Part 3 | Make a Deal

940 Words
Tatapan mata Arche tidak pernah lepas dari Rhea yang sudah menjauh meninggalkan mejanya, hingga suara riang anaknya menyentak lamunannya, membuat ia seketika mengubah mimik wajahnya. "Daddy, Aunty itu cantik sekali ya seperti Mommy," Keyla juga ikut menatap Rhea yang kini sudah memasuki counter kasir, anak perempuan itu terus saja tersenyum lebar. "Mommy lebih cantik," Kern menimpali, menatap tajam adiknya, tidak terima adik kembarnya itu memuji wanita lain selain mommy-nya, perlahan mimik wajah Keyla berubah, pasalnya belum pernah Kern berbicara dengan nada sedingin dan setajam itu pada Keyla, Arche yang menyadari Keyla akan menangis, segera menggendongnya. "Iya, dia cantik sayang tapi Keyla dan Mommy lebih cantik, benar kata Kern." Arche menggendong Keyla dan mengecup anak perempuannya itu, menyuapi Keyla untuk mencegah agar Keyla tidak menangis, dan tatapannya masih tertuju pada Rhea yang kini sedang sibuk melayani pelanggan. 'Aku tidak akan membuat ini menjadi mudah Rheana,' *** Arche memarkirkan mobilnya dan ia langsung disambut oleh Christy, pengasuh anaknya. Ia menggendong Keyla yang sudah terlelap selama perjalanan pulang sedangkan Kern turun dan membawa tas dengan mandirinya, namun Arche langsung menggendong anak laki-lakinya itu, anak laki-laki yang tidak pernah banyak menuntut dan sulit sekali Arche mengetahui keinginan anaknya itu. "Daddy tau Kern tidak suka jika Keyla membanding-bandingkan Mommy, tapi Daddy minta jangan pernah berbicara dengan nada seperti itu pada Keyla, oke? Dia adik yang harus kau jaga bukan kau sakiti, Kern adalah jagoan Daddy yang akan membantu Daddy menjaga Keyla, iya kan?" Arche tersenyum dan mengusap kepala Kern, perlahan Kern mengangguk dan menyerukkan kepalanya ke d**a bidang Arche. "Ya Daddy. Maafkan Kern," "Tidak apa-apa sayang, jangan diulangi lagi, oke?" "Ya Daddy, aku janji," "Good Boy," *** Rhea keluar dari kantor polisi dengan wajah sendu mengingat ayahnya yang terlihat begitu menderita di balik jeruji besi. Smith hanya menatapnya kosong tanpa mengatakan apa pun, sipir penjara mengatakan jika ayahnya mungkin mengalami depresi, hal itu membuat Rhea bertekad akan menemukan pengacara hari ini. Ia harus mendapatkan pengacara, persetan dengan siapa pengacara itu berurusan, berapa pun ia akan membayarnya asal sang ayah keluar dari tempat terkutuk yang turut menyiksa batinnya. Rhea memandang gedung firma hukum yang menjulang tinggi di depannya, dalam setiap langkah memasuki gedung itu ia berdoa semoga ada pengacara yang mau membantunya, namun sepertinya wajahnya sudah menjadi terkenal di Hamburg berkat kasus ayahnya yang membunuh orang penting di Hamburg, terbukti saat ia baru akan melangkah menuju meja resepsionist seorang pria berjas hitam yang mungkin juga bagian dari firma hukum di sana mencegahnya dan menatapnya jengah. "Firma kami tidak bisa menangani kasus ayahmu Nona, sebaiknya kau kembali, apa kau benar-benar tidak tahu siapa yang akan kau hadapi? Kau menyewa pengacara terhebat dari New York pun kau akan tetap kalah, orang yang membunuh istri Arche Aldene tidak akan termaafkan, apa kau tidak tau siapa Arche Aldene, Nona?" Rhea hanya mematung dan menatap pria itu dengan tatapan bingungnya, selama ini ia hanya sibuk mengurus kafenya dan menikmati hidupnya tanpa pernah mau peduli dengan apa yang terjadi pada dunia. "Kau benar-benar harus membuka wawasanmu, cari tahulah tentang Arche Aldene maka kau akan percaya apa yang kukatakan, jadi sebaiknya kau pergi, semua pengacara di Hamburg bahkan Jerman tidak ada yang berani membantu kasus ayahmu, kami masih cinta dengan hidup dan pekerjaan kami." Ujar pria itu sekali lagi dan meninggalkan Rhea yang masih membatu, sedangkan Rhea langsung menghembuskan napas panjang, bahunya lemas seketika dan dengan langkah gontai ia meninggalkan gedung pencakar langit kota Hamburg tersebut, mungkin setelah ini ia harus mencari tahu tentang Arche Aldene dan lebih membuka diri untuk mengetahui semua berita dunia. "Arche Aldene .... Arche Aldene, siapa sebenarnya dirimu?" Rhea terus menggumam sepanjang jalan, hingga telepon yang berdering membuatnya berhenti, ia mengangkat teleponnya dan tubuhnya membeku seketika saat suara sedingin es itu menyapa indra pendengarannya, membuat hatinya beku seketika, suara itu tidak memiliki kehidupan yang membuat Rhea meringis takut, apalagi ucapan dia yang membuat tubuhnya benar-benar membeku. "Datanglah ke kafemu jika ayahmu ingin bebas." *** Rhea melangkahkan kakinya dengan tergesa menuju kafe seolah kecepatan langkahnya akan menetukan nasib ayahnya di penjara, karena hanya ada satu orang yang mungkin bisa membebaskan ayahnya saat ini, dan Rhea tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Diedarkannya tatapannya pada seluruh sudut dan sisi-sisi kafe untuk mencari sosok yang beberapa waktu lalu menelponnya, dan lagi-lagi tubuhnya membeku saat matanya menangkap sosok pria yang tadi siang menatapnya penuh benci, tapi ia tidak salah, ia tahu pria yang tadi menelponnya adalah pria yang memiliki suara yang sama dengan pria yang datang ke kafenya siang tadi bersama anak kembarnya. "Duduk," Arche kembali berkata dengan nada dingin dan tatapan tajamnya, dan entah bagaimana tubuh Rhea hanya bisa menurut saat pria itu sudah berkata. "Teleponku barusan sudah menjelaskan kan? Jadi ayo kita buat kesepakatan untuk membebaskan ayahmu yang sialan itu." "Ayahku bukan pembunuh. Jaga bicaramu Tuan!" Rhea menggeram marah membuat Arche tertawa sinis. "Ah, kau belum mengenalku kan? Aku Arche Aldene suami dari wanita yang dibunuh ayahmu," ujar Arche dengan serak menatap Rhea dengan tatapan nyalang, sedangkan Rhea membatu di tempatnya, jadi dia sedang berhadapan dengan orang yang menuntut ayahnya? Yang membuat tubuhnya bergetar takut karena tatapan matanya, dan ia duduk di sini untuk membuat kesepakatan yang ia yakin bisa membebaskan ayahnya dari penjara terkutuk itu, namun ia yang akan masuk ke neraka pria itu demi kebebasan ayahnya. "Apa kesepakatannya?" Rhea berusaha meredam suaranya yang terdengar bergetar membuat Arche lagi-lagi tertawa sinis. "Menikah denganku dan aku akan membebaskan ayahmu," Arche tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Rhea di kursinya hanya mampu memejamkan matanya berusaha mencerna kalimat sesungguhnya dari pria itu, satu kalimat yang akan menjungkir balikkan hidupnya kelak. Dan saat ia membuka matanya Rhea tahu ia tidak mungkin bisa keluar dalam lingkaran api yang pria itu ciptakan untuknya, api yang perlahan akan menghancurkannya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD