Lantunan music mengalun indah di telingaku melalui earphone. Jenis music acoustic menjadi pilihanku untuk menemaniku berlari mengelilingi taman ini. Terlihat matahari mulai mengintip di balik awan. Perlahan hari semakin terang. Karena terlalu asik jogging, aku tidak menyadari bahwa hari sudah mulai pagi. Aku bangun lalu keluar pada jam lima pagi untuk berolahraga. Sekarang jam di tanganku sudah menunjukkan pukul enam lewat lima menit. Aku duduk di bangku yang terletak di taman ini. Sambil mengelap keringat yang mengucur deras mengunakan handuk yang aku bawa. Setelah aku merasakan cukup istirahat, aku mulai melangkah berjalan ke apartemen ku.
"Kau sudah pulang?" Tanya Antonio yang sudah berdiri di depan pintu apartemen ku.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya ku padanya sambil mengangkat tangan kiri ku untuk melirik kembali jam tangan ku.
Masih pukul enam lewat tiga puluh dua menit, kenapa dia sudah ada disini? Karena jam kantor di mulai pada pukul delapan pagi. Biasanya memang Antonio yang akan menjemputku untuk pergi ke kantor. Kebetulan dia tinggal di gedung yang sama denganku. Sesungguhnya itu bukanlah kebetulan, orang ini memang mempunyai tugas untuk memata-matai ku. Dia selalu menempel padaku seperti permen karet.
"Aku membawakan sarapan untuk mu." Jawabnya padaku sambil mengangkat tangan kanannya yang membawa bungkusan.
"Kau tidak perlu berpura-pura baik padaku. Katakan padaku, apa maksud mu datang sepagi ini?" Sambil menekan kode password, aku mulai bertanya.
Setelah pintu terbuka, dia masuk terlebih dahulu. Dengan nada jengkel aku berkata, "apakah kau tidak punya sopan santun tuan Antonio?"
"Apakah kau tahu? Aku sudah terlalu lama berdiri menunggumu. Ini semua salahmu, karena kau melarang ku masuk ke apartemen mu tanpa seizin mu. Kalau tidak aku sedari tadi sudah duduk santai di sofa ini." Jawabannya semakin membuat ku kesal.
Sebenarnya dia tahu susunan angka yang aku gunakan sebagai kode password apartemen ku ini. Pernah dia masuk kedalam apartemen ku di saat aku keluar untuk membeli beberapa barang kebutuhan ku. Karena aku tinggal sendirian, tentu saja aku terkejut saat menemukan seseorang sedang duduk di depan layar televisi. Saat terkejut aku mengelus-elus dadaku, seketika dia langsung panik. Sejak saat itu aku melarangnya untuk masuk ke apartemen ku tanpa seizin dari ku.
"Bukankah aku tidak meminta mu untuk membelikan sarapan?" Balasku padanya sambil berjalan menuju pantry.
Aku mulai mengambil air mineral, lalu aku teguk sampai menyisakan tinggal setengah botol. Antonio datang menghampiriku memasuki pantry ini. Dia mulai duduk di kursi sambil meletakkan makanan yang di bawa olehnya di atas meja.
"Kau makanlah dulu, aku akan mandi sebentar." Kataku padanya sambil berjalan menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi aku melihat Antonio masih berada di meja makan.
Dia terlihat sedang sibuk dengan ponselnya. Akhir-akhir ini dia sering chatting dengan seseorang. Mungkin dia sudah memiliki kekasih. Aku menyimpulkan demikian, karena dia selalu tersenyum setiap kali membalas pesan text tersebut.
"Jadi, kau sungguh sudah memiliki kekasih?" Tanyaku kepada pria yang ada di hadapanku sekarang.
"Yeah, dia gadis yang baik." Jelasnya singkat.
"Gadis mana yang sudah terbujuk rayuan mu, kawan?" Aku bertanya sambil mengintip ponselnya.
"Hei, kau tidak boleh mencampuri urusan pribadi ku." Dia berkata sambil menjauhkan telepon genggamnya dari ku.
"Jadi, maksud kedatangan mu sepagi ini hanya untuk memamerkan kalau kau sudah memiliki seorang kekasih?" Aku bertanya sambil mengeluarkan sarapan yang dibawanya.
Ternyata dia membawakan ku bubur ayam. Antonio sudah menyediakan sendok untuk ku. Bubur ini masih hangat. Selain ada suwiran ayam, isi dari bubur ini juga ada suwiran ikan, telur asin hingga ada potongan roti di dalamnya. Ikannya terasa sangat lembut dan aroma minyak wijen menguar saat aku mengaduk bubur ini. Aku mulai mengeluarkan telur asin ini dari cangkangnya. Setelah itu aku memotongnya sedikit lalu aku campur dengan bubur ini.
"Wah, kau kelihatannya sangat menikmatinya, kawan." Antonio berkata sambil terkekeh.
"Tentu saja. Bukankah, kau membelinya untuk aku nikmati?" Balasku padanya.
"Sungguh sulitnya membuat seorang Christopher Louise untuk mengucapkan terima kasih." Katanya menyindir ku.
"Sudahlah, ayo katakan apa mau mu?" Aku mulai mencari tahu apa alasannya menemui ku.
"Okay. Sebenarnya kemarin ibumu menelepon ku. Dia bertanya padaku, apakah hari ini kau ada pertemuan penting atau tidak. Lalu aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan memberitahu kan padanya pagi ini." Antonio berbicara sambil menatap bungkusan kosong yang baru saja ku buang ke tong s****h.
"Lalu, kenapa kau tidak langsung saja mengatakan kepada mom?" Tanyaku usai meminum air mineral.
"Sebenarnya besok kau tidak memiliki pertemuan penting apapun. Bila aku mengatakan kepadanya, maka kau akan di paksa untuk menghadiri pesta Alice Cassano. Bukankah kau mengatakan padaku bahwa kau tidak ingin menghadirinya." Jelasnya.
Walaupun dia adalah orang kepercayaan keluarga Louise, tapi di satu sisi dia masih memihak kepada ku. Antonio hanya akan melaporkan ku kepada mom bila terjadi hal-hal yang berbahaya. Seperti saat aku sedang sakit, dia akan memberitahukan kepada mom. Padahal sakit yang ku derita hanya flu biasa. Itu yang terkadang membuatnya menjadi orang yang menyebalkan.
"Aku sedang malas ke acara seperti itu. Lagi pula itu bukanlah acara yang penting. Kau katakan saja pada mom kalau aku akan keluar kota. Bilang saja padanya kalau aku akan kembali pulang besok siang." Ucapku, sambil meninggalkannya menuju kamar untuk berganti pakaian.
"Baiklah, kalau begitu aku mandi dulu. Kau tunggu aku di lobby." Teriaknya dari arah depan pintu apartemen ku.
Lalu terdengar suara pintu tertutup. Aku bergegas memakai kemeja berwarna biru cerah lalu aku memilih jas hitam.
*****
***
*
Aku berjalan menuju lift tanpa Antonio. Tadi sesampainya kami di Mall, mom menelepon Antonio. Mungkin mom menanyakan jadwal ku hari ini. Telepon seluler ku bergetar. Aku melihat caller id. Nama Alice Cassano tertera di layar ponselku. Sebelum sempat menjawabnya seseorang menyenggol punggung ku, itu membuat ponselku terlepas dari genggaman tangan ku. Aku segera memungut handphone ku, aku melihat Alice sudah memutuskan panggilan teleponnya sebelum aku sempat menjawab. Lalu aku memutarkan tubuhku mencari keberadaan si penabrak.
Apakah kau tidak dapat melihat dengan baik, nona?" Tanyaku kepada seseorang yang menjatuhkan handphone ku dengan nada ketus.
"Maafkan saya tuan, tadi saya sedang terburu-buru jadi tidak sengaja menyenggol punggung anda." Jawabannya terdengar dengan sangat hati-hati.
Saat aku melihat wajah dan mendengar suaranya, seketika jantungku berdetak dengan kencang. Ku pandangi wanita ini dari ujung kepala sampai ujung kaki, kenapa aku merasakan hal yang aneh? Ada perasaan rindu saat aku melihatnya. Saat matanya menatapku jantungku masih berdegup dengan kencang. Siapa wanita ini? Sepertinya aku tidak pernah melihatnya. Wanita ini memiliki pengaruh yang buruk terhadap jantung ku. Aku harus berkonsultasi dengan dokter lagi, pikirku.
*ToBeContinued*