BAB 7

1655 Words
Sesampainya di rumah, Cedric mengambil ahli mangkuk yang di pegang oleh perawat. Ia menyuapi kakeknya. “Kamu, habis darimana?” Tanya kakeknya. “Ketemu kenalan.” Jawab Cedric. “Cedric... Sebenarnya kakek tidak ingin memaksa kamu untuk buru-buru menikah. Tapi, maaf... Harusnya kakek-” “Hust... Kakek nggak usah mikirin itu. Cedric baik-baik saja. Cedric masih bisa bertahan. Cedric nggak akan biarin perusahaan jatuh ke tangan Mereka.” Alen kakek Cedric tersenyum. “Kakek percaya sama kamu. Tapi Cedric, kakek mohon... Tolong jaga Xenia, dan Raphael. Wanita ular (Ibu tri) itu dan anak-anaknya pasti berusaha menyingkirkan mereka berdua.” “Ada Papa yang jaga mereka. Kakek nggak usah khawatir.” Kata Cedric lagi. “Setelah kakek nggak ada nanti, pasti Ular itu akan mencelakai ayahmu. Dan menyingkirkan Xenia dan Raphael. Di rumah ini, hanya kamu yang bisa kakek percayai.” “Iya... Kakek makan dulu. Jangan bicara apa-apa.” “Ayahmu saat ini masih bisa menahan saudara-saudaranya. Kakek harap kamu bisa segera bawa calonmu ke rumah ini.” Kata Alen pelan. Cedric menganguk, ia lalu menyuapi kakeknya kembali. ****❤**** Medeia kembali ke kediaman Irenee. Irenee dan yang lainnya yang sedang makan bersama terkejut melihat Medeia yang pulang dengan sangat cepat. Alison tersenyum melihatnya. Beberapa saat yang lalu.... Irenee menemui pamannya dan mengatakan jika Medeia sedang menemui Cedric. Alison tau jika Medeia pasti dipaksa oleh Irenee. Karena itu Alison marah kepada Irenee. Tapi keponakannya itu tak takut padanya. “Apa paman menyukai Medeia sehingga tak mengizinkannya menikah?” “Kau mendengarnya sendiri kalau dia tak mau menikah!” Bantah Alison. “Itu karena Medeia menunggu Libra mengajaknya menikah. Tapi paman tau sendiri jika adikku itu tidak akan melamar Medeia apapun yang terjadi. Apa paman beneran mau buat Medeia melajang seumur hidupnya??” “Irenee!!” “Aku hanya tanya paman.” “Kau pikir, paman tidak tau kalau kau mencoba memprovokasi Libra?? Irenee sebaiknya hentikan permainanmu. Kau bukan lagi anak-anak. Libra tidak akan terpengaruh.” “Lalu kenapa?? Apa paman takut Medeia menikah dengan orang lain?? Wow.. Paman bukan p*****l kan?? Dia seumuran keponakan paman loh!!” Goda Irenee dengan menyeringai. “Kalau Mère dan tante Keyla tau, Mereka berdua pasti sangat terkejut.” Lanjutnya. “Irenee!!! Paman hanya menganggapnya sebagai anak!!” Bantahnya. “Kalau begitu izinkan dia menikah!!” Ucapnya dengan tersenyum licik. Alison mengeram kesal. Keponakannya satu ini. Sejujurnya Alison ingin menjadikan Irenee sebagai penggantinya jika saja anak itu tidak perempuan. Alison menyukai perbuatan Irenee yang berani menantangnya seperti adiknya. Irenee tidak terikat pada peraturan. Alison benar-benar tak bisa mengendalikan Irenee. Tak seperti Libra, Darrell dan Sean. Ketiga ponakannya itu lebih cenderung bisa di kendalikan daripada keponakan perempuannya ini. Dan saat ini Alison benar-benar membenci sifat yang berani menantangnya itu. Ia berharap semoga putri Irenee, Ariztia tidak meniru sifat keponakannya itu. “Kalau dia mau menikah. Aku akan membiarkannya.” “Kalau begitu, paman nanti tanya ke dia. Kalau dia tidak menjawabnya bosan, benci, tidak cocok atau tidak menyukainya, paman harus mengizinkannya menikah. Paman harus menyuruhnya menikah.” Rayu Irenee. “Oke.” Irenee tersenyum senang, ia lalu mencium pipi Alison sayang lalu berjalan keluar. ***** “Kata Irenee kau bertemu dengan Cedric, kenapa cepat sekali?” Tanya Alison dengan tersenyum menang dengan menatap keponakannya. Medeia pasti tidak menyukai laki-laki itu. “Bagaimana menurutmu? Apa sangat membosankan sehingga kau pulang secepat itu?” Tanya Alison lagi. Libra menatap Medeia tak suka. Perempuan itu.... Bertemu laki-laki lain dengan penampilan seperti itu?? “Dia sangat menyebalkan.” Jawab Medeia jujur. “Menyebalkan kenapa?” Tanya Irenee kali ini. Medeia diam, dia tidak bisa memberitahukan jika dia ditinggalkan setelah Cedric mengatakan jika Medeia seperti perempuan yang pernah ia temui. Medeia hanya tersenyum sebagai jawaban. Mengingatnya saja Medeia ingin mencekik laki-laki itu. Huh... Sejujurnya itu pertama kalinya ia ikut acara kencan buta. “Kau tidak tertarik dengannya?” Tanya Irenee lagi. Alison menahan senyumnya. Putrinya itu tidak akan tertarik dengan laki-laki itu. Libra meneruskan makannya. Ia pura-pura tak peduli. “Dia.... Cukup menarik.” Jawab Medeia dengan tersenyum. Libra menggenggam pisaunya erat. Irenee tersenyum senang. Tidak dengan Alison. Senyumnya hilang. Ia menatap putri angkatnya bingung. “Menarik?” Tanya Alison. “Iya.. Dia menarik sekaligus menyebalkan.” “Kalau begitu, kau menikah saja dengannya.” Suruh Irenee. “Ya kan paman Alison?” Tanya Irenee dengan tersenyum senang. Alison mengubah raut wajahnya setenang mungkin. “Iya.. Kau bisa menikah jika kau mau menikah dengan Cedric.” Kata Alison yang menyetujuinya. “Ayah yakin?” Tanya Medeia tekejut. “Iya. Tentu saja ayah sangat yakin. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau.” “Ayah Serius?” Alison menganguk. “Aku boleh menikah dengannya?” “Lakukan yang kau mau.” Jawab Alison. Medeia tersenyum. “Makasih Ayah.” Libra reflek menatap Alison dan Medeia bergantian. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran Mereka berdua. Terlebih Medeia. Ini tidak seperti Medeia. Medeia yang ia tau, dia bukanlah orang yang suka buang-buang waktu seperti ini. Libra menatap Irenee yang tersenyum senang. Sepertinya ia tau sekarang, kakak perempuannya itu pasti dalang dari semua keputusan Alison dan Medeia. ****❤**** Irenee menghampiri Libra adiknya yang berdiri di balkon kamarnya. Libra sedang melihat pepohonan rindang di depan kamarnya. Irenee Mère buat Whisky yang di pegang Libra lalu meminumnya. Libra membiarkannya. “Jadi, apa yang kau inginkan?” Tanya Libra setelah Irenee meminum Whiskynya. Libra Merebut gelasnya kembali. Ia masuk kedalam kamarnya lalu menuangkan Whiskynya lagi. Irenee mengikutinya dan duduk di atas tempat tidur Libra. “Aku cuma penasaran,” “Aku harap kau nggak lupa perkataan Mère, Rasa penasaran yang berlebih bisa membunuhmu Irenee.” Potong Libra santai dengan tersenyum lebar. Tapi menurut Irenee senyum adiknya itu adalah senyum peringatan yang menyuruhnya agar tidak bertindak lebih jauh. “Tentu saja aku tidak akan lupa perkataan itu. Terimakasih untuk perhatiannya.” Irenee berdiri mendekati adiknya. Kemeja Libra, 3 kancing teratasnya terbuka. Irenee mengancingkan kancing terbawahnya. “Tapi, perhatianmu itu membuat rasa penasaranku meningkat.” ucapnya sembari merapikan kemeja adiknya. “Sampai kapan kau akan berpura-pura tenang seperti ini.” Bisiknya tepat di telinga Libra. Irenee tersenyum sebelum berjalan keluar. Ia berbalik lalu mengedipkan satu matanya. Libra menatapnya tajam. Apa yang dikatan Darrell benar, kakak perempuannya itu mirip rubah. Sangat licik. Libra tertawa pelan. Tentu saja dia tidak akan membuat rasa penasaran Irenee terpuaskan. Jika Irenee berfikir Libra akan mendatangi Medeia dan bertanya soal Cedrick. Irenee salah. Ia tidak akan bertanya apapun. Karena Medeia yang akan datang dan memberitahunya sendiri. Libra meminum whiskynya lalu berjalan ke arah balkon. Ceklik.... Libra tersenyum sembari meminum Whiskynya. Perempuan itu datang lebih cepat dari dugaannya. Libra berbalik. Terlihat Medeia yang berdiri dengan membawa kotak P3K dan Sapu tangan yang baru. “Tuan muda...” Panggilnya lembut. Medeia mendekatinya. “Terimakasih.” Ucapnya lagi dengan tersenyum senang. “Kau menyukainya?” “Iya, saya sangat menyukainya tuan muda.” Jawabnya. Libra mendekati Medeia. Lalu menyentuh wajah perempuan itu. “Kita sepupu sekarang, seharusnya kau memanggilku Libra bukan tuan muda.” Medeia menyingkirkan tangan Libra lalu reflek mundur. “Tolong jangan mempermainkan saya seperti ini.” Pinta Medeia. “Hmm??” “Tuan muda tau sendiri, jika saya tidak pernah ingin menjadi sepupu anda.” “Lalu, kau ingin menjadi siapa untukku?” Medeia menatap Libra. Mata gelap Libra terlihat lebih gelap malam ini. Sangat mempesona hingga jantungnya berdetak sekeras ini. “Jika anda sudah mengetahuinya, kenapa anda bertanya kepada saya?? Anda ingin memastikan apa tuan muda?” Tanya Medeia berbalik. “Kalau kau sudah tau apa yang ingin aku pastikan, bukankah kau harus menjawabnya sekarang? Kenapa bermain-main seperti ini? Ini bukan Arthur yang aku kenal.” “Saya hanya berusaha mengikuti sifat anda yang suka bermain-main tuan muda.” Jawabnya. “Kalau begitu, mau bermain sebentar?” Tawar Libra yang mendekati Medeia. Ia memegang pinggang Medeia dan menatapnya sangat intens. “Aku ingat kau dulu suka tempat ketinggian. Apa sekarang kau masih menyukainya?” Tanya Libra lagi. Badan Medeia tegang. Tuan mudanya benar-benar mempermainkannya. “Atau kau lebih suka disisiku?” Tanyanya berbisik. “Jika saya bilang saya lebih suka disisi tuan muda, apa tuan muda akan mengulurkan tangan anda kembali? Apa tuan muda akan membawa saya kembali?” Tanya Medeia cepat dengan menatap Libra. Libra memalingkan mukanya dan melepaskan tangannya. Kenapa jantungnya tiba-tiba berdetak cepat. Libra menenabgkan dirinya lalumenatap Medeia. Perempuan itu terlihat putus asa. “Jika aku mengulurkan tanganku, Aku harus memanggilmu apa? Arthur?? Atau Medeia?” Tanya Libra balik. Medeia diam. Mulutnya susah di gerakan. Mulutnya tak bisa menjawab. “Kenapa anda mempermainkan saya sampai seperti ini?” Tanyanya penuh keputusasaan. Libra diam. Melihat Medeia seperti itu, Ada yang aneh dengan dirinya. “Saya... Harus menunggu berapa lama agar anda meraih tangan saya lagi?” Tanyanya pelan. Bahkan terkesan berbisik. “Jangan menung-” “NGGAK!!!” Teriak Medeia dengan menutup telinganya. “Saya benar-benar tidak bisa mendengarnya. Tolong jangan mengatakan itu tuan muda. Tolong jangan katakan hal seperti itu. Saya akan tetap menunggu anda selama yang saya bisa.” Ucap Medeia yang langsung berjalan pergi keluar dari kamar Libra. Airmatanya menetes. Libra menatap kepergian Medeia. Ia tau, Medeia tidak berniat menikah dengan Cedric. Ia tau Medeia masih menunggunya, ia tau Medeia masih menginginkan untuk berada disisinya. Ia tau itu. Ia juga ingin mengulurkan tangannya kembali. Ia juga ingin Medeia tetap disinya. Tapi, jika ia melakukan semua itu, ia takut Medeia akan terluka lagi. Sudah cukup ia melihat Medeia kehilangan satu tangannya. Ia tidak ingin Medeia kehilangan salah satu anggota tubuhnya lagi. Karena Libra sangat tau, Medeia tidak akan pernah peduli dengan dirinya sendiri. Libra tau jika Medeia akan mengorbankan apapun yang ia punya termasuk nyawanya, hanya untuk melindunginya. Karena Medeia lebih suka mati di pelukannya daripada hidup tapi melihatnya terluka. Pemikiran Medeia yang seperti itulah yang membuat Libra tak bisa mengulurkan tangannya. “Jika kau mencintaiku, harusnya kau bisa mengerti apa yang aku mau Medeia. Aku hanya ingin kau tetap hidup meski tidak disisiku. Kenapa kau masih tidak mengerti??” batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD