3. Orang tua Gio

772 Words
Setelah membahas mengenai anak-anak iblis. Resya dan Gio memilih melipir ke rumah ketua geng tersebut. Dengan mengendarai mobil milik Gio. "Ayahmu itu jago masak ya?" "Iya dong, ayahku." Gio membanggakan diri. Dalam hening, Resya bersedih hati memikirkan dimana ayahnya berada, Apakah ayahnya juga pintar memasak seperti ayah Gio? Ataukah justru hanya pintar makan seperti dirinya? Entahlah hanya Tuhan yang tahu bagaimana watak lelaki tersebut. Gadis itu hanya tersenyum tipis, luka di hati karena iri ia tutupi. "Tenang saja gak perlu bayar." "Iya percaya deh, kamu orang kaya." "Tapi kamu harus mau melakukan satu hal." Seketika Resya menoleh menatap Gio penuh tanya. "Apa itu?" "Berjoget di depanku." Resya melotot sempurna. Lalu mengibas-ngibaskan tangan seolah risih. "Big no! Apa kamu gila Gio?" "Aku penasaran, bagaimana goyanganmu yang eksotis itu ya?" Anak pria itu berpura-pura membayangkan, membuat Resya berteriak dan menutupi wajahnya karena malu. Perlu di ketahui, beberapa bulan yang lalu gadis itu sudah mulai mencicipi dunia orang dewasa. Mulai dari keluar malam, dan clubing bahkan gadis tersebut juga pernah bergoyang di club' malam hingga memancing para pengunjung. Untung saja saat itu ada Gio disana yang menariknya dari kerumunan p****************g. Jika tidak, Gio tak tahu hal apa yang akan menimpa gadis itu. "Katakan saja kalau makan malam ini harus membayar!" gerutu Resya tak suka Gio justru tertawa. "Aku hanya bercanda Resya, sekedar mengingatkanmu pada momen gila yang pernah kamu lakukan." Resya memutar bola matanya. "Please, itu masalalu!" "Baiklah-baiklah." "Oh ya, kenapa kamu hanya mengajakku? dan yang lain kamu acuhkan?" "Karena aku yakin, di antara anggota hanya kamu yang gak punya uang." cibiran itu mampu menohok hati Resya. "Oh s**t!" umpat Resya, ia merasa tertohok tetapi sudah terbiasa dengan sikap Gio yang ceplas-ceplos "Terserahlah, yang terpenting aku dapat makan." "Nah kan!" "Ya-ya-ya up to you!" Entah mengapa berteman dengan Resya sangatlah menyenangkan, apa itu dikarenakan usia mereka yang tak berbeda jauh? hanya terpaut beberapa bulan saja, Gio merasa satu frekuensi dengan Resya. Gadis itu mudah berbaur dan ramah serta ceria, gio suka dengan gadis yang seperti Resya, selalu memberikan sinar dalam kehidupan. Dibanding gadis yang introvert, dia merasa berbeda tujuan dengannya. Akan tetapi, meski begitu Gio juga pernah memiliki mantan Introvert. Ya, Gio adalah anak orang terpandang. Ketampanannya menjadi bahan gosipan siswi-siswi dan juga kepintarannya menjadi kebanggaan para guru. Sebab itulah Gio adalah murid tersayang. Sebelum benar-benar mengajak Resya untuk makan malam. Gio memberitahu Tio untuk menyiapkan makan malam. Anak remaja itu juga mengatakan akan mengajak teman perempuannya kerumah. Tio dengan senang hati menerima. "Tiga tahun kita berteman, baru kali ini aku mengunjungi rumahmu." Resya menatap rumah megah dihadapannya tanpa kedip "Bagaimana, apa aku sudah pantas dipanggil sultan?" "Kamu kan memang Sultan." Gio hanya terkekeh. "Ini hanya titipan, ayo kita masuk." Anak lelaki itu mengajak Resya untuk masuk kedalam rumah. Dalam langkah, mata Resya terus memindai seisi ruangan tersebut yang di lengkapi dengan berbagai furnitur mewah. Jujur, Resya cukup senang sih berteman dengan orang kaya. "Pa." Tio datang dari arah ruang tengah bersama Anggun "Om, Tante." Resya mencium punggung tangan mereka "Ini teman kamu Gi?" Gio mengangguk. "Benar hanya teman?" Goda Anggun, membuat Resya mengangguk cepat. "Bener kok Tante, kami hanya berteman." Anggun terkekeh geli, melihat tingkah Resya. "Ayo kita kedalam." Kata Tio. "Gio, aku malu." Resya membisik ke telinga Gio, saat orang tuanya berjalan di "Kenapa harus malu sih?" kata Gio "Aku baru pertama kali kesini, kalau bukan karena makan gratis mana mungkin aku mau." Gio tertawa lalu mengelus puncak kepala sahabatnya itu. "Santai saja, orang tuaku gak galak kok." "Ayo-ayo." Ajak Anggun. Wanita itu senang kedatangan teman perempuan Gio, setidaknya dia memiliki teman untuk bercerita. Karena selama ini ketika Tio dan Gio sibuk dengan masing-masing urusan mereka Anggun hanya seorang diri dirumah. "Terima kasih tante." "Tidak perlu malu, anggap kami ini keluargamu." Resya tersenyum tipis. Sebenarnya ia senang, karena keluarga Gio menerima kedatangannya. Dia merasa seperti memiliki keluarga baru. "Iya, kamu juga bisa anggap aku pacarmu." Goda Gio, membuat orang tuanya geleng-geleng kepala dan tersenyum. Putranya itu sudah bisa menggoda seorang perempuan. "Apasih Gio." Resya yang tak suka di goda, memukul pelan pundak pria itu. Membuat gio terbahak-bahak. Entah mengapa rasanya Gio senang sekali menggoda Resya, gadis.itu seperti anti yang namanya pacaran tapi doyan keluar malam layaknya anak-anak nakal. "Sudah-sudah, ayo kita makan malam." Tio mengintrupsi mereka. Lalu mereka mulai melahap hidangan yang ada, bukan sedikit melainkan satu meja penuh dengan makanan. Resya bahkan sampai takjub melihatnya. "Bagaimana rasanya?" Tanya Gio "Lezat." Hanya itu yang Resya jawab, berikutnya dia benar-benar fokus pada makanan yang tak dia ketahui nama-namanya. Jika begini Resya senang sekali memiliki keluarga baru. Mereka ramah dan tak memandang kasta. Resya berharap sih, pertemanannya dengan Gio akan selamanya baik-baik saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD