RDBG 10. Pria Berumur

1812 Words
"Ohh, ya, Tuan ... lebih cepat .... Lagi!" Gadis itu mengerang dalam desakan kebutuhannya akan dorongan dari sang Tuan. Apakah ia sudah menua? Pertanyaan itu timbul dalam benak Grisham saat menyetubuhi Esteva mengandalkan sisa-sisa kekuatannya. Ia takut tidak bisa menyaingi nafsu gadis itu. Seluruh tubuhnya rasa terkuras, akan tetapi Esteva masih saja betah dirudal nikmat, bahkan sudah klimaks berkali- kali. Dia mengerang dan menangiskan ledakan berahinya sepanjang waktu. Suara itu adalah penyemangat Grisham untuk terus bergerak menghunjamkan keperkasaannya. Grisham mendekap gadis itu sekaligus mencengkeram kuat gundukan daranya, lalu menyesap kasar bibir manis yang termangap mencari napas. Gadis itu mencapai klimkas lagi. "Apa kau sudah puas, manis?" tanya Grisham bersuara serak sambil mengurangi kecepatan ayunan pinggangnya. "Hah ... belum, Tuanhh," engah Esteva sambil bergerak sendiri menggoyang pinggulnya dan menjadikan batang Grisham sebagai poros. "Uuhhh, ini sangat enak! Milik Tuan bisa sampai ke dalam, yang tidak bisa disentuh dengan jari." "Ah!" Grisham terbaring tak berdaya dengan batang mengacung mati rasa. Ia tidak punya peluru lagi untuk ditembakkan. Sosok Esteva bagai dewi perkasa yang menunggangi kuda perang. Masalahnya, kuda itu kelelahan, jadi bagaimana merek bisa mencapai perbatasan jika keburu pingsan. Dalam perang kenikmatan itu, Grisham, sang kuda perang, berdoa dalam hati agar Tuhan memberinya kekuatan lebih agar tidak mengecewakan Esteva. Dan Tuhan mengabulkannya. Esteva mengerang puas lalu jatuh tertelungkup di da.da Grisham. Peperangan itu berakhir dengan batang Grisham dimuntahkan liang sanggamanya bersama ceceran ekstrak nafsu mereka. Esteva terengah. "Hah ... hah ..., akhirnya ...." Lalu dia tertawa kecil sambil memeluk erat Grisham. Ia mendengar detak jantung pria itu sangat cepat bagai derap kaki kuda berlari. Grisham berusaha keras bernapas. Pandangannya nanar. Tangannya lemas membelai rambut Esteva. Ia berujar lemah. "Eva ... apa kau berusaha membunuhku? Ini ... sangat luar biasa, sayang. Wanita pertama yang aku tahu bisa bercin.ta segila ini." Esteva tercenung. "Hum? Benarkah, Tuan?" "Kau tidak menyadarinya?" "Entahlah, Tuan. Ini pengalaman pertama saya," jawab Esteva jujur. "Oh, ya?" Esteva merasakan keraguan Grisham. Ia segera menggoda pria itu untuk menghiburnya. "Sepertinya ini karena saya bersama Anda, Tuan. Tuan sangat luar biasa sehingga saya merasa tidak pernah cukup bercin.ta dengan Tuan." "Oh, sayang, kau manis sekali," puji Grisham lalu mengecup kening Esteva. Gadis itu berbaring lagi di dadanya. Napas Esteva menyapu lembut, membantu menenangkan debaran jantung Grisham. Grisham merenung. Ia terhibur dengan kata- kata manis gadis itu, akan tetapi sebagai lelaki, ia ttap khawatir tidak bisa memenuhi ekspektasi Esteva. Kenapa dia bisa begitu bernafsu? Bisa jadi Andreas sudah mencekoki gadis ini dengan beragam ramuan hingga seliar ini. Kalau begitu, soal keperkasaan pria dan tahan lama, Andreas pasti juga tahu rahasianya. Namun, bagaimana caranya ia meminta ramuan pada Andreas sedangkan pria itu adalah musuhnya? Andreas akan menertawkannya jika tahu ia kewalahan meladeni gadis semuda Esteva. Benar-benar gila! Terbuat dari apa dia hingga bisa sebinal ini? Apakah dia Andreas versi wanita? Sepertinya. Embusan napas lembut Esteva membuat Grisham lega bukan main. Gadis itu akhirnya tertidur lelap. Mata Grisham juga menjadi berat. Ia turut tertidur sambil berdekapan dalam keadaan bugil. *** Entah jam berapa, Grisham tidak dapat menerka ketika ia terbangun dari tidurnya dengan tubuh rasa remuk dan pegal. Seingatnya itu seperti ia kembali dari peperangan dan itu bertahun-tahun yang lalu. Ia jauh lebih muda. Kalau sekarang, entahlah, mungkin ia butuh beberapa hari istirahat total. Yang pertama dirasakannya adalah haus. Ia butuh minum. Entah dari mana, seorang gadis latin yang sangat manis bergaun tipis, rambut hitamnya dikepang rapi, kulitnya berona semu menggoda, duduk di sisinya dan menyodorkan secangkir sirop mapel hangat. Esteva bangun tidur lebih dulu. Ia sudah mandi dan berdandan agar siap sedia melayani tuannya. "Tuan, minumlah," ujar Esteva. Grisham bangun setengah terpejam menerima cangkirnya lalu mereguk rakus seolah dia menemukan air di gurun pasir. "Sabar, Tuan. Biar saya ambilkan lagi." Esteva mengambil cangkir dari tangan Grisham lalu mengisinya lagi. Pria itu kembali minum sampai habis, kemudian terbaring dan mmengembuskan napas panjang. Esteva mencondongkan badan dan mengusap rambut Grisham. Grisham tidak seperti Andreas ternyata, tetapi pria ini cukup royal jika hatinya senang. Selain itu, dia juga kaya raya. Ia belum memeloroti harta Grisham, jadi ia harus terus menyenangkan pria ini. "Merasa baikan, Tuan?" tanyanya sambil tersenyum lembut. "Jauh lebih baik," sahut Grisham yang membuka penuh matanya. "Tetapi aku juga sangat lapar. Jam berapa ini? Jika bisa aku ingin makan malam." "Ini jam 8 malam, Tuan. Jika tuan tidak keberatan, makan malam di sini saja, saya akan menyampaikan pada Tuan Alfred agar menyiapkan makanan. Sementara itu, Tuan bisa mandi dulu supaya lebih segar." "Baiklah," sahut Grisham pasrah. Esteva ke luar kamar menyampaikan keinginan tuannya pada Alfred, lalu kembali ke kamar. Ia membantu Grisham mandi, mengisikan air bak, menyiapkan handuk dan sebagainya. "Aku bisa sendiri, Eva. Kau kerjakanlah hal lain," kata Grisham agar ditinggalkan sendiri. Ia waswas gadis itu naik lagi nafsunya jika mereka berduaan di kamar mandi. "Baik, Tuan," sahut Esteva. Ia meninggalkan Grisham di kamar mandi berendam dalam bak. Esteva menyibukkan diri dengan merapikan peraduan dan baju-baju Grisham. Menyiapkan jubah tidur untuk dikenakan tuannya. Sambil mengerjakan itu, Esteva jadi memikirkan kondisi Grisham yang kelelahan setelah bersanggama dengannya. Apakah itu alasan Andreas menjaganya tetap perawan? Karena tahu ia bisa membunuh seorang pria dengan nafsunya? Mau bagaimana lagi? Batang lelaki itu memang sangat enak saat memasukinya. Liang daranya berdenyut menggila bahkan hanya dengan membayangkannya. Nyeri nikmat saat memaksa masuk, etapi dobrakan itu mengalirkan desiran menggetarkan dalam dirinya. Bayangan raut wajah Grisham yang tampan dan arogan, tubuhnya yang kekar, lalu kejantanannya yang membesar. Bentuknya, aromanya, panjangnya, semburannya ... ughh, tembakan nikmat di langit-langit rahimnya. Esteva menggigit bibir dan tangannya mulai meraba- raba ke kelaminnya sendiri. Ia mendesah menegur dirinya. "Hentikan, Eva! Jika kau terus begini, bisa- bisa kau berlari pulang ke pelukan Andreas dan memintanya mengakhiri penderitaanmu. Kendalikan dirimu, Eva. Bersikaplah terhormat!" Entah dia punya atau tidak, yang jelas sedikit rasa hormat akan membuatnya segan. Setelah kamar rapi, Alfred datang mengantarkan makanan menggunakan kereta. "Letakkan saja di sana. Saya yang akan menatanya untuk Tuan Grisham," kata Esteva. Alfred mematuhinya tanpa membuat suara. Pria itu meninggalkan kereta makanan lalu keluar dan menutup pintu rapat- rapat. Grisham selesai mandi, separuh tubuh berbalut handuk dan dia mengelap wajahnya sambil berjalan keluar kamar mandi. "Tuan ...," sebut Esteva lembut, membuat Grisham terjengkit nyaris jantungan. Gadis itu memburu mendatanginya, dikiranya hendak menungganginya lagi. Ternyata membawakannya jubah tidur untuk dikenakan. Grisham bisa bernapas lega. "Terima kasih, manis. Kau sangat perhatian," kata Grisham. Gadis itu semringah, membukakan jubah dan memasangkannya, lalu mengikatkan simpul pinggang menutup jubah itu. "Saya masih belajar, Tuan. Saya senang kalau Tuan suka diurus seperti ini. Sekarang, mari duduk, Tuan. Makanan sudah siap." Grisham makan sangat lahap sampai ia baru tahu kalau ia punya nafsu makan sebesar itu. Setara 10 tentara kelaparan sepulang dari medan perang. Dua potong daging panggang ditandaskannya. Dua biji telur rebus, su.su hangat yang sangat manis, sup krim jagung, lalu potongan ham serta roti bundar, semua ludes dihabiskannya. Esteva yang menyodorkan makanan semringah sepanjang waktu pria itu makan. "Saya senang Tuan tidak pilih-pilih makan," katanya, tidak seperti Andreas. "Bagaimana jika mencoba makanan Spanyol? Apa Tuan akan suka? Seperti Paela, patatas bravas, dan gazpacho. Hmm, saya jadi rindu masakan rumah." Gadis itu manyun bak gadis polos yang masih anak-anak. "Ibu saya selalu memasakkan makanan yang enak untuk saya, tapi ketika saya makin besaf, di lelah dengan saya. Saya terlampau melanggar aturan." Esteva selalu beranggapan kesalahan ada pada dirinya. Grisham terenyuh dengan perjalan hidup gadis semuda itu. "Kau mau? Aku akan menyuruh tukang masak membuatkan masakan Spanyol besok. Bagaimana?" "Jika tidak merepotkan, baiklah. Atau saya bisa membuat sendiri. Saya hanya perlu bahan- bahannya yang segar. Tuan tahu, makanan laut akan sangat beraroma jika tidak segar. Tidak bisa ditutup- tutupi." "Tidak masalah. Aku akan menyuruh orang mengantarkan udang dan tiram segar, tomat, dan kentang yang baru dipanen. kau bisa memasaknya sesuka hati." Esteva merangkul Grisham seraya terpekik riang, "Kyaah, Tuan baik sekali." Grisham membalasnya dengan seyuman. Mungkin jika Esteva punya kesibukan, dia akan kurang b*******h. Baru terpikir demikian, gadis itu duduk di sebelah pahanya dan perlahan menggoyang pinggul menggesek kegadisannya. Wajahnya segera bersemu kemerahan. "Tuan, ... ah ...." Dia mendesah halus dan menatap Grisham dengan sorot lugu manja. Mata Grisham mengedip berkali-kali. Ia berusaha keras menelan ludah. "Kenapa? Ada apa lagi, Eva." "Tidakkah Tuan lihat? Saya butuh sentuhan Tuan," katanya sambil menggolak tubuh bak menunggangi sesuatu dan kedua tangan merayap di tubuh lalu meremas- remas buah daranya sendiri. Grisham tidak bisa berkata-kata untuk sejenak. Esteva mendesah seraya terpejam menikmati diri di pangkuannya. Bagaimanapun, ia merasa tertantang untuk memuaskan Esteva, tetapi haruskah ia memaksakan diri. Grisham kemudian merutuk gadis itu. "Oh, Eva, apa yang harus kulakukan padamu?" Gadis itu terlihat semakin putus asa. Dia membuka labianya dan main jari-jari lagi di sana. Rona wajahnya semakin menggoda. Setelah makanan utama, Grisham merasa disuguhi santapan surga sebagai penutup, tetapi kali ini ia tidak percaya diri menjamahnya. Esteva tersenyum padanya sambil mengadukkan jari. "Tuan," lirihnya, "jika saya terlalu nakal, hukum saya, Tuan ...." Grisham tersenyum sinis. "Kau memang sangat nakal, Eva." Ia mencengkeram tangan gadis itu dan menariknya ke atas sehingga berhenti menyentuh diri. Gadis itu terkesiap. "Ah, Tuan!" Grisham berdiri dan menyeretnya ke ranjang. Dia didorong sehingga tertelungkup di ranjang. Grisham menyibak gaunnya mencari penampakan pipi p****t dan bibir dara yang meleleh basah. Sialan, muara itu seperti mengejeknya. Grisham geram bukan main. Ia mengambil cambuk kuda dan menyambit ke p****t Esteva Plak! "Ahhh!" Esteva terpekik. Sakit membuat liang sanggamanya meremas kuat. Grisham merasakan debaran jantungnya meningkat lagi. Sensasi berkuasa dan tirani memacu adrenalinnya hingga ia tidak segan mencambuk Esteva lagi. Plak plak plak! "Ini karena terlalu liar, sayang. Kau rakus seperti pelaacur!" "Kyaaah, Tuan ...," erang gadis itu sambil meremas kuat seprai dan lutut merangkak. Lecutan cambuk tuannya mengenai si bibir lancang yang lapar dijejali rudal itu. Sakit yang nikmat menderanya bertubi- tubi. Jemari Esteva meraih selaput daranya lagi. "Emmmh, enaak," erangnya. Plak! Grisham mencambuk tangan itu. "Jangan sentuh kecuali aku suruh! Bisakah kau mematuhinya?" bentak Grisham. "Ya, Tuan, baiklah!" jawab Esteva terisak. Ia gigit bibir dan jemari bertahan mencengkeram seprai saja. Rasanya putus asa sekali. Nyeri yang diberikan cambuk tuannya membuatnya menangis mendamba. Namun tidak berselang lama Grisham memenuhi dirinya. "Kyaahh!" Melihat gadis itu tersiksa olehnya, meningkatkan hasrat berkali-kali lipat dalam diri Grisham. Kejantanannya ingin menjadi pengabul harapan gadis itu. Ia mendorong masuk tanpa ragu. Gerakan mantap dan terasa kasar membuat gadis itu berteriak. "Kyaah, Tuan .... Berengsek!" Grisham menyentak kasar tubuhnya. "Apa kau bilang tadi? Kau memakiku? Dasar gadis liar tidak tahu diuntung!" Grisham belajar berucap kasar pula. Ia menghujam keras- keras ke dalam tubuh Esteva. Gadis itu mendesah putus asa di tengah guncangan serbuan rudal tuannya. "Aahhh, maafkan saya, Tuan .... oohh, ini terlalu nikmat sampai saya lupa diri. Oohh, hmmmhh, Tuannn Grishaaamm, uuhh, lebih keras lagi Tuan ... hmmmhhh ...." Sialan, gadis ini membuatnya menggila. Grisham melupakan batas kewajaran dan hati nuraninya. Jika aku mati setidaknya aku mati dalam kenikmatan, batin Grisham. Ia menggojlok Esteva tanpa ampun dan mengerang bersamanya bagai hewan liar di hutan belantara di musim kawin mereka. *** Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD