Kayla ke kantin, kemudian membeli jus segar, yang sama persis, seperti jus yang diminum oleh siswi yang melewatinya tadi.
Harga jus itu lima ribu. Berarti masih ada empat puluh lima ribu lagi. Masih bisa buat beli roti atau cemilan lainnya. Kayla tersenyum sendiri. Entah kenapa sekarang penilaiannya pada sesosok Kay, mulai berubah.
Dia tidak seburuk itu.
"Ehem! Lo punya duit? Katanya gak punya. Pake senyum-senyum gaje lagi," Sasi berdiri di sampingnya.
Kayla memutar kedua bola matanya jengah. Ia kesal pada sahabatnya itu. Malah membuatnya menunggu sampai kehausan.
"Dari mana aja sih, lo Sas? Tega bener sama gue, gue kehausan tau,"
"Elaah. Tuh udah bisa beli jus. Uang dari mana?"
"Ngepet!" jawab Kayla kesal, gadis itu melewati Sasi sambil membawa jusnya yang sudah selesai dibuatkan oleh pedagangnya.
Sasi mengikutinya, "Serius, lo gak nyuri kan?"
"Enak aja lo! Enggak lah, gue dapet duit halal!" jengah Kayla, ia segera meletakan jusnya di atas meja.
"Eh, gue cuma dapet lima rebu. Loh dapet geude, siapa yang ngasih?"
"Kepo banget lo!"
"Si Kay pelit banget. Pas gue bilang lo kehausan, dia malah kabur!"
Kay!
"Uhukkk! Uhukkk!"
Kayla tersedak jusnya.
"Eh, alah. Denger nama doi lo langsung batuk." Sasil memberikan tisu.
Kayla segera menatap curiga pada Sasi,"Jadi lo bilang sama si Kay, kalau gue kehausan? Terus gak ada duit?"
Sasil mengangguk,
Ikhhss! Temannya itu benar-benar ember. Pantesan saja Kay memberikan ia uang. Ya Allah malunya Kayla. Mau ditaruh di mana mukanya. Punya temen ko gitu banget.
"Ko tega banget sih," rutuk Kayla kesal.
"Habis gimana lagi, kan gue juga lagi gak ada duit. Kalau lo mati kehausan gimana? Kan berabe jadinya."
Kayla segera menghabiskan jusnya,"Dia tadi nemuin gue. Terus ngasih..." kalimat Kayla cukup pelan, seolah takut terdengar oleh yang lainnya. Namun kalimat pelan itu malah membuat Sasi berteriak histeris.
"Omooo! SI KAY NGASIH LOMMMMM..."
Kayla segera menutup mulut ember sahabatnya itu, "Ikhss, setan dasar!" Kesal Kayla.
Sasi cengengesan seperti minta di pukul kepalanya, "Habis gue kaget La, kan dia emang nolak gitu tadi. Gak taunya eh, malah langsung nyamperin lo,"
"Lain kali jangan gitu Sas, gue malu tahu!"
"Eh, guemah baik sama lo. Gue bela-belain jadi pengemis. Biar lo gak mati!"
"s****n!"
"Coba kalau si Kay gak ngasih, lo pasti udah mati sekarang."
"Gila lo!"
Sasil terkekeh,"Eh, tapi tuh bocah baik juga ya? Lo nyadar gak sih, kalau dia tuh emang care sama lo."
Kayla terdiam.
Masa sih?
Tapi mengingat dari cara laki-laki itu menatapnya, cara dia memberikan uang tadi...
Deg!
Deg!
Deg!
Aduh, ini jantung kenapa begini? Kayla memegang dadanya.
"Mungkin dia lagi kebanyakan uang. Makanya ngasih ke gue." Kayla membenarkan, atau sebenarnya menya ngkal, agar hatinya tidak mudah terkecoh. Agar hatinya tetap kuat, tidak lemah pada apa yang diberikan Kay padanya.
Ingat La, Kay itu udah punya cewek. Meski dia baik, jangan salah artikan kebaikannya. Dia itu cuma nganggep lo temen. Ingat La, TEMEN!
Kayla menarik napas dalam. Gue enggak boleh lemah.
***
Setelah menghabiskan jusnya, Kayla dan Sasi kembali ke dalam kelas. Suasananya masih ramai. Karena guru belum masuk.
Kayla ingin segera duduk di kursinya. Namun kedua matanya itu lancang. Karena dengan refleks, ia menatap ke arah bangku, dimana ada Kay dan Lysa. Mereka terlihat akrab. Dan sesekali Kay mengusap kepala gadis itu.
Kayla dengan cepat segera menundukan wajahnya. Gila! Otaknya tadi berpikir macam-macam, jantungnya berdetak salah kaprah. Hanya karena Kay memberikan uang lima puluh ribu padanya.
Sadar gak sih, Kayla udah menjebak dirinya sendiri dengan perasaan yang tidak pasti.
Tuhkan, La. Dia itu cuma nganggep lo temen.
Kayla berbicara di dalam hatinya. Dia segera melangkah cepat ke arah bangkunya. Kemudian duduk, tanpa mau kembali menatap pada dua sejoli itu.
"Eh, gile! Pacaran jangan di kelas WOY! gak tahu apa, kalau di sini aja jomblo!" Teriak Sasi, tentu saja di arahkan pada Kay. Dan kalimat jomblo itu, ia arahkan pada Kayla.
Kay menatap datar pada Sasi, namun sejenak melirik Kayla. Ia sebenarnya ingin memastikan. Apakah gadis itu sudah tidak pucat seperti tadi lagi. Namun yang diperhatikan sepertinya sama sekali tidak peduli.
Kay kembali mengobrol dengan Lysa. Percayalah, kedua mata elangnya sesekali menatap pada Kayla.
Nunduk terus, lagi nyari apaan sih?
Bisik hati Kay kesal.
Sepulang sekolah, Kayla berjalan sendiri, dia nunggu bus. Biasanya, gadis itu ikut nebeng di motornya Sasil.
Tapi sore ini. Kayla pulang sendiri, dia juga tidak nyuci mobil. Dia mau istirahat, karena perutnya masih saja tidak karuan.
Kayla melihat jam yang melingkar indah di pergelangannya. Gadis itu mendesah kesal, karena sudah pukul tiga sore hari.
Di Mutiara, pulang sekolah memang jam dua siang. Karena selalu ada pelajaran tambahan, setelah semua pelajaran berakhir.
"Kayanya Bus bakal lama!" Suara seseorang menginterupsi. Membuat Kayla menatap pada pemiliknya.
"Da-dari mana lo tahu?" Kayla kikuk. Karena ia memang sedang menghindari pemilik suara itu.
Kay turun dari motornya. Kemudian menyimpan helm di motor bagian depannya. Lalu menghampiri gadis itu."Tau aja!" dia berdiri di samping Kayla, sambil memasukan kedua tangannya di saku celananya.
"Jadi lo mau pulang naik apa?" Kay menatap Kayla dari samping.
Kayla yang merasa jantungnya kembali berontak. Dia menelan salivanya kuat-kuat.
"Angkot aja," jawabnya pelan.
Kay terlekeh,"Bus sama angkot itu, sama lamanya. Mereka tuh, sekarang sedang demo di depan pemda. Masa lo gak tahu?"
Duh, Kayla bingung jadinya. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ya udah, gue jalan kaki aja. Deket ko rumah gue dari sini. Paling setengah jam man."
Menyebalkan!
Kay tuh, maunya Kayla minta dianterin sama dia. Bukan malah menjawab mau jalan kaki.
Dasar cewek tidak peka!
Karena kesal, Kay meraup wajahnya kasar. Lalu Kayla segera beranjak, ia benar-benar berjalan kaki meninggalkannya.
Itu cewek ngeselin banget! Bilang mau di anter kek!
Rutuk kesal Kay.
Sementara Kayla, menunduk dengan geram. Bisa enggak sih, Kay itu peka. Nawarin di anter kek, masa malah diem aja. Biarin dia pergi.
Memang!
Cowok gak peka!
Kayla terus berjalan cepat. Hingga sebuah motor ninja berhenti di sampingnya. "Lho, La. Kamu mau pulang?"
Rangga bertanya sembari membuka helm yang dikenakannya.
"Eh, Kak Rangga?"
"Sekarang angkot sama bus lagi pada demo. Kamu Kakak anter. Ayo," Rangga memberikan helm yang lain.
Kayla tentu saja tersenyum sumringah. Dia meraih helm yang diberikan Rangga dengan senang hati. "Makasih Kak,"
"Ok, naik gih." Rangga mempersilahkan dengan kedikan bahunya.
Kaylapun naik, tanpa sadar. Kay sedang memperhatikannya dengan gerah. Kemudian, ia menaiki motornya. Dan melewati Kayla dengan suara motornya yang ia buat bising.
Membuat Kayla menatap padanya. Kemudian kedua tatapan itu bertemu. Kay yang lebih dulu menarik tatapannya. Dan menyisakan perasaan aneh di hati Kayla.
Kayla merasa sedih, seolah di sini dia yang jahat. Karena tidak menaiki motor Kay. Tapi kan, Kay tidak menawarinya.
Kenapa Kayla harus merasa bersalah?
Lo itu maunya apa sih Kay?
Bisik Kayla dalam hati. Dadanya mendadak sesak, siapa yang harus dipersalahkan di sini. Karena Kayla memang tidak melakukan kesalahan sama sekali.
"Sudah?"
Pertanyaan Rangga. Membuat Kayla berhenti menatap laki-laki yang sudah melaju jauh itu.
"Eh, iya kak. Ayo,"
Kemudian, Ranggapun mulai menyalakan motornya.