My Prince Season 2 - 55

2983 Words
Setelah Jiola bilang demikian, entah mengapa suasana yang hening dan sepi, jadi semakin sunyi dari sebelumnya, rasanya seperti tidak ada kehidupan di tempat itu, bahkan Arga hanya mematung mendengar hal itu. Dia bingung dan agak sedikit malas untuk berekspresi, jadi dia memutuskan untuk diam saja sembari kembali melangkahkan kakinya ke depan, meninggalkan Jiola yang merupakan perempuan berambut perak panjang yang selalu mengaku-ngaku sebagai kakaknya itu.  Sontak,  Jiola terkejut saat Arga sama sekali tidak menahannya atau kembali membawanya pergi bersamanya, Sang Adik benar-benar menampilkan sikap yang sudah tidak peduli lagi pada dirinya, seolah-olah apa pun yang perempuan itu lakukan tidak begitu penting. Tentu saja itu membuat perasaan Jiola jadi terasa sakit dan perih, dicampakkan oleh adik kesayangannya sendiri. Akhirnya, Jiola hanya bisa menundukkan kepalanya dan menghela napas, kemudian dia pun kembali mengangkat kakinya untuk berjalan pelan tepat di belakang Arga, perempuan itu tampak menggigit bibir bawahnya dengan kesal. “Apa kamu tahu, meninggalkan perempuan sendirian di tengah malam seperti ini, apalagi di tempat sepi, bisa mengundang marabahaya dan tindakan kriminalitas. Apa kamu mau kakakmu ini menjadi korban kriminalitas karena ditinggalkan olehmu?” tanya Jiola dengan nada yang rendah dan bibir yang cemberut. Tampaknya Jiola ingin kembali berbaikan dengan Arga meskipun rasa jengkel dan kesal masih ada di benaknya. “Justru seharusnya aku yang berbicara begitu,” timpal  Arga dengan terus melangkahkan dua kakinya, tanpa sedikit pun menolehkan kepalanya untuk memandang Jiola yang juga berjalan di belakangnya. “Membiarkan anak kecil sepertiku berjalan sendirian di tengah malam dan di tempat sepi seperti ini, bukankah akan mengundang marabahaya dan tindakan kriminalitas? Tapi meskipun begitu, itu tidak masalah, kau tidak perlu mengkhawatirkanku, toh lagipula aku bukan adikmu.” Singgung Arga dengan mendecih, menunjukkan raut muka yang benar-benar muak pada Jiola yang ada di belakangnya. “Dan juga, sebetulnya aku tidak terlalu suka pada kata  ‘mengundang’ yang kau sebut itu, mengapa harus menggunakan kalimat seperti itu? Seolah-olah korban yang disalahkan di sini? Bukankah setiap orang punya hak untuk berjalan sendirian di tengah malam tanpa mengalami tindakan kriminal apa pun dari orang lain. Dan itu juga bukan sebuah ‘pengundangan’ atau ‘menguundang sesuatu.” “Ya, ya, ya, aku tahu kau itu jenius, tapi bisakah kau mengerti sedikit perasaanku? Aku ini sedang kesal padamu, seharusnya kau jangan meninggalkanku sendirian, tapi menahanku atau semacamnya, tapi kau malah bersikap seperti itu, bukankah itu terlalu jahat? Apalagi aku ini seorang perempun.” Ucap Jiola dengan tidak kalah kesalnya pada Arga yang kedengarannya masih saja belum memahami maksud dari perkataannya. “Dari tadi kau bilang soal, ‘perempuan’ ‘perempuan, dan ‘perempuan, memangnya kenapa kalau kau seorang perempuan, hah? Apakah dengan menjadi seorang perempuan maka kau wajib dilindungi oleh seseorang dan tidak bisa melindungi dirimu sendiri? Apakah menjadi seorang perempuan membuatmu jadi sangat lemah dan tidak bisa membela dirimu sendiri? Dan apakah dengan menjadi seorang perempuan, maka derajatmu turun satu tingkat dari seorang laki-laki? Begitukah yang kau maksud?” Arga sangat muak mendengar segala celotehan yang diucapkan oleh Jiola, karena setiap kalimat yang dikatakan perempuan berambut perak itu hanya berisikan perendahan diri kedudukan seorang perempuan, dan itu sangat tidak masuk akal. Seketika Jiola terbungkam dalam sesaat karena saking kagetnya mendengar hal yang diucapkan oleh Arga sebelum akhirnya mulai memberanikan diri untuk menimpalinya. “Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya mengatakan hal yang biasa orang-orang pikirkan tentang sosok perempuan.” “Kalau begitu berhentilah mengatakan hal yang biasa orang-orang pikirkan tentang sosok perempuan, karena aku yakin perempuan tidak selemah dan serapuh itu, mungkin memang benar, kebanyakan seperti itu tapi tidak semuanya, kan? Pasti ada di luar sana sosok perempuan yang pemberani dan kuat, bahkan mampu untuk berperang dan melindungi para laki-laki.” Kata Arga dengan nada yang penuh penekanan, tapi setelah itu cepat-cepat ia mengganti topik pembicaraan karena ia merasa tidak nyaman membahas hal-hal demikian. “Ngomong-ngomong, aku lupa jalan menuju rumahmu, bisakah kau berjalan di depanku, aku tidak ingin kita tersesat ke jalan yang salah.” Tersenyum, Jiola mulai menganggukkan kepalanya dan menggerakan langkah kakinya lebih cepat untuk bisa berjalan di depan Arga untuk menjadi penuntun menuju rumahnya. Berjalan selama beberapa menit sampai akhirnya mereka sampai di kediaman Jiola, suasananya cukup hening karena tengah malam, dan juga udaranya sangat dingin, tapi mereka sangat menikmati perjalanan itu, apalagi dibumbui dengan pembicaraan-pembicaraan serius yang dibaluti dengan nada santai, itu cukup menyenangkan menghabiskan malam dengan melakukan hall-hal semacam itu, tidak terlalu buruk. Suara-suara kerusuhan di tengah kota tidak terlalu terdengar, tapi mereka masih bisa melihat cahaya merah yang menandakan di sana telah terjadi pemberontakan besar-besaran hingga melibatkan bara api yang menggelora besar di sana. Arga dan Jiola melihatnya di jendela kamar, kebetulan kamar yang mereka tempati berada di lantai atas. Kini, Jiola dan Arga di kamar yang sama, tapi berbeda ranjang. Semua kerusuhan yang terjadi disebabkan oleh Arga yang memancing situasi sehingga Para Teriana berani memulai sebuah pemberontakan dan menyebabkan kehebohan besar terjadi. Tentu saja, karena semua ras yang sering mendiskriminasi dan melecehkan Ras Teriana, mulai terkaget-kaget dan ketakutan saat melihat para Teriana menunjukkan taringnya yang selalu disembunyikan. Banyak pertumpahan darah yang terjadi di sana, banyak juga jeritan dan teriakan yang memilukan, tapi itu semua tidak sebanding dari penderitaan yang dialami oleh Ras Teriana selama bertahun-tahun hidup di kerajaan yang tidak menyambutnya dengan ramah, bahkan rasanya seperti hidup di tengah-tengah duri. Tapi sekarang, sudah saatnya untuk bangkit dan membuat perubahan, jika Para Teriana ingin bisa hidup bebas dan punya derajat yang sama dengan ras-ras lainnya yang tinggal di Kota Vanterlock, maka momentum kerusuhan besar di tengah kota, bisa jadi langkah besar untuk menciptakan kemajuan yang lebih baik. Setelah Jiola bilang demikian, entah mengapa suasana yang hening dan sepi, jadi semakin sunyi dari sebelumnya, rasanya seperti tidak ada kehidupan di tempat itu, bahkan Arga hanya mematung mendengar hal itu. Dia bingung dan agak sedikit malas untuk berekspresi, jadi dia memutuskan untuk diam saja sembari kembali melangkahkan kakinya ke depan, meninggalkan Jiola yang merupakan perempuan berambut perak panjang yang selalu mengaku-ngaku sebagai kakaknya itu.  Sontak,  Jiola terkejut saat Arga sama sekali tidak menahannya atau kembali membawanya pergi bersamanya, Sang Adik benar-benar menampilkan sikap yang sudah tidak peduli lagi pada dirinya, seolah-olah apa pun yang perempuan itu lakukan tidak begitu penting. Tentu saja itu membuat perasaan Jiola jadi terasa sakit dan perih, dicampakkan oleh adik kesayangannya sendiri. Akhirnya, Jiola hanya bisa menundukkan kepalanya dan menghela napas, kemudian dia pun kembali mengangkat kakinya untuk berjalan pelan tepat di belakang Arga, perempuan itu tampak menggigit bibir bawahnya dengan kesal. “Apa kamu tahu, meninggalkan perempuan sendirian di tengah malam seperti ini, apalagi di tempat sepi, bisa mengundang marabahaya dan tindakan kriminalitas. Apa kamu mau kakakmu ini menjadi korban kriminalitas karena ditinggalkan olehmu?” tanya Jiola dengan nada yang rendah dan bibir yang cemberut. Tampaknya Jiola ingin kembali berbaikan dengan Arga meskipun rasa jengkel dan kesal masih ada di benaknya. “Justru seharusnya aku yang berbicara begitu,” timpal  Arga dengan terus melangkahkan dua kakinya, tanpa sedikit pun menolehkan kepalanya untuk memandang Jiola yang juga berjalan di belakangnya. “Membiarkan anak kecil sepertiku berjalan sendirian di tengah malam dan di tempat sepi seperti ini, bukankah akan mengundang marabahaya dan tindakan kriminalitas? Tapi meskipun begitu, itu tidak masalah, kau tidak perlu mengkhawatirkanku, toh lagipula aku bukan adikmu.” Singgung Arga dengan mendecih, menunjukkan raut muka yang benar-benar muak pada Jiola yang ada di belakangnya. “Dan juga, sebetulnya aku tidak terlalu suka pada kata  ‘mengundang’ yang kau sebut itu, mengapa harus menggunakan kalimat seperti itu? Seolah-olah korban yang disalahkan di sini? Bukankah setiap orang punya hak untuk berjalan sendirian di tengah malam tanpa mengalami tindakan kriminal apa pun dari orang lain. Dan itu juga bukan sebuah ‘pengundangan’ atau ‘menguundang sesuatu.” “Ya, ya, ya, aku tahu kau itu jenius, tapi bisakah kau mengerti sedikit perasaanku? Aku ini sedang kesal padamu, seharusnya kau jangan meninggalkanku sendirian, tapi menahanku atau semacamnya, tapi kau malah bersikap seperti itu, bukankah itu terlalu jahat? Apalagi aku ini seorang perempun.” Ucap Jiola dengan tidak kalah kesalnya pada Arga yang kedengarannya masih saja belum memahami maksud dari perkataannya. “Dari tadi kau bilang soal, ‘perempuan’ ‘perempuan, dan ‘perempuan, memangnya kenapa kalau kau seorang perempuan, hah? Apakah dengan menjadi seorang perempuan maka kau wajib dilindungi oleh seseorang dan tidak bisa melindungi dirimu sendiri? Apakah menjadi seorang perempuan membuatmu jadi sangat lemah dan tidak bisa membela dirimu sendiri? Dan apakah dengan menjadi seorang perempuan, maka derajatmu turun satu tingkat dari seorang laki-laki? Begitukah yang kau maksud?” Arga sangat muak mendengar segala celotehan yang diucapkan oleh Jiola, karena setiap kalimat yang dikatakan perempuan berambut perak itu hanya berisikan perendahan diri kedudukan seorang perempuan, dan itu sangat tidak masuk akal. Seketika Jiola terbungkam dalam sesaat karena saking kagetnya mendengar hal yang diucapkan oleh Arga sebelum akhirnya mulai memberanikan diri untuk menimpalinya. “Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya mengatakan hal yang biasa orang-orang pikirkan tentang sosok perempuan.” “Kalau begitu berhentilah mengatakan hal yang biasa orang-orang pikirkan tentang sosok perempuan, karena aku yakin perempuan tidak selemah dan serapuh itu, mungkin memang benar, kebanyakan seperti itu tapi tidak semuanya, kan? Pasti ada di luar sana sosok perempuan yang pemberani dan kuat, bahkan mampu untuk berperang dan melindungi para laki-laki.” Kata Arga dengan nada yang penuh penekanan, tapi setelah itu cepat-cepat ia mengganti topik pembicaraan karena ia merasa tidak nyaman membahas hal-hal demikian. “Ngomong-ngomong, aku lupa jalan menuju rumahmu, bisakah kau berjalan di depanku, aku tidak ingin kita tersesat ke jalan yang salah.” Tersenyum, Jiola mulai menganggukkan kepalanya dan menggerakan langkah kakinya lebih cepat untuk bisa berjalan di depan Arga untuk menjadi penuntun menuju rumahnya. Berjalan selama beberapa menit sampai akhirnya mereka sampai di kediaman Jiola, suasananya cukup hening karena tengah malam, dan juga udaranya sangat dingin, tapi mereka sangat menikmati perjalanan itu, apalagi dibumbui dengan pembicaraan-pembicaraan serius yang dibaluti dengan nada santai, itu cukup menyenangkan menghabiskan malam dengan melakukan hall-hal semacam itu, tidak terlalu buruk. Keesokan harinya, Arga terbangun dengan menemukan dirinya berada di tempat yang asing, bukan lagi di ranjang yang ada di kamar Jiola, tapi di sebuah ruangan yang luas , yang memiliki banyak tiang dan atap yang dipenuhi dengan ukiran kupu-kupu, temboknya dihiasi dengan lukisan-lukisan berbagai macam kupu-kupu, dari yang indah dan cantik hingga yang aneh dan menyeramkan, Arga tidak mengerti mengapa dia bisa terbangun di ruangan ini karena seharusnya dia masih berada di rumahnya Jiola, perempuan berambut perak yang sering mengaku-ngaku sebagai kakak kandungnya. Sebenarnya apa yang terjadi hingga tubuhnya bisa berakhir di tempat asing seperti ini? Bagaimana caranya mereka bisa memindahkan tubuhnya ke lokasi ini, dan juga siapa sebetulnya orang-orang yang membawa Arga kemari? Sungguh Arga benar-benar kebingungan sekarang. Selain itu, di sana juga tidak ada siapa-siapa selain dirinya sendiri, Arga tidak melihat ada satu orang pun yang tampak di ruangan itu, dia benar-benar hanya ditemani dengan kesunyian dan keheningan. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang membludak di kepala Arga terkait hal ini tapi dia tidak tahu harus menanyakannya ke siapa karena tidak ada siapa-siapa di sini. Meneguk ludahnya, Arga mencoba membangunkan badannya yang tengah terbaring untuk berdiri tegak lalu mengamati dalam-dalam segala penampakan yang ditampilkan oleh ruangan ini. Baiklah, sekarang ia harus fokus untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya, pasti ada alasan kuat mengapa Arga bisa dibawa ke tempat seperti ini. Meski hanya seorang anak-anak yang berusia tujuh tahun, tapi Arga mampu untuk mencari jawaban dari segala keanehan yang sedang terjadi di sini, dan setelah berpikir cukup lama, mempertimbangkan pemikirannya yang satu dengan yang lainnya, akhirnya Arga mendapatkan dan menemukan jawaban yang tepat atas segala pertanyaan-pertanyaan yang tercipta di kepalanya. Tidak salah lagi, ini semua pasti ulah Ras Viola, yaitu ras yang dianugerahi dengan keunikan-keunikan seperti kupu-kupu, sehingga dijuluki sebagai Ras Kupu-Kupu. Juga, seingat Arga, Jiola pernah mengatakan kalau Ras Viola adalah salah satu ras yang menghuni dan tinggal di Kota Vanterlock, sama seperti Ras Teriana dan Ras Saura, sehingga tidak aneh kalau dia bisa berada di sini. Mungkinkah ruangan ini adalah tempat di mana Para Viola berkumpul dan merundingkan sesuatu, ataukah tempat penghukuman bagi orang-orang yang dianggap mengancam kedudukan ras mereka? Entahlah, tapi Arga berasumsi kalau ini pasti bukan hal yang positif mengapa dirinya bisa berada di sini, pasti ini ada hubungannya dengan insiden yang telah terjadi semalam. Tapi mengapa harus berurusan dengan Ras Viola? Arga kira yang akan mengincarnya adalah ras-ras yang terdengar menyeramkan, seperti Ras Ular, Ras Pedang, atau Ras Vampire, tapi ternyata kali ini yang menculiknya berasal dari Ras Kupu-Kupu, yaitu Ras Viola. “Sepertinya kau sudah bangun, ya?” Tiba-tiba Arga mendengar suara seseorang dari ruangan ini yang terdengar seperti sedang menyapa dirinya, lalu saat kepalanya ditolehkan ke belakang, dia menemukan seorang perempuan berambut merah muda panjang yang memiliki p******a yang cukup besar sedang berdiri di depan pintu dengan tersenyum tipis. Ada dua sayap besar yang tertancap di punggung perempuan itu, dan dari penampakannya, sayap mirip sekali seperti sayap kupu-kupu, sangat indah dan menakjubkan. Wajah dari perempuan itu juga cukup cantik, ia juga memiliki tubuh yang ideal bagi para wanita. Arga dibuat tidak fokus dengan keindahan dari penampilan perempuan asing itu, meskipun usianya masih terlampau muda, tapi sebetulnya jiwa Arga sudah tua karena dia masih sama seperti Arga Gelisto yang di kehidupan sebelumnya. “S-Siapa kau!?” Karena terkaget, Arga sedikit gugup saat mengeluarkan suaranya, dia benar-benar tidak menyadari kedatangan perempuan bersayap kupu-kupu itu, selain hawa keberadaannya tidak terasa, insting kuat yang seharusnya dimilikinya pun seolah-olah lenyap, karena biasanya Arga bisa merasakan kedatangan seseorang. Namun kali ini, dia benar-benar dikalahkan oleh perempuan itu. Mendengar pertanyaan dari Arga perempuan itu hanya tersenyum sebelum akhirnya mulai memberikan jawaban pada anak itu dengan nada yang begitu lembut dan perasaan. “Aku adalah Miola Miolisa, seorang ratu di antara Para  Viola, atau dengan kata lain, aku adalah seorang pemimpin di rasku. Dan ruangan yang sedang kau pijakki saat ini adalah ruangan khusus untuk orang-orang yang bermasalah. Senang bertemu denganmu.” “Sudah kuduga, pasti ini perbuatan dari Ras Kupu-Kupu, melihat banyak sekali ukiran-ukiran dan ornamen-ornamen yang tampak seperti kupu-kupu, tapi aku heran, mengapa kau membawaku kemari? Kalau ini adalah ruangan khusus untuk orang-orang yang bermasalah, bukankah tidak tepat membawaku kemari? Maksudku, aku tidak pernah berbuat masalah dengan ras kalian, jadi apa tujuanmu membawaku ke sini? Oh, apakah kau mengidolakanku? Kau terobsesi denganku? Wow, aku tidak menyangka seorang ratu sepertimu ternyata—“ “Cukup,” Miola langsung memotong perkataan Arga dengan suara lembutnya yang agak dinyaringkan, sehingga anak itu secara refleks menghentikan perkataannya.  Lalu karena kekesalan mulai bergejolak di dalam dirinya setelah mendengar segala yang dikatakan oleh  Arga, Miola mulai kembali mengutarakan  perasaannya. “Lucu sekali mendengar dirimu mengatakan tidak membuat masalah setelah semalam kau mengacaukan acara suci yang sedang disaksikan oleh banyak orang. Tapi memang, kau benar, kau tidak berbuat masalah secara khusus dengan Ras Viola, tapi kau telah membuat masalah kepada semua ras di Vanterlock,  yang artinya secara tidak langsung kau juga berbuat masalah dengan kami, Nak.” “Bukankah itu terlalu dipaksakan? Lagipula, menurutku bukan hal yang tepat menculik anak kecil sepertiku hanya karena kenakalan yang kuperbuat tadi malam, bisa saja kan aku hanya iseng saja, namanya juga anak-anak, benar, kan?” “Sayangnya itu tidak berlaku untuk anak b******k sepertimu,” timpal Miola dengan senyuman sipitnya yang kelihatan sedang menahan amarah. “Kamu bukan anak kecil biasa. Kamu adalah ancaman untuk Kota Vanterlock, selain itu kamu juga termasuk ke dalam Ras Teriana, yang artinya kamu adalah ancaman yang sangat-sangat-sangat besar untuk kami.” Keesokan harinya, Arga terbangun dengan menemukan dirinya berada di tempat yang asing, bukan lagi di ranjang yang ada di kamar Jiola, tapi di sebuah ruangan yang luas , yang memiliki banyak tiang dan atap yang dipenuhi dengan ukiran kupu-kupu, temboknya dihiasi dengan lukisan-lukisan berbagai macam kupu-kupu, dari yang indah dan cantik hingga yang aneh dan menyeramkan, Arga tidak mengerti mengapa dia bisa terbangun di ruangan ini karena seharusnya dia masih berada di rumahnya Jiola, perempuan berambut perak yang sering mengaku-ngaku sebagai kakak kandungnya. Sebenarnya apa yang terjadi hingga tubuhnya bisa berakhir di tempat asing seperti ini? Bagaimana caranya mereka bisa memindahkan tubuhnya ke lokasi ini, dan juga siapa sebetulnya orang-orang yang membawa Arga kemari? Sungguh Arga benar-benar kebingungan sekarang. Selain itu, di sana juga tidak ada siapa-siapa selain dirinya sendiri, Arga tidak melihat ada satu orang pun yang tampak di ruangan itu, dia benar-benar hanya ditemani dengan kesunyian dan keheningan. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang membludak di kepala Arga terkait hal ini tapi dia tidak tahu harus menanyakannya ke siapa karena tidak ada siapa-siapa di sini. Meneguk ludahnya, Arga mencoba membangunkan badannya yang tengah terbaring untuk berdiri tegak lalu mengamati dalam-dalam segala penampakan yang ditampilkan oleh ruangan ini. Baiklah, sekarang ia harus fokus untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya, pasti ada alasan kuat mengapa Arga bisa dibawa ke tempat seperti ini. Meski hanya seorang anak-anak yang berusia tujuh tahun, tapi Arga mampu untuk mencari jawaban dari segala keanehan yang sedang terjadi di sini, dan setelah berpikir cukup lama, mempertimbangkan pemikirannya yang satu dengan yang lainnya, akhirnya Arga mendapatkan dan menemukan jawaban yang tepat atas segala pertanyaan-pertanyaan yang tercipta di kepalanya. Tidak salah lagi, ini semua pasti ulah Ras Viola, yaitu ras yang dianugerahi dengan keunikan-keunikan seperti kupu-kupu, sehingga dijuluki sebagai Ras Kupu-Kupu. Juga, seingat Arga, Jiola pernah mengatakan kalau Ras Viola adalah salah satu ras yang menghuni dan tinggal di Kota Vanterlock, sama seperti Ras Teriana dan Ras Saura, sehingga tidak aneh kalau dia bisa berada di sini. Mungkinkah ruangan ini adalah tempat di mana Para Viola berkumpul dan merundingkan sesuatu, ataukah tempat penghukuman bagi orang-orang yang dianggap mengancam kedudukan ras mereka? Entahlah, tapi Arga berasumsi kalau ini pasti bukan hal yang positif mengapa dirinya bisa berada di sini, pasti ini ada hubungannya dengan insiden yang telah terjadi semalam. Tapi mengapa harus berurusan dengan Ras Viola? Arga kira yang akan mengincarnya adalah ras-ras yang terdengar menyeramkan, seperti Ras Ular, Ras Pedang, atau Ras Vampire, tapi ternyata kali ini yang menculiknya berasal dari Ras Kupu-Kupu, yaitu Ras Viola. “Sepertinya kau sudah bangun, ya?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD