RDBG 8. Makan Pagi yang Tertunda~

1160 Words
Britanny duduk sendirian di ruang makan. Sarapan sudah tersaji dan siap disantap, akan tetapi sang Tuan rumah tidak jua muncul. Hingga hari semakin siang, Grisham tidak juga menampakkan batang hidungnya, padahal menjanjikannya pertemuan pagi itu. Britanny bisa menebak penyebabnya. Apalagi kalau bukan gadis pencuri itu yang pastinya menahan Grisham di kamar. Britanny sangat dongkol hingga dia tidak bisa makan pagi itu. Ia beranjak dari ruang makan. "Ini tidak bisa dibiarkan. Aku akan menemuinya sekarang juga!" geram Britanny. Ia menuju ke kamar Esteva, akan tetapi Alfred memperingatkannya. "Nona Britanny sepertinya itu bukan ide yang bagus." Gadis itu mendengkus tak senang. "Bukan ide yang bagus? Ini sudah siang. Grisham tidak pernah sekali pun terlambat makan pagi dan sekarang ia tidak muncul. Apa kau tidak curiga sesuatu mungkin terjadi padanya?" "Tuan sedang tidur," jawab Alfred tegas. "Jam istirahat Tuan terganggu malam tadi, jadi saya rasa Tuan perlu tidur lebih banyak. Kesehatannya juga sangat penting." Ia menyindir Britanny. Britanny terdiam di tempat sesaat. Semua orang tahu bukan itu masalahnya, tetapi Grisham dan piaraan barunya benar-benar menunjukkan gelagat perubahan yang tidak bagus. Di saat Britanny gamang, seorang pelayan berseru memanggilnya sambil berlari kecil. "Nona Britanny! Nona Britanny!" Britanny dan Alfred menoleh pada wanita itu. "Ada apa?" tanya Britanny. "Mortimer menemukan kalung Anda, Nona! Tersembunyi di semak- semak di taman." Alfred dan Britanny tersentak. Terutama Britanny, ia segera berlari ke taman yang dimaksud, yaitu area selasar bangunan kamar tamu di mana salah satunya adalah kamar Esteva. Mortimer, pria paruh baya tukang kebun Winterwall, berdiri dekat tanaman pagar glossy abelia. Ia menyerahkan kalung liontin berbentuk hati itu ke tangan Britanny lalu menunjuk tempat di mana kalung itu awalnya tergeletak. "Di situ, Nona. Saya menemukannya di sana. Sepertinya, ada yang melemparnya dari selasar." Mata Britanny berbinar melihat kalung kesayangannya lagi. Tubuhnya menegang setelah mendengar perkataan Mortimer. Ia segera menoleh ke arah kamar Esteva. Alfred berusaha menenangkannya. "Nona, sebaiknya Nona bersihkan dulu kalung Nona dan setelah Tuan bangun, baru Nona kabari soal penemuan ini." "Tidak! Aku yakin pelakunya adalah Esteva. Aku akan menemuinya sekarang juga." Britanny melangkah cepat ke arah kamar gadis imigran itu. Di kamar tidur mewah itu, yang biasanya udaranya dingin lembap, sekarang menjadi pengap oleh hawa berahi. Grisham bukannya masih tidur, akan tetapi sesuatu yang nikmat memakunya tetap di ranjang. Ia berbaring telentang di tempat tidur, membuka mata karena Esteva mengulum kejantanannya. "Oouuhh, sayang, Eva ... Nikmat sekali, sayang ...," erang tersiksa Grisham, merasakan remasan rongga mulut Esteva, kehangatannya, dan buaian lidahnya. Ia mencengkeram rambut hitam gadis itu dan menyentaknya seperti tali kekang kuda. Grisham menggoyang pinggulnya cepat- cepat karena akan segera menembak. "Eva. Aku akan segera keluarrrhhhh, Eva ...." Pop! Eva menarik kepalanya dari area pubis Grisham, melepaskan kejantanan itu dari mulutnya. Grisham terperangah. Tidak enak rasanya dilepeh begitu saja di saat ia akan menumpahkan muatannya. "Eva, kenapa? Apa yang kau lakukan?" cecar Grisham. Gadis bugil itu berlutut dengan kedua kaki terbuka lebar. Kedua tangan berada di muara bibir kegadisannya, membeliak area itu agar Grisham bisa melihat celah kemerahan yang berlendir kelaparan. "Keluarkan di dalam sini saja, Tuan. Saya suka rasanya diisi milik Tuan. Sangat luar biasa." "Ah, kau sudah ketagihan rasa nikmat rupanya," ledek Grisham. Dengan senang hati ia membalik posisi mereka. Ia merangkul Esteva dan memosisikan gadis itu menungging. Pipi p****t kemerahan bekas dicambuk milik gadis itu menghadap Grisham. Pria itu mencengkeram pipi tersebut sekaligus menahan pinggul Esteva agar tetap di posisi saat ia memasukinya. Esteva meraih muara vulvanya untuk membuka area itu, akan tetapi Grisham yang tidak sabar lagi, menghunjamnya seketika. Batang besar itu membuka paksa celahnya yang masih kaku, sehingga ia harus berteriak. "Kyaaah, Tuan .... Sakit ...." "Heh? Bukannya kau menyukai rasa sakit, Eva? Haruskan kutambah lagi?" Grisham kembali menghunjam kasar dan cepat. Jemari Esteva mencengkeram seprai dan dia terengah menahan sakit. "Ungghh, ahhh, Tuan .... kyaahh ...." Grisham mengguncang tubuh gadis itu bak meluluh lantakkan tulang- tulangnya. "Aaa aaahh ...," teriak gadis itu berulang-ulang menggaduhkan suasana kamar. Matanya terpejam dan air mata mengalir di pipi. Rasa nikmat dan sakit bercampur, menjadi sensasi baru bagai penebusan dosa pada tuannya. "Ooh, Tuan ... lebih keras lagi," ratapnya. Sebelah mata Grisham mengernyit menahan desakan agar tidak menembak sebelum Esteva mencapai klimaks. Dari menahan pinggulnya, tangan Grisham berpindah mencengkeram buah dara Esteva yang menggantung. Ia remas kuat- kuat sehingga ratapan gadis itu bertambah nyaring. "Hmmmaaahhh, Tuaaan Grishaaaam ...." Bersamaan teriakan itu, Grisham merasakan lubang Esteva menyempit, lalu terasa panas dan berlendir kental. Oh, ya ... dia telah mencapai puncaknya. Grisham pun menembakkan cairan jantannya seraya menggeram, "Arrgghh, Eva ...." Grisham mengocok kuat lubang itu sehingga cairan di dalamnya meleleh tumpah dari muara gadis Esteva. "Aah, Tuan ... Nikmat sekali, Tuan ...," pelas gadis itu dengan tubuh menggeliat keenakan. Napas Grisham tersengal-sengal setelah pelepasannya dan lemas tiba- tiba karena ia main beberapa kali dalam sehari semenjak bersama Esteva. Grisham menjatuhkan tubuhnya di sisi gadis itu, dengan kejantanan yang terkulai lemah. Grisham merasakan lututnya gemetaran dan pandangannya menggelap. Esteva menatap tuannya dengan sorot terkagum- kagum. Mendempetkan tubuh berkeringatnya ke da.da Grisham, lalu berbicara padanya dengan lembut menggoda. "Tuan ... bisa kita melakukannya lagi?” Mata Grisham mengerjap- ngerjap seolah ia salah dengar ucapan gadis itu. "Eva, kau ...." Mungkinkah ini yang disebut hiperseks? Oh, astaga! Grisham mengira hanya laki- laki yang begitu. Ternyata ada perempuan yang suka melalukannya berulang-ulang dan tidak malu- malu mengungkapkannya. Atau mungkin karena Eva baru lepas dari kekangan Andreas? Bisa jadi. Ah, Grisham, jangan panik dulu. Kamu lelaki gagah dan kuat. Tubuhmu lebih besar dari gadis ini dan dia juga masih pemula mencecap kenikmatan bersetubuh. Kau akan bisa mengatasinya. Jangan khawatir. Jika tidak .... Jangan khawatir, kau punya banyak uang. Kau pasti bisa mengatasinya. Grisham mengusap pipi Esteva dan menyunggingkan senyum tipis. "Sayang, kita lakukan lagi nanti, ya? Hari ini aku harus menghadiri pertemuan di balai kota. Kita berjumpa lagi setelah aku kembali. Ya?" "Oh?" Gadis itu merengut seperti tidak percaya padanya. Esteva biasa melihat Andreas luntang- lantung di rumah dan tidak pergi keluar jika tidak sampai perempuan menggelepar oleh kejantanannya. Tuan Grisham sepertinya berbeda. Esteva berusaha tidak memaksakan kehendak. "Baiklah, Tuan. Kapan pun Tuan kembali, saya siap melayani." Dia yang melayani atau aku yang melayaninya? Grisham sedikit gamang. Adapun ia berusaha tersenyum wajar. Ia bangun dan turun dari ranjang berusaha menguatkan diri. "Aku akan mandi dulu," katanya lalu menuju kamar mandi Esteva. Esteva berbaring lemas, memejamkan mata meresapi sisa luapan rasa nikmat disetubuhi Tuannya. Ia memeluk tubuhnya sendiri, perlahan mengusap lekukan badannya yang terasa berdenyut-denyut bekas disentuh kasar oleh Grisham. Ooh, seperti inikah nikmatnya? Pantas saja Andreas tidak segan- segan memuaskan diri dengan siapa saja, bahkan menjadikan rumahnya sarang untuk pesta bugil. Brak brak brak! Gedoran keras di pintunya membuat Esteva membuka mata. Keningnya mengernyit dalam mendengar suara yang memanggilnya. "Eva, aku tahu kau di dalam. Buka pintunya, ja.lang! Kau harus menemuiku sekarang juga untuk menuntaskan urusan kita," teriak Britanny dari depan pintu. Ia berkacak pinggang menunggu. Beberapa detik tidak juga ada sahutan, Britanny menggedor lagi. Brak brak brak! "Eva, cepat buka pintunya atau kudobrak!" ancam Britanny. *** Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD