Bagian Pertama

1125 Words
-Kehidupan Seorang Gadis Lima Belas Tahun- Chloe bahkan tidak bisa bertanya pada siapapun tentang bagaimana ia dilahirkan dan bagaimana ia sudah tumbuh besar.Dia hanya bisa menyerahkan semua hidupnya pada kota dengan dinding dan benteng besar yang mengelilinginya. Pada keluarga yang sering kali berbuat tidak semena - mena terhadap dirinya. Pada seseorang yang tentu saja Chloe tidak tau siapa nanti yang akan ditemuinya.   Di kota kecil ini, Chloe tumbuh menjadi gadis yang ramah pada siapapun. Itu yang membuat orang-orang di kota ini menyukainya. Chloe adalah seorang gadis pintar walaupun sekolah di tingkat rendah di sisi kota. Dengan seorang guru yang Chloe tau sangat pandai mengkondisikan beberapa kondisi anak-anak kurang mampu sekolah di sekolah pada umumnya.     Chloe cerdik dan telaten. Banyak hal yang Chloe lakukan di waktu senggang semasa dia tidak di perintah oleh orang rumahnya, atau dia sudah menyelesaikan pekerjaan rumah yang setiap hari dia kerjakan.   Chloe bangun seperti biasa pada pagi harinya. Dia menyibak selimut lalu mengusap matanya sebentar sebelum melipat selimut dan merapikan tempat dia tidur. Lalu beralih pada jendela yang di dorongnya untuk dibuka dan mengucapkan selamat pagi pada pengantar roti yang sudah biasa menyapanya. Di kota kecil ini Chloe tinggal di rumah sederhana dengan luas tanah yang cukup besar dan luas bangunan yang tidak terlalu besar. Rumah itu berlantai dua dengan loteng sebagai kamar tidur untuk Chloe. Di lantai bawah terdapat bagian ruangan untuk kamar mandi yang cukup besar, ada ruang keluarga yang menyatu dengan ruang makan dan juga dapur minimalis yang hanya sering digunakan oleh Chloe untuk memasak makanan sehari - hari. Halaman belakang rumah kalau yang cukup besar itu dipenuhi tanaman sayur yang biasa lalu dijual untuk mendapat bibit tanaman yang lain atau sekedar mengoleksi berbagai barang keperluan sehari-harinya.Kamarnya yang ada di puncak rumah adalah salah satu kamar paling berantakan karena sebagian dari kamarnya berisi barang - barang yang tidak dipakai dan juga barang - barang bekas. Dia turun ke lantai paling bawah, membuka pintu dan mulai menimba air di depan pagar. Sudah biasa dia melakukan hal seperti itu. Kemudian air hasil timbaannya dia bawa ke kamar mandi dan kemudian mengambilnya sedikit untuk membuat sup sarapan keluarganya. Dia memanaskan air lalu beralih pada sayuran segar yang di petiknya kemarin. Memotongnya menjadi dadu, merendamnya, menambahkan berbagai rempah dan juga tidak lupa penyedap rasa. Setelah dia coba dan rasanya cukup, dia beralih lagi pada penanak nasi yang sederhana. Merendam beras lalu memasaknya. Waktunya makan keluarga hanya tiga puluh menit lagi. Dan semuanya akan selesai pada waktu yang tepat. "Chloe sarapan apa hari ini?" Itu ibunya. Seperti biasa, setelah keluar dari kamar mandi ibunya akan bertanya seperti itu. "Ada sup dengan sedikit daging ayam dan sayuran." Ucapnya kemudian berjalan melewati ibunya Mengambil lagi tempat air yang kosong dan menimbanya lagi di depan rumah. Chloe adalah anak termuda di rumah itu. Dia punya ibu dan dua kakak perempuan. Sesekali mereka bertatap tanpa mau bercengkrama. Chloe mengangguk lalu tersenyum ketika seseorang menyapanya. "Harimu baik, gadis manis?" Itu Gustof, pemilik restoran di tengah kota yang  jaraknya lumayan jauh sehingga dia menggunakan sepeda dan menyapa Chloe dengan sengaja berhenti. "Sangat baik, Tuan. Bagaimana harimu?" Tanya ramah dan ceria dari Chloe seperti biasanya Gustof mengangguk, "aku baik. Ini makanan sisa kemarin. Sedikit. Tapi akan jadi banyak jika kau memakannya dengan nasi." Iya. Gustof selalu membawa sisa makanannya dan memanaskannya di rumah sebelum diberikan pada Chloe. Dia sempat berkata jika Chloe adalah gadis manis dan baik hati. Dia selalu senang memberikan itu pada Chloe. "Tuan. Bukankah aku sudah pernah berkata jika sarapan kami sangat cukup? Kau tidak harus memberikan kami ini setiap harinya." Gustof tersenyum ramah, "aku dulu ingin memiliki putri sepertimu. Baik dan ramah. Rupawan juga." Chloe tersenyum. "Tapi istriku meninggal sebelum aku sempat memilikinya. Dan biarkan aku memberikan ini untuk keinginanku memberikannya pada gadisku." Chloe lagi - lagi tersenyum. "Baik. Anggap aku ini putrimu. Dan asal kau tau, aku ini pemakan dengan porsi banyak." Chloe terkekeh Gustof ikut terkekeh ketika melihat Chloe yang begitu ceria. "Baik. Lain kali aku bawakan lebih banyak. Sampaikan salam untuk ibu dan kakak-kakakmu, Chloe. Sampai jumpa." Chloe melambai ketika Gustof mulai memajukan sepedanya dan bergumam terima kasih berkali - kali. Chloe beruntung menjadi gadis yang disukai hampir seluruh kota. Makanan seperti ini biasanya Chloe makan sendiri. Ibunya tidak sudi memakannya. Dia akan berkata, 'lain kali katakan pada laki - laki tua itu untuk memberikan makanan baru, bukan sisa.' Dan menurut Chloe, ibunya juga tidak akan menerima lagi hal ini. Untuk itu, Chloe memakannya sendiri tanpa memberitahukan pada ibunya. ☘️☘️☘️ Chloe sudah selesai dengan tugas rumahnya. Memberikan makan, membersihkan sisa makanan dan tentu saja membersihkan rumah dengan syarat semua sudutnya.Dia makan di jam sepuluh. Memakan makanan sisa yang sudah dihangatkan Gustof dan memakannya sambil tersenyum. Nikmat. Ibu Chloe bekerja di sebuah bar di tengah kota. Kedua kakaknya bersekolah di sekolah formal dan mungkin semuanya akan pulang sore hari. Setelah Cloe makan, dia mencabut beberapa sayuran di taman kecil di belakang rumahnya. Lalu memasaknya dan disiapkan untuk keperluan makan nanti sore. Chloe harus belajar juga. Dia membawa beberapa buku di tas bekas kakaknya yang sudah di jahit karena robek. Lalu pergi cukup jauh ke tempat sekolahnya di sudut kota. "Kau terlambat sepuluh menit Chloe." Itu kata guru di sana. Masih muda dan cukup terampil dalam mengajar. Chloe terlambat karena membantu orang - orang sepanjang perjalanannya ke sini. Chloe hanya tersenyum dan begumam maaf berkali - kali. Yang tidak di sadari Chloe bahwa ada anak baru di sana. Chloe sempat bertatapan dengannya namun dengan cepat melepaskan pandangannya saat sesudah memberikan senyum kecilnya. ☘️☘️☘️ Chloe baru saja membereskan bukunya yang dipakai untuk menulis beberapa ilmu yang didapatnya hari ini. Hanya saja, seperti tidak biasanya dia menatap orang yang kini sudah ada dihadapannya. "Hai." Chloe mengangguk kecil lalu mulai berjalan menuju jalanan karena memang sekolah ini berada di pinggir jalan. Siapapun bisa datang untuk belajar. "Aku Orva, omong - omong." Katanya menggantungkan tangannya di depan Chloe sambil tersenyum berniat berkenalan. "Hai, Orva. Aku Chloe." Kata Chloe pelan lalu beralih pada jalanan kota itu. Sudah memasuki sore hari. Apa akan sempat jika dirinya mampir ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang dia pinjam beberapa waktu yang lalu? "Kau mau pulang?" Tanya Orva si anak baru itu Namanya terdengar aneh untuk nama seorang laki - laki. "Aku akan mampir ke perpustakaan ujung jalan." Orva mengangguk, "bolehkah aku ikut?" "Kau baru di kota ini?" Chloe membalikkan pertanyaan. Karena tentu saja, Chloe baru melihatnya. Ayolah, kota ini tidak sebesar itu untuk tidak mengenali orang-orang di sekitarnya. Walaupun tidak mengetahui nama, rupa saja sudah cukup. Orva mengangguk pelan, "aku masuk ke sini melalui jalan utara. Ayahku prajurit yang dipanggil untuk perang disini. Dari kota yang jauh." Chloe berhenti berjalan. "Kenapa kau ikut?" "Karena dia- ayahku?" Katanya ragu. Dan itu berupa pertanyaan bukan penyataan. "Aku tau. Tapi kenapa kau masuk ke kota ini? Oh dan berapa umurmu?" Dia mengendikkan bahunya, "aku tujuh belas bulan depan." Sahutnya santai Chloe menahan nafasnya. "Lalu kenapa kau kesini? Apa kau tau jika laki- laki sudah mencapai tujuh belas akan mengorbankan nyawanya untuk penjagaan paling depan dinding dan benteng?"                                                  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD