My Prince Season 2 - 02

2000 Words
Ternyata Arga sedang memandang pemandangan hutan di sekelilingnya, yang tentunya dipenuhi dengan ratusan pepohonan ‘buatan’ yang menyebar dan menghampar ke setiap area, juga gunung, langit, dan laut yang tertampak di matanya juga hanyalah ‘buatan’ yang berarti  tidak nyata, karena sejatinya, Arga sedang berada di ruangan besar yang  diberikan berbagai macam teknologi pemandangan alam yang membuat siapa pun mengira bahwa semua itu nyata, padahal jika diteliti lebih dalam, semua itu tidaklah nyata, hanya kesemuan belaka. Tapi karena Arga hanyalah seorang anak kecil biasa, dia tidak memiliki pemikiran yang kritis sampai mempertanyakan hal-hal seperti itu. Alih-alih bertanya-tanya soal hal rumiit begitu, Arga malah tersenyum dan menghirup udara sebanyak mungkin  ke lubang hidungnya. Memang segar dan melegakan, dan itu membuatnya merasa hidup. Ekor kelinci yang tertanam dipantatnya, bergerak-gerak sedikit, bertanda bahwa si pemilik tubuh sedang merasa senang dan nyaman dengan keadaan itu. Tampaknya Arga suka berdiri di puncak pohon, dia merasa bahagia bisa melihat pemandangan alam yang begitu menakjubkan di depan matanya. Langit biru, gunung hijau, laut biru. Itu benar-benar luar biasa, meskipun di sana tidak ada satu burung pun, Arga tidak mempermasalahkannya, karena pada dasarnya dia bahkan tidak tahu soal keberadaan binatang, mengingat dari kecil dia  hanya hidup sendirian di sana. Arga sangat aktif, dia adalah anak yang punya energi dan semangat yang besar, tidak ada yang bisa menyainginya dalam memanjat pohon atau berlarian di  padang rumput, jika ada anak seusianya di sana, karena pergerakannya sangat cepat. Arga begitu gesit dalam menggerakkan tubuhnya, mirip seperti seekor monyet yang sedang kepanikan. Selain itu, ada hal unik juga yang belum kalian ketahui soal Arga, yakni kemampuannya dalam berbicara. Arga memang tidak punya skill berbicara yang bagus, karena dia tidak pernah mengobrol dengan siapa pun, tapi karena tindakan Para Saura, membuat Arga secara otomatis bisa berbicara dalam bahasa manusia pada umumnya sehingga dia bisa mengekspresikan perasaannya dalam kata-kata, meskipun terkadang itu hanya dilakukannya di saat-saat tertentu saja. “Wow, indah sekali!” Arga tersenyum lebar memandangi pemandangan yang tersaji di depan matanya, bola-bola matanya yang berwarna biru terang, membesar, menandakan dia sangat senang melihat hal tersebut. “Aku ingin sekali bisa ke gunung itu! Tapi aku tidak tahu harus bagaimana, setiap aku berlari ke sana, yang kutemukan hanyalah pepohonan yang sama, aku benar-benar bingung! Tapi ini indah sekali! Aku suka! Hahahhaha!” Arga juga sering sekali tertawa terbahak-bahak, dia terkadang melakukannya saat kondisi hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Termasuk ketika  dia sedang tidur lelap pun, jika dia mendapatkan mimpi yang menyenangkan, Arga pasti tertawa terbahak-bahak dalam tidurnya. Apakah di hutan buatan itu, ada siang dan malam? Tentu saja, sama seperti alam pada umumnya, Para Saura menciptakan tempat itu dimiripkan persis seperti hutan yang nyata, termasuk juga kondisi cuaca, hari, musim, dan hal-hal semacamnya. Itu diciptakan agar mereka bisa melihat bagaimana Arga melalui hari-harinya dalam berbagai situasi, karena bagi mereka melihat makhluk yang kesulitan adalah hal yang membahagiakan. Begitulah Para Saura, begitu licik dan jahat. Alih-alih bertanya-tanya soal hal rumiit begitu, Arga malah tersenyum dan menghirup udara sebanyak mungkin  ke lubang hidungnya. Memang segar dan melegakan, dan itu membuatnya merasa hidup. Ekor kelinci yang tertanam dipantatnya, bergerak-gerak sedikit, bertanda bahwa si pemilik tubuh sedang merasa senang dan nyaman dengan keadaan itu. Tampaknya Arga suka berdiri di puncak pohon, dia merasa bahagia bisa melihat pemandangan alam yang begitu menakjubkan di depan matanya. Langit biru, gunung hijau, laut biru. Itu benar-benar luar biasa, meskipun di sana tidak ada satu burung pun, Arga tidak mempermasalahkannya, karena pada dasarnya dia bahkan tidak tahu soal keberadaan binatang, mengingat dari kecil dia  hanya hidup sendirian di sana. Arga sangat aktif, dia adalah anak yang punya energi dan semangat yang besar, tidak ada yang bisa menyainginya dalam memanjat pohon atau berlarian di  padang rumput, jika ada anak seusianya di sana, karena pergerakannya sangat cepat. Arga begitu gesit dalam menggerakkan tubuhnya, mirip seperti seekor monyet yang sedang kepanikan. Selain itu, ada hal unik juga yang belum kalian ketahui soal Arga, yakni kemampuannya dalam berbicara. Arga memang tidak punya skill berbicara yang bagus, karena dia tidak pernah mengobrol dengan siapa pun, tapi karena tindakan Para Saura, membuat Arga secara otomatis bisa berbicara dalam bahasa manusia pada umumnya sehingga dia bisa mengekspresikan perasaannya dalam kata-kata, meskipun terkadang itu hanya dilakukannya di saat-saat tertentu saja. “Wow, indah sekali!” Arga tersenyum lebar memandangi pemandangan yang tersaji di depan matanya, bola-bola matanya yang berwarna biru terang, membesar, menandakan dia sangat senang melihat hal tersebut. “Aku ingin sekali bisa ke gunung itu! Tapi aku tidak tahu harus bagaimana, setiap aku berlari ke sana, yang kutemukan hanyalah pepohonan yang sama, aku benar-benar bingung! Tapi ini indah sekali! Aku suka! Hahahhaha!” Arga juga sering sekali tertawa terbahak-bahak, dia terkadang melakukannya saat kondisi hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Termasuk ketika  dia sedang tidur lelap pun, jika dia mendapatkan mimpi yang menyenangkan, Arga pasti tertawa terbahak-bahak dalam tidurnya. Apakah di hutan buatan itu, ada siang dan malam? Tentu saja, sama seperti alam pada umumnya, Para Saura menciptakan tempat itu dimiripkan persis seperti hutan yang nyata, termasuk juga kondisi cuaca, hari, musim, dan hal-hal semacamnya. Itu diciptakan agar mereka bisa melihat bagaimana Arga melalui hari-harinya dalam berbagai situasi, karena bagi mereka melihat makhluk yang kesulitan adalah hal yang membahagiakan. Begitulah Para Saura, begitu licik dan jahat. “Sepertinya dia sedang menikmati pemandangan di  puncak pohon, menarik sekali.” Ucap seorang Saura yang memiliki badan tinggi dan berotot, yang bisa kita tebak bahwa dia adalah laki-laki perkasa di antara teman-temannya. Dia sedang berdiri di depan sebuah monitor besar yang memperlihatkan aktivitas Arga, melakukan itu bersama teman-temannya di sebuah ruangan khusus. Jika diamati, ada tiga saura lain di sana, selain keberadaan saura berotot itu. “Jika dia melakukan itu, artinya hari ini adalah hari senin,” sahut suara temannya yang terdengar sumbing dan menguik, yang memiliki mata besar dan tubuh kurus bungkuk, dari perawakannya, bisa dipastikan dia juga merupakan seorang laki-laki. “Dia sering begitu pada hari Senin, sudah menjadi kebiasaan rutinnya.” “Begitukah?” Jawab Saura yang berotot gagah tersebut, merespon perkataan teman kurusnya. “Menarik sekali, hehehehe.” Ternyata Arga sedang memandang pemandangan hutan di sekelilingnya, yang tentunya dipenuhi dengan ratusan pepohonan ‘buatan’ yang menyebar dan menghampar ke setiap area, juga gunung, langit, dan laut yang tertampak di matanya juga hanyalah ‘buatan’ yang berarti  tidak nyata, karena sejatinya, Arga sedang berada di ruangan besar yang  diberikan berbagai macam teknologi pemandangan alam yang membuat siapa pun mengira bahwa semua itu nyata, padahal jika diteliti lebih dalam, semua itu tidaklah nyata, hanya kesemuan belaka. Tapi karena Arga hanyalah seorang anak kecil biasa, dia tidak memiliki pemikiran yang kritis sampai mempertanyakan hal-hal seperti itu. Alih-alih bertanya-tanya soal hal rumiit begitu, Arga malah tersenyum dan menghirup udara sebanyak mungkin  ke lubang hidungnya. Memang segar dan melegakan, dan itu membuatnya merasa hidup. Ekor kelinci yang tertanam dipantatnya, bergerak-gerak sedikit, bertanda bahwa si pemilik tubuh sedang merasa senang dan nyaman dengan keadaan itu. Tampaknya Arga suka berdiri di puncak pohon, dia merasa bahagia bisa melihat pemandangan alam yang begitu menakjubkan di depan matanya. Langit biru, gunung hijau, laut biru. Itu benar-benar luar biasa, meskipun di sana tidak ada satu burung pun, Arga tidak mempermasalahkannya, karena pada dasarnya dia bahkan tidak tahu soal keberadaan binatang, mengingat dari kecil dia  hanya hidup sendirian di sana. Arga sangat aktif, dia adalah anak yang punya energi dan semangat yang besar, tidak ada yang bisa menyainginya dalam memanjat pohon atau berlarian di  padang rumput, jika ada anak seusianya di sana, karena pergerakannya sangat cepat. Arga begitu gesit dalam menggerakkan tubuhnya, mirip seperti seekor monyet yang sedang kepanikan. Selain itu, ada hal unik juga yang belum kalian ketahui soal Arga, yakni kemampuannya dalam berbicara. Arga memang tidak punya skill berbicara yang bagus, karena dia tidak pernah mengobrol dengan siapa pun, tapi karena tindakan Para Saura, membuat Arga secara otomatis bisa berbicara dalam bahasa manusia pada umumnya sehingga dia bisa mengekspresikan perasaannya dalam kata-kata, meskipun terkadang itu hanya dilakukannya di saat-saat tertentu saja. “Wow, indah sekali!” Arga tersenyum lebar memandangi pemandangan yang tersaji di depan matanya, bola-bola matanya yang berwarna biru terang, membesar, menandakan dia sangat senang melihat hal tersebut. “Aku ingin sekali bisa ke gunung itu! Tapi aku tidak tahu harus bagaimana, setiap aku berlari ke sana, yang kutemukan hanyalah pepohonan yang sama, aku benar-benar bingung! Tapi ini indah sekali! Aku suka! Hahahhaha!” Arga juga sering sekali tertawa terbahak-bahak, dia terkadang melakukannya saat kondisi hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Termasuk ketika  dia sedang tidur lelap pun, jika dia mendapatkan mimpi yang menyenangkan, Arga pasti tertawa terbahak-bahak dalam tidurnya. Apakah di hutan buatan itu, ada siang dan malam? Tentu saja, sama seperti alam pada umumnya, Para Saura menciptakan tempat itu dimiripkan persis seperti hutan yang nyata, termasuk juga kondisi cuaca, hari, musim, dan hal-hal semacamnya. Itu diciptakan agar mereka bisa melihat bagaimana Arga melalui hari-harinya dalam berbagai situasi, karena bagi mereka melihat makhluk yang kesulitan adalah hal yang membahagiakan. Begitulah Para Saura, begitu licik dan jahat. Alih-alih bertanya-tanya soal hal rumiit begitu, Arga malah tersenyum dan menghirup udara sebanyak mungkin  ke lubang hidungnya. Memang segar dan melegakan, dan itu membuatnya merasa hidup. Ekor kelinci yang tertanam dipantatnya, bergerak-gerak sedikit, bertanda bahwa si pemilik tubuh sedang merasa senang dan nyaman dengan keadaan itu. Tampaknya Arga suka berdiri di puncak pohon, dia merasa bahagia bisa melihat pemandangan alam yang begitu menakjubkan di depan matanya. Langit biru, gunung hijau, laut biru. Itu benar-benar luar biasa, meskipun di sana tidak ada satu burung pun, Arga tidak mempermasalahkannya, karena pada dasarnya dia bahkan tidak tahu soal keberadaan binatang, mengingat dari kecil dia  hanya hidup sendirian di sana. Arga sangat aktif, dia adalah anak yang punya energi dan semangat yang besar, tidak ada yang bisa menyainginya dalam memanjat pohon atau berlarian di  padang rumput, jika ada anak seusianya di sana, karena pergerakannya sangat cepat. Arga begitu gesit dalam menggerakkan tubuhnya, mirip seperti seekor monyet yang sedang kepanikan. Selain itu, ada hal unik juga yang belum kalian ketahui soal Arga, yakni kemampuannya dalam berbicara. Arga memang tidak punya skill berbicara yang bagus, karena dia tidak pernah mengobrol dengan siapa pun, tapi karena tindakan Para Saura, membuat Arga secara otomatis bisa berbicara dalam bahasa manusia pada umumnya sehingga dia bisa mengekspresikan perasaannya dalam kata-kata, meskipun terkadang itu hanya dilakukannya di saat-saat tertentu saja. “Wow, indah sekali!” Arga tersenyum lebar memandangi pemandangan yang tersaji di depan matanya, bola-bola matanya yang berwarna biru terang, membesar, menandakan dia sangat senang melihat hal tersebut. “Aku ingin sekali bisa ke gunung itu! Tapi aku tidak tahu harus bagaimana, setiap aku berlari ke sana, yang kutemukan hanyalah pepohonan yang sama, aku benar-benar bingung! Tapi ini indah sekali! Aku suka! Hahahhaha!” Arga juga sering sekali tertawa terbahak-bahak, dia terkadang melakukannya saat kondisi hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Termasuk ketika  dia sedang tidur lelap pun, jika dia mendapatkan mimpi yang menyenangkan, Arga pasti tertawa terbahak-bahak dalam tidurnya. Apakah di hutan buatan itu, ada siang dan malam? Tentu saja, sama seperti alam pada umumnya, Para Saura menciptakan tempat itu dimiripkan persis seperti hutan yang nyata, termasuk juga kondisi cuaca, hari, musim, dan hal-hal semacamnya. Itu diciptakan agar mereka bisa melihat bagaimana Arga melalui hari-harinya dalam berbagai situasi, karena bagi mereka melihat makhluk yang kesulitan adalah hal yang membahagiakan. Begitulah Para Saura, begitu licik dan jahat. “Sepertinya dia sedang menikmati pemandangan di  puncak pohon, menarik sekali.” Ucap seorang Saura yang memiliki badan tinggi dan berotot, yang bisa kita tebak bahwa dia adalah laki-laki perkasa di antara teman-temannya. Dia sedang berdiri di depan sebuah monitor besar yang memperlihatkan aktivitas Arga, melakukan itu bersama teman-temannya di sebuah ruangan khusus. Jika diamati, ada tiga saura lain di sana, selain keberadaan saura berotot itu. “Jika dia melakukan itu, artinya hari ini adalah hari senin,” sahut suara temannya yang terdengar sumbing dan menguik, yang memiliki mata besar dan tubuh kurus bungkuk, dari perawakannya, bisa dipastikan dia juga merupakan seorang laki-laki. “Dia sering begitu pada hari Senin, sudah menjadi kebiasaan rutinnya.” “Begitukah?” Jawab Saura yang berotot gagah tersebut, merespon perkataan teman kurusnya. “Menarik sekali, hehehehe.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD