"Mobil itu..." Gumam Liana. **** Seketika hati Liana menjerit nyeri. Dia tak rela jika adiknya harus masuk ke dalam kandang macan yang siap menerkam. Sungguh baginya Cantika adalah wanita terbaik yang seharusnya mendapatkan pria baik. Bukan b******n yang keluar masuk club mencicipi wanita penghibur yang disediakan di tempat laknat. Air mata pun segera mengalir di pipi Liana. Namun selanjutnya wanita itu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia hanya bisa berharap, pemilik mobil itu bukan pria b******k yang dia kenal. "Kak." Liana tersentak saat seseorang memanggil namanya sambil menepuk bahunya. Liana pun menoleh ke arah Melia. Wanita itu tersenyum ramah sambil mengusap air matanya. "Kakak sedih ya? Jangan sedih ya. Kan masih ada aku yang menemani Kakak," ucap Melia