Part 1 | For the Reason

932 Words
"Maaf Tuan, kami tidak menemukan sama sekali jejak mendiang pembunuh Nyonya Zenita," ujar seorang pria dengan wajah ketakutan menghadap sang majikan dengan hati yang bertalu keras. "Bodoh!! Apa saja yang kau lakukan hingga kehilangan jejaknya?! Keluar dari sini dan cari lagi informasinya!!! Jika kau kembali dengan tangan kosong, kau aku pecat dan jangan harap hidupmu sejahtera setelah ini. Nikmati pengangguranmu hingga kau mati!!!" teriakan marah pria berwajah bak dewa tersebut menggema di seluruh penjuru rumahnya. "Sialan. Lihat saja, aku akan menemukanmu dan membalaskan dendamku hingga kau hancur berkeping-keping." Pria itu meninju keras meja kaca di depannya hingga pecah dan darah segar keluar dari pori-porinya. Arche Aldene, pria yang memiliki kehidupan sempurna. Harta, istri yang ia cintai, sepasang anak kembar yang menyempurnakan hidupnya, seketika luluh lantak saat sang istri yang mati tertembak oleh orang asing yang hingga kini masih menjadi buronan di Hamburg. "Zee. Apa yang harus kulakukan dengan dua malaikat kecil kita? Kenapa kau meninggalkanku seperti ini?" Arche menjambak rambutnya frustasi, pria itu menangis, menangis karena kehilangan oksigennya. Zenita Aldene, istrinya tercinta. "Daddy," panggilan itu menyentak Arche dari rasa frustasinya, ia langsung merubah ekpresinya seolah sudah terlatih sebagai aktor handal saat melihat malaikat hidupnya menghampirinya dengan wajah yang sama-sama sembab. Kern Aldene dan Keyla Aldene, sepasang malaikat yang Zee tinggalkan untuknya, alasannya bertahan hidup, jika tidak ada mereka mungkin Arche lebih memilih menyusul Zee dan melanjutkan kisah cinta mereka di alam abadi itu. "Ya sayang," Arche berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Kern dan Keyla. Keyla sang putri langsung memeluknya, sedangkan Kern yang lahir lima menit lebih dulu dari Keyla hanya diam dengan ekspresi sedihnya. "Apa Mommy benar-benar tidak bisa kembali pada kita? Kenapa Mommy ditidurkan di tanah? Mommy akan kedinginanDaddy, aku ingin menemaninya." Keyla semakin histeris dan menangis di leher Arche, Arche hanya bisa menahan tangisnya dan mengusap punggung Keyla, satu tangannya meraih anak laki-lakinya yang terlihat lebih tegar walaupun Arche tau jika Kern sama terlukanya dengan Keyla, ia menarik Kern dan membawanya pada pelukan hangatnya. "Sstt, bukankah Daddy sudah bilang jika kalian menangis maka Mommy akan sedih melihatnya di atas sana, dengarkan Daddy," Arche melepaskan pelukan pada kedua anaknya. "Mommy pergi ke tempat yang sangat indah, jadi kita harus melepas kepergiannya dengan senyuman, kalian masih memiliki Daddy, okay? Jadi jangan bersedih lagi sayang, anak-anak Daddy adalah anak yang hebat." Arche mencoba tersenyum di tengah rasa sakitnya, ia mengusap air mata di wajah anak-anaknya, dan perlahan Keyla dan Kern mengangguk lalu keduanya kembali memeluk Arche. "Kami tidak akan bersedih lagi asal Daddy tidak meninggalkan kami," ujar Keyla dan Kern. "Tentu sayang, Daddy tidak mungkin meninggalkan bidadari cantik dan malaikat tampan seperti kalian." Arche mencium kedua anaknya dan mendekapnya erat, dalam hati ia bersumpah akan membalaskan dendam pada pria yang sudah membuat keluarganya hancur, pria yang sudah mengambil kebahagiaan anak-anaknya. *** Rheana Rosalind, seorang wanita berusia dua puluh lima tahun yang memiliki perpaduan wajah Asia dan Eropa itu terlihat tergesa keluar dari kamarnya saat seseorang menggedor pintu rumahnya dengan tidak sabaran. "Ayah apa yang terjadi?" Rhea membulatkan matanya saat melihat wajah ayahnya yang pucat pasi dan bajunya bersimbah darah, sedangkan orang yang dipanggil ayah oleh Rhea itu justru acuh dengan pertanyaan anaknya, ia bahkan mendorong Rhea dengan keras karena wanita itu menghalangi jalannya. Rhea hanya menghembuskan napasnya lelah. Ayahnya, Smith Russel menikah dengan ibunya yang seorang wanita Asia, awalnya kehidupannya begitu bahagia, ia memiliki kedua orang tua yang sangat menyayanginya dan selalu merasakan kehangatan dalam keluarga kecilnya itu. Namun, semuanya berubah saat usianya sepuluh tahun, saat ibunya yang tiba-tiba meninggal tanpa ia tahu apa penyebabnya, yang ia tahu ayahnya sejak hari itu berubah menjadi sosok asing yang tidak ia kenal, bahkan di saat masih dalam suasana berduka, tiga hari setelah kematian ibunya, ayahnya membawanya ke Hamburg tanpa alasan, dan meninggalkan semua kenangan di negeri kelahirannya, bahkan semenjak ia menginjakkan kakinya di Hamburg tidak ada lagi kehangatan dari ayahnya, ayahnya selalu pergi pagi dan pulang malam, ia harus mengurus semua keperluannya sendiri sejak berusia sepuluh tahun, ia tidak tahu apa pekerjaan ayahnya, ia tidak tahu kenapa ayahnya berubah, bahkan beberapa kali ayahnya menghukumnya dengan kekerasan fisik, dan semua itu berlangsung hingga ia dewasa, bahkan ia bisa menghitung berapa kali ia terlibat percakapan dengan ayahnya, selama ini hanya ia yang selalu bertanya dan selalu dibalas dengan bentakan atau yang lebih parah dengan tamparan bahkan pukulan. "Ayah, apa yang terjadi denganmu kali ini?" Rhea menghembuskan napasnya lelah dan memilih kembali ke kamarnya, selama ini ia selalu membukakan pintu dan yang ia dapati ayahnya dalam keadaan mabuk atau babak belur, dan setiap ia bertanya hanya tamparan yang ia peroleh, namun entah mengapa malam ini ia mendapat ketakutan luar biasa saat melihat ayahnya pulang dengan wajah pucat dan noda darah. *** "Tuan kami sudah menemukan pelakunya." Mark, detektif yang diperintahkan oleh Arche itu telah menemukan titik terang pembunuhan istri dari tuannya. Arche yang mendengar itu langsung memasang mata dan telinga tajam mendengar kalimat selanjutnya dari Mark. "Tapi keadaan pria tua itu mengenaskan, ia seperti frustasi dan dihantui rasa bersalah, apa kita perlu membunuhnya Tuan? Dia juga memliki seorang putri." "Seorang putri?" "Ya. Usianya dua puluh lima tahun." Ujar Mark lagi, Arche menyeringai. "Bagus. Aku akan mengubah rencanaku, aku tidak akan membunuh tua bangka itu, tapi membuat anaknya mati pelan-pelan oleh penderitaan." Arche tersenyum licik, membayangkan rencana yang akan ia buat untuk membalaskan sakit hatinya, ia tidak akan membuatnya menjadi mudah, membunuh pria itu terlalu singkat, ia ingin membalaskan sakit hatinya kepada sang anak dan ayah itu sekaligus. Mark yang melihat senyum menakutkan Arche bergidig ngeri, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya pada wanita berusia dua puluh lima tahun itu yang ia ketahui bernama Rhea. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD