Hamil?

1063 Words
Disinilah Stella dan Alma kini berada, sebuah cafe dengan nuansa hijau yang menyejukan mata bagi setiap pengunjung yang datang di cafe ini. Gemericik air mengalun dengan merdu di indera pendengaran siapa saja yang berada di cafe ini. Ya. Stella dan Alma memutuskan untuk pergi ke cafe tempat mereka biasa melepaskan lelah setelah bekerja atau ketika sedang ada masalah dalam hidup mereka. Cafe Cahaya. Stella dan Alma dengan sengaja memilih ruangan VIP untuk menjaga privacy mereka selama berbincang di dalam cafe Cahaya. Apalagi masalah yang akan diceritakan oleh Stella kepada Alma sangat sensitif kali ini sehingga Stella dan Alma membutuhkan ruang yang lebih privacy. Stella dan Alma memesan makanan setelah pelayan menghampiri mereka. Tak lama kemudian, pelayan itu meninggalkan Stella dan Alma setelah mencatat dan membaca ulang makanan yang dipesan oleh Stella dan Alma. “Apa yang ingin kamu ceritakan ke aku, Stella?” tanya Alma dengan tatapan lembut ke arah Stella. Stella menundukkan kepala dengan memilin jemarinya setelah mendengar ucapan Alma kepada dirinya. Alma dapat mengetahui jika sahabat baiknya itu kini sedang merasa gugup setelah dirinya menanyakan sesuatu kepada Stella. Alma menggenggam erat tangan Stela yang berada di atas meja lalu menatap kembali ke arah Stella dengan tatapan lembut. “Jika kamu belum siap untuk menceritakan semua yang telah terjadi kepada kamu sekarang. Aku tidak apa-apa Stella. Aku tidak akan marah. Tapi aku berharap kamu bisa melewati semua ini dengan sabar. Aku yakin dibalik semua musibah ini ada hikmahnya buat kamu, Stella.” Stella masih diam seribu bahasa tanpa menanggapi apa yang diucapkan oleh Alma. Rasa gugup itu masih dapat terlihat dengan jelas di wajah Stella saat ini. Alma kembali berusaha menenangkan hati sahabat baiknya itu yang diyakini oleh Alma sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja saat ini. Tak lama kemudian, Stella memberanikan diri untuk menceritakan apa yang telah terjadi kepada dirinya beberapa waktu yang lalu. Alma tercengang dengan apa yang diceritakan oleh sahabat baiknya itu. Sungguh.. Alma tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh sahabat baiknya itu. Alma sangat mengenal bagaimana Stella sehingga tidak mungkin sahabat baiknya itu melakukan hal itu dengan sengaja. Alma memiliki firasat jika apa yang sedang terjadi kepada Stella itu merupakan permainan atau jebakan seseorang. Alma menatap ke arah sahabat baiknya itu dengan tatapan tidak percaya. Gelengan kepala menandakan jika Alma benar-benar tidak percaya dengan apa yang kini terjadi dengan sahabat baiknya itu. “Apa boleh aku bertanya sesuatu hal yang sensitif kepada kamu, Stella?” tanya Alma lagi. Stella memberanikan diri mendongakkan kepala ke arah Alma yang kini masih menatap dengan lembut ke arah Stella. Stella menganggukkan kepala menanggapi apa yang ditanyakan oleh Alma kepada dirinya. “Apa yang mau kamu tanyakan Alma?” bukan menjawab pertanyaan dari Alma, namun Stella bertanya kepada Alma dengan nada bicara yang masih tampak gugup saat ini. “Kapan hari terakhir kamu haid bulan lalu?” tanya Alma dengan singkat dan padat. Stella tercengang mendengar apa yang ditanyakan oleh Alma kepada dirinya. Stella menatap ke arah Alma dengan tatapan penuh tanda tanya. “Kenapa kamu bertanya seperti itu Alma?” “Aku percaya kamu juga pasti berpikiran yang sama seperti apa yang aku pikirkan kali ini. Jika melihat dari ciri-ciri kamu ketika merasakan mual, aku memiliki firasat Jika kamu sekarang sedang hamil Stella,” jawab Alma. Duarrrr.. Bagai disambar petir siang bolong Stella tercengang dengan apa yang diucapkan oleh Alma saat ini. Stella menatap ke arah Alma dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Banyak tanya dalam benak Stella dengan apa yang diucapkan oleh sahabat baiknya itu. Hamil? Stella menggelengkan kepala dengan apa yang kini berada di dalam benaknya saat ini. Sungguh.. Stella tidak pernah berpikir jauh hingga sejauh itu saat ini. “Apa maksud kamu, Alma?” tanya Stella. “Kapan kamu terakhir datang bulan Stella?” bukan menjawab apa yang diucapkan oleh Stella. Namun Alma melontarkan pertanyaan kembali kepada sahabat baiknya itu. Lagi dan lagi Stella tercengang dengan apa yang diucapkan oleh sahabat baiknya itu. Diam.. Stella kini diam seribu bahasa sembari berusaha untuk mencerna apa yang diucapkan oleh sahabat baiknya itu. Sungguh.. Stella melupakan tentang jadwal rutin tamu bulanannya saat ini. Stella membelalakkan mata setelah teringat kapan hari terakhir dirinya datang bulan. Air muka Stella seketika berubah setelah menyadari jika dirinya belum kedatangan tamu bulanan di bulan ini. Alma yang dapat mengerti perubahan raut wajah sahabat baiknya itu mencoba untuk menenangkan diri sahabat baiknya. Alma dapat memahami rasa takut yang kini sedang dirasakan oleh Stella saat ini. “Aku tahu apa yang sedang kamu takutkan saat ini. Apa kamu telah mengingat kapan hari terkahir kamu datang bukan di bulan yang lalu Stella?” ucap Alma lagi. Huft.. Stella menghela nafas kasar untuk menenangkan diri sebelum Stella menjawab apa yang ditanyakan oleh sahabat baiknya itu. “Aku telat datang bulan Alam,” balas Stella dengan nada lirih. Duarrrr.. Alma terkesiap mendengar jawaban yang diberikan oleh sahabat baiknya itu. Alma menatap ke arah sahabat baiknya itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Alma tidak percaya dengan semua yang diucapkan oleh Stella. Huft.. Alma menghela nafas kasar. Hati Alma seketika terasa sesak setelah mendengar jawaban dari Stella saat ini. Alma menatap dengan tatapan nanar ke arah Stella yang tampak tertunduk lesu. Alma mengusap telapak tangan sahabat baiknya itu dengan lembut. Alma mencoba menenangkan hati Stella yang kini sedang gundah gulana. “Kamu yang sabar iya Stella. Belum tentu kamu hamil akan Stella. Kamu kan belum memeriksakan diri ke dokter kan Stella?” ucap Alma menenangkan diri sahabat baiknya itu. Isak tangis terdengar dari bibir Stella. Alma merengkuh bahu sahabat baiknya itu dengan erat nanti hangat. Alma membiarkan sahabat baiknya itu untuk menenangkan diri dalam dekapannya. Alma tahu jika sahabat baiknya itu kini sedang membutuhkan sandaran dan dekapan hangat dari dirinya sehingga Alma memberikan waktu kepada sahabat baiknya itu untuk menumpahkan semua perasaan yang kini serang dirasakan oleh sahabat baiknya itu. “Stella.. Aku tahu apa yang sedang kamu takutkan saat ini. Tapi aku mohon kamu tetap berpikiran positif iya Alma. Jika kamu memang benar-benar hamil. Aku harap kamu tidak melakukan hal yang di luar dugaan dan di luar akal sehat iya Stella,” ucap Alma. Diam.. Stella diam seribu bahasa mendengar apa yang diucapkan oleh sahabat baiknya itu. Entahlah.. Stella sedang tidak dapat berpikir dengan jernih saat ini. Pikiran Stella kosong. Tidak tahu langkah apa yang akan dilakukan oleh dirinya jika Stella benar-benar hamil seperti apa yang diucapkan oleh sahabat baiknya itu. “Temani aku periksa ke dokter besok iya Alma..”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD