenapa lagi? Kenapa Cheara bisa kamu tabrak, Ardhan?" Tanya Arkan. "Gak kenapa-napa kok, Pi. Tadi Ardhan sama Nathan lagi latihan akting aja kok, tugas dari sekolah. Terus ada bagian Ardhan harus ngejar Nathan, Pi. Tapi pas Ardhan mau ngejar Nathan tiba-tiba Che lewat, ya udah deh ketabrak. Iya kan, Nat?" Tanya Ardhan sambil merangkul adiknya. "I-iya, Pi." Balas Nathan dengan menyeringai, Ardhan tersenyum lebar ke arah Arkan. Sedangkan Nathan berusaha menutupi rasa nyeri di bahunya akibat tangan Ardhan yang merangkulnya begitu erat. "Che, kakak minta maaf ya. Janji deh gak bakal ke ulang lagi hehe," Ardhan berjalan mendekati Cheara yang di rangkul oleh Arkan dan memberikan jari kelingkingnya kepada Cheara. "Ya udah!" Cheara menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milik Ardhan. Ketika malam menjelang, suasana makan malam kali ini sangat hening dan membosankan bagi kedua saudara kembar tersebut. Ardhan melirik kedua orangtuanya yang terus diam dengan tatapan fokus ke makanan masing-masing. "Krik banget!" Bisik Nathan yang duduk di sebelah Ardhan. "Papi sama mami lagi ada masalah kayaknya." Balas Ardhan dengan berbisik. Nathan melirik kedua orangtuanya. "Ekheem!!" Nathan berdehem cukup keras sehingga membuat Arkan, Nesya dan Cheara sama-sama menatap Ardhan dan Nathan. "Lo tau anak culun itu kan, Ar?" Tanya Nathan mengacuhkan tatapan orangtua dan adiknya. "Bonny? Si mata empat itu kan?" Nathan langsung mengangguk. "Tadi anak-anak pada bully dia." "Elo ikut?" Tanya Ardhan sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Nesya langsung menatap Nathan. "Yoi bro!" Ardhan berhenti mengunyah dan menatap lekat adiknya. "KENAPA GAK NGAJAKIN GUE??" Tanya Ardhan dengan suara yang cukup kuat. Arkan dan Nesya tersentak kaget sehingga membuat Nathan tertawa dengan keras dan diikuti oleh Cheara, walaupun gadis itu sempat tersedak tadi. "Ardhan? Nathan?" Panggil Nesya. "Kenapa, mi?" "Stop bully anak orang! Kasian, jangan nakal-nakal deh kalian!" Omel Nesya. "Tau ni!" Timpal Cheara. "Kita gak bakal nakal kalo papi dulu gak nakal." Arkan menganggukkan kepala mendengar ucapan anaknya. "Terus aja bawa-bawa papi, Ardhan." Kata Arkan, kedua remaja itu kembali tertawa dan langsung terdiam ketika melihat tatapan sinis Nesya. "Kalo aja kalian itu kayak anak-anak normal lainnya-" "Jadi kita gak normal?" Tanya Nathan sedikit histeris. Arkan tersenyum geli melihat Nathan yang pura-pura menangis dan Ardhan tengah menenangkan adiknya dengan cara mengelus d**a Nathan. "Aakhhh... Te-" Nathan langsung berhenti bicara saat menyadari jika mulutnya mulai berbicara sedikit kasar. "Te- apa, Nat?" Tanya Ardhan dengan tersenyum. "Mulut lu kotor banget sih, kak!" Ucap Cheara tahu kata apa yang akan Nathan keluar kan karena ia sudah sering mendengar kata-kata suci Ardhan dan Nathan saat sedang kesal. "Apa sih bocah! Sotoy lu!" Kata Nathan. Jika Cheara di suruh memilih antara Ardhan dan Nathan gadis itu akan memilih Ardhan. Karena menurut Cheara Ardhan lebih bisa menghargai cara berbicara dengan perempuan, sedangkan Nathan selalu seenaknya saja. "Lo jangan pegang-pegang, mana tadi lo cubit lagi. Sakit tau!" Bisik Nathan. Ardhan terkekeh sambil mengangguk. "Dengerin mami dulu, please. Serius untuk kali ini." Ucap Nesya dengan memohon. Ardhan dan Nathan menatap Arkan, laki-laki itu mengangguk. "Oke, kita bakal dengerin." Kata Nathan. "Mami mau kalo kalian itu jadi anak yang baik, anak yang nurut apa kata mami sama papi. Jangan suka usil sama anak orang, jangan suka bully anak orang. Kasian, untuk kali ini. Mami mohon sama kalian untuk dengerin apa kata mami sama papi. Gak bosen apa masuk ruang BP terus?" Tanya Nesya pelan. Arkan memperhatikan istrinya lalu beralih menatap kedua anaknya. "Ardhan jarang kok bully anak orang, Nathan itu mi yang sering banget nyari masalah." "Lo emang jarang bully anak orang, tapi lo suka banget nyari cabe-cabean di sekolah! Tobat bang! Tobat! Untung gak kena penyakit tu cewek yang sering lo gebet." "Penyakit apa? Ardhan gak punya penyakit Nathan." Kata Arkan, Ardhan menaikan sebelah alisnya mendengar ucapan Nathan. Sementara Nesya memilih untuk diam. "Masa papi gak tau? Ini lho, lima menit kena penyakit itu tapi sembilan bulan baru sembuh. Jangan nyebarin penyakit ke cewek-cewek yang gak berdosa, Ardhan!" Ardhan tertawa mendengar ucapan Nathan. Sementara Arkan terbelalak dan Nesya menaruh tangannya di kening, heran melihat tingkah dan perilaku kedua anaknya. "Penyakit apa itu? Kok lama banget sih sembuhnya? Che gak mau ah kena penyakit kayak gitu!" Ucap Cheara dengan polosnya tanpa berhenti memakan makanan yang ada dihadapannya. Ardhan dan Nathan tergelak mendengar ucapan Cheara sehingga membuat Cheara semakin bingung. Sementara Arkan tersenyum geli. "Gak usah dengerin apa kata kakak kamu ya." Ujar Nesya dengan lembut. Cheara hanya mengangguk. "Yang penting tu cewek gak kena HIV Nathan!" Balas Ardhan, Nathan masih terus tertawa sambil menepuk-nepuk punggung Ardhan. Ardhan memicingkan mata ketika ia ingin memasukkan sendok ke mulut terus terhenti karena Nathan menepuk-nepuk punggung nya. "Kalo sampe itu terjadi, Ardhan. Nikah aja kamu sekalian, gak usah sekolah lagi. Papi sama mami gak mau ya nanggung biaya hidup kamu sama istri kamu nanti." Ucap Nesya. "Astagfirullah, Ardhan masih mau sekolah, mi, Ardhan gak mungkin kayak gitu. Senakal-nakalnya Ardhan, Ardhan masih inget dosa, mi." Kata Ardhan sambil mengelus-elus dadanya. Nesya menganggukkan kepala lalu bangkit dari kursi yang dia duduki dan mengajak Cheara untuk naik ke lantai atas. Arkan melingkarkan tangannya di pinggang Nesya dan merangkul Cheara tanpa memikirkan ada dua orang yang sedang memperhatikan mereka. "Lupa kalo punya dua anak lagi?" Tanya Ardhan seraya menatap Nathan. Nathan mengangkat kedua bahunya dengan acuh. "Gak lagi ada masalah kayaknya papi sama mami, liat aja tuh papi megang pinggang mami." Kata Nathan seraya memperhatikan kedua orangtuanya yang sedang berjalan dari ruang makan. "Bagus deh. Elo jangan macem-macem lho Ar, gue tau lo itu ganteng. Eh, gue juga deng. Kita kan kembar, maksud gue lo jangan sampe kelewatan batas." Ardhan menatap Nathan dengan ekspresi datar, "tenang aja lo! Oh ya, gue udah dapet cewek baru, cantik, bohay lagi. Pengen banget gue...." Ardhan sengaja menggantungkan kalimatnya seraya tersenyum tanpa menatap Nathan. "Serah lo deh, serah."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD