My Prince Season 2 - 33

2637 Words
“Dengar, nak,” Sang Ratu dari Ras Viola, yakni Miola Miolisa, seorang wanita tinggi berbadan seksi dengan rambut panjangnya berwarna merah muda yang menjuntai ke lantai, menghela napasnya sejenak sembari merespon perkataan Arga yang agak menohok dan menyinggung perasaannya. Dua sayap besar yang tertanam di punggung Miola berkibas-kibas pelan, menandakkan kalau saat ini suasana hatinya dan dirinya sendiri sedang merasa tidak nyaman dengan pembahasan itu. “Kami semua, tidak serta merta saling membenci seperti anak-anak, juga penyebab yang membuat kami jadi saling bermusuhan pun bukan hal yang remeh dan sepele, sebenarnya aku ingin menjelaskan semuanya padamu, mengenai awal-mula para ras manusia saling berperang dan menjajah, tapi itu akan memakan banyak waktu. Jadi lupakan saja itu. Sekarang, aku ingin kita fokus kembali ke pembahasan awal yang sempat terjeda.” Mengangguk dan menuruti kemauan Sang Ratu, Arga tidak begitu peduli pada hal-hal yang membuat ras-ras manusia saling membenci dan berperang karena menurutnya itu tidak begitu menarik untuk didengar, jadi dia lebih suka pokok pembicaraannya kembali fokus ke awal, meskipun sebenarnya ia masih ingin menyinggung dan menohok perasaan Miola Miolisa mengenai hal-hal sebelumnya. Memasang kupingnya baik-baik, Arga telah bersedia untuk membicarakan kembali hal yang sebelumnya sempat tertunda. Ya, mengenai apa yang akan menimpanya di ruangan ini oleh Sang Ratu dari Ras Viola. Entah apa pun itu, Arga  berharap itu bukan sesuatu yang merepotkan atau menyakitkan, apalagi jika sampai mempertaruhkan nyawa, karena dia masih ingin bertemu dengan Jiol—ah apa itu tadi? Mengapa pemikiran Arga tiba-tiba jadi aneh begitu? Masih ingin bertemu dengan Jiola? Mustahil! Dia tidak ingin bertemu lagi dengan perempuan aneh itu, yang suka sekali menganggap dirinya sebagai seorang kakak bagi Arga. Membayangkannya saja benar-benar menjengkelkan. “Jadi, hadirnya dirimu di sini adalah untuk membuat sebuah permintaan maaf kepada semua ras di Kota  Vanterlock atas apa yang telah kau perbuat semalam, khususnya kepada Ras Viola. Karena ulahmu, kota yang kami tempati jadi sangat kacau, itu benar-benar bukan hal yang kami sukai, kami sangat cinta akan kedamaian  dan ketentraman, tapi kau, yang merupakan salah satu keturunan dari Ras Teriana, telah mengacaukan itu semua, sehingga tengah kota jadi ricuh dan bising. Kuharap kau mau melakukan permintaan maaf secara tulus dengan baik kepada seluruh ras, karena jika kau tidak mau atau bahkan menentang itu, maka tidak ada cara lain selain kami akan mengurungmu di penjara agung atau mungkin, bisa saja kamu juga dieksekusi di tengah kota. Jadi bagaimana, kau mau memilih yang mana?” Terdiam sejenak, memikirkan dan menimbang-nimbang tawaran yang diberikan oleh Sang Ratu dari Ras Viola, Arga sedikit bimbang karena dia merasa itu semua terkesan seperti pemaksaan dan dia jadi seperti pihak yang sangat bersalah di kasus tersebut, padahal Arga sama sekali tidak menganggap perbuatannya semalam adalah kesalahan atau pun kejahatan, itu semata-mata pemberontakan dan kemarahan atas segala tindakan yang menindas dari ras-ras lain kepada Ras Teriana, tapi mengapa sekarang dia diperintah  untuk melakukan permintaan maaf secara tulus kepada seluruh ras di kota ini, dan jika dia tidak mau atau menentang tawaran itu, dia akan langsung dikurung di penjara atau bisa saja dihukum mati di tengah kota. Bukankah ada yang salah dari itu semua? Mengapa Ras Viola, dan juga ras-ras lainnya masih belum memahami penyebab kericuhan tadi malam, kenapa mereka malah mengira kalau kericuhan itu adalah kerusuhan anarkis yang dilakukan oleh Ras Teriana kepada seluruh ras di Vanterlock, seakan-akan para Teriana sangat kejam dan jahat. Padahal kenyataannya, itu semua adalah perjuangan Ras Teriana untuk mendapatkan keadilan dari segala diskriminasi yang telah mereka terima selama bertahun-tahun tinggal di Kota Vanterlock. Sungguh, Arga tidak mengerti mengapa pola pikir orang-orang dari ras-ras lain bisa selicik dan sebodoh itu. Apakah mereka semua tidak pernah diajari untuk berempati atau paling tidak, bersimpati kepada seseorang? Mengapa mereka terdengar seperti kumpulan makhluk yang tidak mengerti mengenai perasaan orang lain, mereka hanya ingin memuaskan egonya masing-masing tanpa peduli pada penderitaan  dan kemalangan manusia-manusia yang berasal dari ras tertindas di kota Vanterlock. “Aku menentangnya!” Akhirnya Arga telah membuat keputusan bulat atas apa yang telah dia pertimbangkan, dan dia memilih untuk menentang keputusan itu, memberikan perlawanan yang frontal kepada semua ras di Kota Vanterlock, membuat Sang Ratu dari Ras Viola terbelalak melihat respon yang barusan anak itu katakan. “Aku tidak sudi memberikan tubuh dan harga diriku untuk melakukan permintaan maaf pada seluruh ras di Vanterlock atas keberanian yang telah kulakukan tadi malam di tengah kota. Bagiku, yang telah kulakukan semalam bukanlah kejahatan, melainkan perjuangan agar bebas dari penindasan yang telah bertahun-tahun Ras Teriana alami selama ini. Aku tidak  peduli jika keputusanku ini akan membawaku ke penjara atau pun pengeksekusian mati. Lakukan saja jika menurutmu keputusanku ini mengancam kedudukan kalian semua, tapi yang pasti, kejahatan pasti akan terkuak, dan kita semua akan tahu siapa yang menindas dan siapa yang tertindas di kota ini!” Menggeleng-gelengkan kepalanya, Miola Miolisa benar-benar heran pada jawaban yang barusan Arga lontarkan. “Mendengar itu semua, aku sedikit terharu, karena gayamu seakan-akan kau dan rasmu adalah ‘korban’ di sini, dan kami semua adalah ‘pelakunya’, tapi itu wajar, karena sangat menyenangkan bertingkah seakan-akan kita adalah korban, bukan? Itu bagus, aku mengapresiasinya. Tapi, nak, semua yang kau katakan itu ‘salah’, jadi tidak ada cara lain selain menghukum anak nakal sepertimu.” Seketika, ratusan kupu-kupu masuk ke dalam ruangan itu, entah dari mana, beterbangan dengan sangat gesit menuju Arga. “Dengar, nak,” Sang Ratu dari Ras Viola, yakni Miola Miolisa, seorang wanita tinggi berbadan seksi dengan rambut panjangnya berwarna merah muda yang menjuntai ke lantai, menghela napasnya sejenak sembari merespon perkataan Arga yang agak menohok dan menyinggung perasaannya. Dua sayap besar yang tertanam di punggung Miola berkibas-kibas pelan, menandakkan kalau saat ini suasana hatinya dan dirinya sendiri sedang merasa tidak nyaman dengan pembahasan itu. “Kami semua, tidak serta merta saling membenci seperti anak-anak, juga penyebab yang membuat kami jadi saling bermusuhan pun bukan hal yang remeh dan sepele, sebenarnya aku ingin menjelaskan semuanya padamu, mengenai awal-mula para ras manusia saling berperang dan menjajah, tapi itu akan memakan banyak waktu. Jadi lupakan saja itu. Sekarang, aku ingin kita fokus kembali ke pembahasan awal yang sempat terjeda.” Mengangguk dan menuruti kemauan Sang Ratu, Arga tidak begitu peduli pada hal-hal yang membuat ras-ras manusia saling membenci dan berperang karena menurutnya itu tidak begitu menarik untuk didengar, jadi dia lebih suka pokok pembicaraannya kembali fokus ke awal, meskipun sebenarnya ia masih ingin menyinggung dan menohok perasaan Miola Miolisa mengenai hal-hal sebelumnya. Memasang kupingnya baik-baik, Arga telah bersedia untuk membicarakan kembali hal yang sebelumnya sempat tertunda. Ya, mengenai apa yang akan menimpanya di ruangan ini oleh Sang Ratu dari Ras Viola. Entah apa pun itu, Arga  berharap itu bukan sesuatu yang merepotkan atau menyakitkan, apalagi jika sampai mempertaruhkan nyawa, karena dia masih ingin bertemu dengan Jiol—ah apa itu tadi? Mengapa pemikiran Arga tiba-tiba jadi aneh begitu? Masih ingin bertemu dengan Jiola? Mustahil! Dia tidak ingin bertemu lagi dengan perempuan aneh itu, yang suka sekali menganggap dirinya sebagai seorang kakak bagi Arga. Membayangkannya saja benar-benar menjengkelkan. “Jadi, hadirnya dirimu di sini adalah untuk membuat sebuah permintaan maaf kepada semua ras di Kota  Vanterlock atas apa yang telah kau perbuat semalam, khususnya kepada Ras Viola. Karena ulahmu, kota yang kami tempati jadi sangat kacau, itu benar-benar bukan hal yang kami sukai, kami sangat cinta akan kedamaian  dan ketentraman, tapi kau, yang merupakan salah satu keturunan dari Ras Teriana, telah mengacaukan itu semua, sehingga tengah kota jadi ricuh dan bising. Kuharap kau mau melakukan permintaan maaf secara tulus dengan baik kepada seluruh ras, karena jika kau tidak mau atau bahkan menentang itu, maka tidak ada cara lain selain kami akan mengurungmu di penjara agung atau mungkin, bisa saja kamu juga dieksekusi di tengah kota. Jadi bagaimana, kau mau memilih yang mana?” Terdiam sejenak, memikirkan dan menimbang-nimbang tawaran yang diberikan oleh Sang Ratu dari Ras Viola, Arga sedikit bimbang karena dia merasa itu semua terkesan seperti pemaksaan dan dia jadi seperti pihak yang sangat bersalah di kasus tersebut, padahal Arga sama sekali tidak menganggap perbuatannya semalam adalah kesalahan atau pun kejahatan, itu semata-mata pemberontakan dan kemarahan atas segala tindakan yang menindas dari ras-ras lain kepada Ras Teriana, tapi mengapa sekarang dia diperintah  untuk melakukan permintaan maaf secara tulus kepada seluruh ras di kota ini, dan jika dia tidak mau atau menentang tawaran itu, dia akan langsung dikurung di penjara atau bisa saja dihukum mati di tengah kota. Bukankah ada yang salah dari itu semua? Mengapa Ras Viola, dan juga ras-ras lainnya masih belum memahami penyebab kericuhan tadi malam, kenapa mereka malah mengira kalau kericuhan itu adalah kerusuhan anarkis yang dilakukan oleh Ras Teriana kepada seluruh ras di Vanterlock, seakan-akan para Teriana sangat kejam dan jahat. Padahal kenyataannya, itu semua adalah perjuangan Ras Teriana untuk mendapatkan keadilan dari segala diskriminasi yang telah mereka terima selama bertahun-tahun tinggal di Kota Vanterlock. Sungguh, Arga tidak mengerti mengapa pola pikir orang-orang dari ras-ras lain bisa selicik dan sebodoh itu. Apakah mereka semua tidak pernah diajari untuk berempati atau paling tidak, bersimpati kepada seseorang? Mengapa mereka terdengar seperti kumpulan makhluk yang tidak mengerti mengenai perasaan orang lain, mereka hanya ingin memuaskan egonya masing-masing tanpa peduli pada penderitaan  dan kemalangan manusia-manusia yang berasal dari ras tertindas di kota Vanterlock. “Aku menentangnya!” Akhirnya Arga telah membuat keputusan bulat atas apa yang telah dia pertimbangkan, dan dia memilih untuk menentang keputusan itu, memberikan perlawanan yang frontal kepada semua ras di Kota Vanterlock, membuat Sang Ratu dari Ras Viola terbelalak melihat respon yang barusan anak itu katakan. “Aku tidak sudi memberikan tubuh dan harga diriku untuk melakukan permintaan maaf pada seluruh ras di Vanterlock atas keberanian yang telah kulakukan tadi malam di tengah kota. Bagiku, yang telah kulakukan semalam bukanlah kejahatan, melainkan perjuangan agar bebas dari penindasan yang telah bertahun-tahun Ras Teriana alami selama ini. Aku tidak  peduli jika keputusanku ini akan membawaku ke penjara atau pun pengeksekusian mati. Lakukan saja jika menurutmu keputusanku ini mengancam kedudukan kalian semua, tapi yang pasti, kejahatan pasti akan terkuak, dan kita semua akan tahu siapa yang menindas dan siapa yang tertindas di kota ini!” Menggeleng-gelengkan kepalanya, Miola Miolisa benar-benar heran pada jawaban yang barusan Arga lontarkan. “Mendengar itu semua, aku sedikit terharu, karena gayamu seakan-akan kau dan rasmu adalah ‘korban’ di sini, dan kami semua adalah ‘pelakunya’, tapi itu wajar, karena sangat menyenangkan bertingkah seakan-akan kita adalah korban, bukan? Itu bagus, aku mengapresiasinya. Tapi, nak, semua yang kau katakan itu ‘salah’, jadi tidak ada cara lain selain menghukum anak nakal sepertimu.” Seketika, ratusan kupu-kupu masuk ke dalam ruangan itu, entah dari mana, beterbangan dengan sangat gesit menuju Arga. “Dengar, nak,” Sang Ratu dari Ras Viola, yakni Miola Miolisa, seorang wanita tinggi berbadan seksi dengan rambut panjangnya berwarna merah muda yang menjuntai ke lantai, menghela napasnya sejenak sembari merespon perkataan Arga yang agak menohok dan menyinggung perasaannya. Dua sayap besar yang tertanam di punggung Miola berkibas-kibas pelan, menandakkan kalau saat ini suasana hatinya dan dirinya sendiri sedang merasa tidak nyaman dengan pembahasan itu. “Kami semua, tidak serta merta saling membenci seperti anak-anak, juga penyebab yang membuat kami jadi saling bermusuhan pun bukan hal yang remeh dan sepele, sebenarnya aku ingin menjelaskan semuanya padamu, mengenai awal-mula para ras manusia saling berperang dan menjajah, tapi itu akan memakan banyak waktu. Jadi lupakan saja itu. Sekarang, aku ingin kita fokus kembali ke pembahasan awal yang sempat terjeda.” Mengangguk dan menuruti kemauan Sang Ratu, Arga tidak begitu peduli pada hal-hal yang membuat ras-ras manusia saling membenci dan berperang karena menurutnya itu tidak begitu menarik untuk didengar, jadi dia lebih suka pokok pembicaraannya kembali fokus ke awal, meskipun sebenarnya ia masih ingin menyinggung dan menohok perasaan Miola Miolisa mengenai hal-hal sebelumnya. Memasang kupingnya baik-baik, Arga telah bersedia untuk membicarakan kembali hal yang sebelumnya sempat tertunda. Ya, mengenai apa yang akan menimpanya di ruangan ini oleh Sang Ratu dari Ras Viola. Entah apa pun itu, Arga  berharap itu bukan sesuatu yang merepotkan atau menyakitkan, apalagi jika sampai mempertaruhkan nyawa, karena dia masih ingin bertemu dengan Jiol—ah apa itu tadi? Mengapa pemikiran Arga tiba-tiba jadi aneh begitu? Masih ingin bertemu dengan Jiola? Mustahil! Dia tidak ingin bertemu lagi dengan perempuan aneh itu, yang suka sekali menganggap dirinya sebagai seorang kakak bagi Arga. Membayangkannya saja benar-benar menjengkelkan. “Jadi, hadirnya dirimu di sini adalah untuk membuat sebuah permintaan maaf kepada semua ras di Kota  Vanterlock atas apa yang telah kau perbuat semalam, khususnya kepada Ras Viola. Karena ulahmu, kota yang kami tempati jadi sangat kacau, itu benar-benar bukan hal yang kami sukai, kami sangat cinta akan kedamaian  dan ketentraman, tapi kau, yang merupakan salah satu keturunan dari Ras Teriana, telah mengacaukan itu semua, sehingga tengah kota jadi ricuh dan bising. Kuharap kau mau melakukan permintaan maaf secara tulus dengan baik kepada seluruh ras, karena jika kau tidak mau atau bahkan menentang itu, maka tidak ada cara lain selain kami akan mengurungmu di penjara agung atau mungkin, bisa saja kamu juga dieksekusi di tengah kota. Jadi bagaimana, kau mau memilih yang mana?” Terdiam sejenak, memikirkan dan menimbang-nimbang tawaran yang diberikan oleh Sang Ratu dari Ras Viola, Arga sedikit bimbang karena dia merasa itu semua terkesan seperti pemaksaan dan dia jadi seperti pihak yang sangat bersalah di kasus tersebut, padahal Arga sama sekali tidak menganggap perbuatannya semalam adalah kesalahan atau pun kejahatan, itu semata-mata pemberontakan dan kemarahan atas segala tindakan yang menindas dari ras-ras lain kepada Ras Teriana, tapi mengapa sekarang dia diperintah  untuk melakukan permintaan maaf secara tulus kepada seluruh ras di kota ini, dan jika dia tidak mau atau menentang tawaran itu, dia akan langsung dikurung di penjara atau bisa saja dihukum mati di tengah kota. Bukankah ada yang salah dari itu semua? Mengapa Ras Viola, dan juga ras-ras lainnya masih belum memahami penyebab kericuhan tadi malam, kenapa mereka malah mengira kalau kericuhan itu adalah kerusuhan anarkis yang dilakukan oleh Ras Teriana kepada seluruh ras di Vanterlock, seakan-akan para Teriana sangat kejam dan jahat. Padahal kenyataannya, itu semua adalah perjuangan Ras Teriana untuk mendapatkan keadilan dari segala diskriminasi yang telah mereka terima selama bertahun-tahun tinggal di Kota Vanterlock. Sungguh, Arga tidak mengerti mengapa pola pikir orang-orang dari ras-ras lain bisa selicik dan sebodoh itu. Apakah mereka semua tidak pernah diajari untuk berempati atau paling tidak, bersimpati kepada seseorang? Mengapa mereka terdengar seperti kumpulan makhluk yang tidak mengerti mengenai perasaan orang lain, mereka hanya ingin memuaskan egonya masing-masing tanpa peduli pada penderitaan  dan kemalangan manusia-manusia yang berasal dari ras tertindas di kota Vanterlock. “Aku menentangnya!” Akhirnya Arga telah membuat keputusan bulat atas apa yang telah dia pertimbangkan, dan dia memilih untuk menentang keputusan itu, memberikan perlawanan yang frontal kepada semua ras di Kota Vanterlock, membuat Sang Ratu dari Ras Viola terbelalak melihat respon yang barusan anak itu katakan. “Aku tidak sudi memberikan tubuh dan harga diriku untuk melakukan permintaan maaf pada seluruh ras di Vanterlock atas keberanian yang telah kulakukan tadi malam di tengah kota. Bagiku, yang telah kulakukan semalam bukanlah kejahatan, melainkan perjuangan agar bebas dari penindasan yang telah bertahun-tahun Ras Teriana alami selama ini. Aku tidak  peduli jika keputusanku ini akan membawaku ke penjara atau pun pengeksekusian mati. Lakukan saja jika menurutmu keputusanku ini mengancam kedudukan kalian semua, tapi yang pasti, kejahatan pasti akan terkuak, dan kita semua akan tahu siapa yang menindas dan siapa yang tertindas di kota ini!” Menggeleng-gelengkan kepalanya, Miola Miolisa benar-benar heran pada jawaban yang barusan Arga lontarkan. “Mendengar itu semua, aku sedikit terharu, karena gayamu seakan-akan kau dan rasmu adalah ‘korban’ di sini, dan kami semua adalah ‘pelakunya’, tapi itu wajar, karena sangat menyenangkan bertingkah seakan-akan kita adalah korban, bukan? Itu bagus, aku mengapresiasinya. Tapi, nak, semua yang kau katakan itu ‘salah’, jadi tidak ada cara lain selain menghukum anak nakal sepertimu.” Seketika, ratusan kupu-kupu masuk ke dalam ruangan itu, entah dari mana, beterbangan dengan sangat gesit menuju Arga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD