Bab 2

2035 Words
"Setelah Putri Amery tewas, keadaan Ameris mulai berubah. Bencana alam mulai terjadi di mana-mana, tidak ada yang dapat mengendalikan. Aku sudah mencoba sekuat tenaga tapi hasilnya sia-sia. Aku bukan Sang Penopang, aku hanyalah pelindungnya, tidak akan dapat menggantikan doa Sang Putri." Fre tertunduk, tak berani mengangkat wajah, bahkan sejak beberapa saat yang lalu wajah itu masih tetap tertunduk. Bukan hanya Fre saja, keempat gadis lainnya juga. Rasa bersalah semakin besar menggerogoti hati mereka. Seandainya saja dulu mereka mengetahui alasan sebenarnya penculikan itu, semua ini tidak akan terjadi. Ameris akan tetap aman tanpa harus menanggung bencana seperti sekarang ini. "Maafkan aku." Suara Fre akhirnya terdengar setelah sekian lama menutup mulut. Suara itu terdengar serak membaut semua yang berada di ruangan itu menyadari kalau Fre tengah menangis. "Aku tidak tahu kalau akan berakibat seperti ini. Sungguh, aku minta maaf." Dugaan mereka benar, Fre memang menangis. Wajah cantiknya sudah dipenuhi air mata saat kepalanya terangkat. "Semuanya salahku, aku ...." "Bukan hanya salahmu, Fre, tapi aku juga." Lucia menghampiri Fre dan memeluknya. "Aku juga ikut andil dalam semua ini. Kalau aku tidak mendukungmu, kalau aku tidak memberikan kekuatanku, Putri Amery pasti masih hidup." Tuan Callisto berdecak. Kedua gadis ini memang sangat keras kepala, tidak salah Putri Amery memilih mereka sebagai pelindung Ameris. Namun, sayang kekeraskepalaan mereka juga berlaku dalam menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi di planet mereka. "Semuanya bukan salah kalian, kurasa aku sudah mengatakannya tadi. Jadi, berhentilah menyalahkan kalian atas apa yang terjadi. Semua ini sudah takdir." "Tapi ...." "Tidak ada yang menyalakan kalian!" ucap Emelia tegas. Suaranya tidak terbantah, padahal semua orang tahu kalau Emelia yang paling lembut di Ameris. Namun, dia merasa perlu bersikap tegas agar kesalahpahaman ini segera berakhir. "Meski kalian tidak melakukan itu, Putri Amery sudah berniat untuk mengakhiri hidupnya. Tuan Callisto mengembuskan napas panjang melalui mulut. "Beliau merasa hidupnya sudah tidak berguna, merasa tidak bisa lagi melindungi Ameris, juga melindungi orang yang dicintainya. Putri Amery sudah tahu kalau perasaannya salah." "Maksudnya?" tanya Thea dengan alis berkerut. Sangat kentara kalau dia.sedamg bingung sekarang. "Perasaannya salah? Kenapa bisa begitu? Bukankah ...?" "Seorang pelindung Ameris tidak diperbolehkan jatuh cinta." Thea tersedak, sementara Tita terbatuk. Menurut mereka apa yang dikatakan Tuan Callisto itu sangat konyol. Perasaan cinta dan ingin memiliki adalah hak setiap manusia. Wajar kalau Putri Amery mencintai Ades, itu normal. "Maafkan aku." Tita menggeleng. "Aku tidak bermaksud untuk ... kalian tahulah." Kedua tangannya mengibas kacau. "Hanya saja aku ...." "Itu sangat konyol!" sentak Thea. "Siapa yang melarang Putri Amery untuk jatuh cinta? Perasaan cinta itu milik semua orang, tidak ada yang boleh melarang!" Fre mengerjap. Sepertinya Thea masih terbawa suasana sebulan yang lalu, saat Gama menolak pernyataan cintanya. Pemuda itu memilih gadis yang lebih lembut, menurutnya. Gama juga mengatakan kalau Thea itu pemarah dan kasar, yang hampir saja membuat Thea mencekik pemuda itu. "Um ... Thea, bisakah kau tenang sedikit." Fre meringis, merasa sedikit malu dengan kelakuan sepupunya. Fre bahkan lupa pada rasa sedih dan bersalahnya. "Kita...." "Apa?" potong Thea galak. Matanya memicing menatap sepupunya. "Aku masih ingat, Fre. Tidak ada Gama di sini, yang ada hanya Astro!" Thea menatap astro sengit, matanya memancarkan api. "Aku hanya mengatakan apa yang memang seharusnya kukatakan. Cinta tidak boleh ada yang melarang!" Astro dan Fre berjengit kaget. Sungguh, Thea terlihat sangat serius saat mengatakan hal itu. Wajahnya juga menekuk kesal. "Semangat, Astro, aku mendukungmu!" ucap Dione lirih. Namun kata-kata itu masih dapat didengar oleh Fre. Gadis itu melirik Dione dan Astro yang saling bertatapan, kemudian meringis. Dia sudah menduga kalau Astro menyukai Thea, sudah terlihat saat mereka bertemu lagi beberapa jam yang lalu. Thea juga sepertinya menyukai Astro, hanya saja sepupunya itu masih saja mengingat penolakan Gama. "Itu adalah peraturan di planet kami, Thea," ucap Tuan Callisto setelah mengembuskan napas panjang beberapa kaki melalui mulut. Entah bagaimana reaksi Antares seandainya mendengar apa yang baru saja dikatakan Thea, mungkin Antares akan mengubah persepsinya tentang gadis-gadis ini. Siapa yang menyangka kalau Thea justru mendukung perasaan Putri Amery. "Peraturan itu ada sejak dulu. Kalau ada penyangga utama yang jatuh cinta, maka Ameris akan dilanda kehancuran." "Kalau begitu, apa bedanya dengan Ameris yang tidak memiliki penyangga?" tanya Fre. Sungguh, dia sangat bingung dengan semua ini. Tadi Tuan Callisto mengatakan mereka berlima tidak bersalah karena meski mereka tidak melakukan apa-apa, Ameris akan tetap mengalami bencana. Apakah itu artinya Putri Amery juga sudah mengetahui kalau perasaannya itu salah? Kalau begitu, Putri Amery sengaja mengalah dan mengorbankan dirinya karena ada atau tidak dirinya di Ameris, planet ini akan tetap mengalami bencana seperti sekarang ini. " Apakah maksud Anda, Putri Amery sudah mengetahui semuanya? Maksudku tentang keadaan Ameris yang tanpa penyangga atau saat Sang Penyangga jatuh cinta." Tuan Callisto mengangguk. "Iya," jawabnya lemah. "Putri Amery tidak ingin penduduk Ameris menderita karena beliau, oleh karena itulah Putri Amery memanggil kalian." "Karena hanya kami yang dapat membunuhnya." Suara Fre terdengar bergetar. Tatapannya kosong ke arah Tuan Callisto yang tertunduk, seolah membenarkan dugaannya. "Benarkah itu?" tanya Lucia serak. Matanya sudah berkaca-kaca. Mata karamelnya menyapu semua orang yang berada di aula kastil Amethis bergantian. "Astaga! Aku tidak percaya dengan semua ini." Thea menggeleng. "Emelia, katakan kalau apa yang dikatakan Fre itu tidak benar!" pintanya dengan suara yang nyaris tercekat. "Benarkah hanya kami yang dapat membunuh Putri Amery?" Anne yang sejak tadi diam akhirnya ikut bertanya. Air matanya sudah membanjir. Di antara kelima gadis itu, Anne yang paling tua usianya. Anne juga yang paling perasa. Dia selalu merasa bertanggung jawab atas semua yang terjadi atau semua yang dilakukan teman-temannya, meski dia tidak melakukan. "Iya!" Dione yang menjawab. "Semua penyangga utama Ameris sudah tahu tentang hal itu sebelumnya. Oleh karena itu kakakku memanggil kalian." "Tapi itu kejam!" seru Tita. "Putri Amery terlalu baik untuk kami bunuh. Dia ...." Tita tidak meneruskan kata-katanya, suaranya tercekat. "Seharusnya Antares ada di sini sekarang," ucap Zidane. "Agar ia tahu kalau gadis-gadis kita sangat bertanggung jawab. Mereka juga menyesali yang sudah mereka lakukan padahal mereka tidak bersalah." "Kita tidak memerlukan pria sombong seperti Antares!" sahut Carora ketus. "Kita pasti bisa bangkit tanpa bantuannya. Yah ... meski Antares adalah murid terkuat Tuan Callisto tidak berarti kita tidak memang melawan armada planet Ganmade." "Apa maksudnya?" tanya Fre dengan alis berkerut. Wajah cantiknya yang bersimbah air mata tampak sangat serius. "Apakah Ameris diserang?" Tuan Callisto menarik napas melalui hidung kemudian mengeluarkannya melalui mulut perlahan. Ia menyadari satu hal dengan kembalinya gadis-gadis ini. Sepertinya kelima gadis ini memang ditakdirkan sebagai pelindung sejati Ameris, buktinya mereka berada di depan mereka sekarang. Tuan Callisto mengangguk. "Ameris sedang diserang oleh planet tetangga kami, planet Ganmade. Mereka menginginkan kekayaan alam Ameris agar bisa membuat persenjataan canggih mereka." "Canggih?" ulang Fre. Sekali lagi Tuan Callisto mengangguk. "Sistem planet Ganmade berbeda dengan sistem Ameris. Mereka lebih maju dari Ameris. Saat kami masih menggunakan sihir, mereka sudah memiliki teknologi yang lebih maju." "Wow!" komentar Thea. Dia selalu tertarik pada sesuatu yang bertema teknologi dan maju. "Apakah itu artinya planet Ganmade sama dengan tempat asal kami?" tanyanya. "Aku tidak tahu untuk itu. Satu yang pasti, mereka menggunakan kapal perang dan robot canggih sebagai sarana untuk menyerang," sahut Tuan Callisto. "Itu keren!" seru Thea tanpa sadar. "Eh?" Fre berjengit, menatap Thea dengan alis berkerut. "Apanya yang keren?" tanyanya bingung. Dia sebenarnya mengerti tapi semua tetap saja sedikit membingungkan baginya. Bagaimana Thea merasa sebuah penyerangan itu adalah sesuatu hal yang keren. "Maksudku, teknologi mereka," sahut Thea tergagap. Dia sudah salah membuat yang lain salah paham. Keren yang dimaksudnya adalah robot dan teknologi canggih lainnya, bukan penyerangan yang dilakukan Ganmade. "Robot dan kapal perang itu, bukankah sesuatu yang menakjubkan? Aku kira di dunia kalian tidak ada teknologi dan robot, kukira itu hanya ada di dunia kami." Dione mengangguk. "Sistem setiap planet di dunia kami berbeda, Thea. Tidak semuanya menggunakan sihir." Thea mengangguk, dia sudah mengerti sekarang. "Maafkan aku," ucap Thea menyesal. "Aku tidak bermaksud mengatakan penyerangan itu keren, aku bahkan mengutuknya. Aku akan membantu kalian melawan armada planet Ganmade." Fre melongo. Membantu melawan armada planet Ganmade? Yang benar saja! Bagaimanaereka bisa melakukannya sementara mereka tidak memiliki kekuatan apa-apa. Fre mengerang dalam hati, menyesali tindakan Thea yang selalu berbicara tanpa berpikir. Thea itu pemarah, juga selalu berbicara seenaknya. Selain itu, Thea juga yang sejak awal mereka tuba di sini selalu memprotes semuanya. Mulai dari tempat tidur yang menurutnya sangat tidak nyaman sampai tidak adanya kedai makanan cepat saji. Thea memang sangat menyukai makanan-makanan itu. "Benarkah?" Lucia bertanya dengan semangat. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Thea, mereka berperang melawan pasukan dari planet Ganmade. "Tapi, bagaimana kita bisa melawan mereka? Kita tidak memiliki kekuatan apa-apa." Wajah Lucia yang tadinya sangat cerah sekarang berubah mendung. Lagi-lagi Tuan Callisto menarik dan membuang napas. Apa yang dilakukan kelima gadis ini selalu saja di luar dugaan. Ia tidak menyangka kalau Thea akan mengatakan bersedia berperang bersama mereka. Namun yang paling tidak diduganya adalah kedatangan mereka lagi setelah dua puluh tahun. Ia mengira semuanya telah berakhir saat kelima gadis itu menyelesaikan tugas mereka. Ia tidak menyangka kalau Fre dan yang lainnya akan kembali ke Ameris lagi. "Apa.kalian sungguh-sungguh ingin membantu Ameris?" tanya Tuan Callisto sambil menatap kelima gadis di depannya bergantian. Mereka berlima mengangguk mantap. Sekali lagi Tuan Callisto tidak menyangka dengan jawaban ini. Ia menduga hanya Thea dan Lucia saja yang ingin membantu, ternyata ketiga gadis yang lainnya juga. Tuan Callisto mengalihkan pandangan kepada Zidane dan yang lainnya di ruangan ini. Ia meminta pendapat mereka, amankah kalau kelima gadis ini kembali bertarung. Setelah mendapat anggukan dari yang lain barulah Tuan Callisto meneruskan perkataannya. Ia memang seorang guru sihir dengan tingkat yang tinggi, tapi ia tetap tidak bisa memutuskan segala sesuatunya seorang diri. Ia tetap memerlukan pertimbangan dan pendapat dari yang lain. "Sebelumnya aku ingin bertanya terlebih dahulu, bagaimana kalian bisa sampai ke sini lagi?" tanya Tuan Callisto dengan tatapan menyelidik. Bukannya curiga, ia hanya ingin tahu saja. Apakah ada yang memanggil Fre dan teman-temannya kembali ke sini? Kalau seandainya ada, siapa orang itu? Selama ini yang ia tahu, tidak ada yang bisa memanggil pelindung sejati Ameris kecuali penyangga utama. Semetara penyangga utama mereka sudah tewas di tangan gadis-gadis ini. Apakah ada penyangga yang lain? Yang artinya sudah ada yang menggantikan sosok Putri Amery. Namun, siapa pengganti itu masih tidak diketahuinya. Sungguh sesuatu yang mustahil, seolah kekuatannya tidak berfungsi. "Apakah ada yang memanggil kalian lagi?" Fre dan keempat gadis lainnya berpandangan. Seingat mereka tidak ada yang memanggil. Mereka sedang berada di kamar mereka, bersiap untuk tidur setelah melakukan panggilan video. Meski mereka selalu mengatakan ingin kembali tetapi mereka juga tidak menyangka kalau benar-benar bisa kembali. "Aku sedang tidur di kamarku setelah kami melakukan panggilan video," jawab Fre. "Seperti yang dua minggu.ini kami lakukan." "Aku juga," sahut Thea. "Aku pun begitu." Anne juga tidak ketinggalan. "Aku sungguh tidak percaya kalau kami bisa kembali ke sini lagi," ucapnya berkaca-kaca. "Awalnya aku mengira ini tempat lain." Lucia memulai ceritanya dengan semangat. "Keadaan alamnya sangat berbeda, seperti bukan Ameris saja. Lalu aku bertemu dengan Anne dan Fre, setelah itu Triton datang dan membawa kami ke sini." "Itu mustahil!" sangkal Emilia. "Kalian tidak mungkin bisa ke sini kecuali penyangga utama memanggil kalian." "Tapi kami sekarang di sini," ucap Tita. "Apakah itu artinya ada pengganti Putri Amery?" tanyanya dengan mata membelalak. "Masalah itu aku tidak tahu." Tuan Callisto menggeleng. "Yang pasti kalian sudah berada di sini, dan karena kalian ingin membantu kami, aku akan mengembalikan kekuatan dan baju zirah kalian." "Sungguh?" Lucia kembali bersemangat. "Anda tidak berbohong, bukan, Tuan Callisto?" tanyanya. Tuan Callisto menggeleng. "Aku tidak berbohong," jawabnya tersenyum. Sungguh, saat ini mereka berada di situasi yang sangat tidak cocok untuk tersenyum. Namun, semangat Lucia mau tidak mau membuat kedua sudut bibirnya melengkung ke atas. "Jadi, apa kalian sudah siap?" Kelima gadis itu mengangguk. "Kami sudah siap, Tuan Callisto!" jawab mereka bersamaan. Tanpa bersuara lagi, Tuan Callisto mengentakkan tongkatnya ke lantai sekali. Sinar berwarna putih muncul dari lantai itu, perlahan mengarah kepada Fre dan teman-temannya. Dalam sekejap tubuh kelima gadis itu diselubungi cahaya, masing-masing dari mereka. Perlahan cahaya putih itu berubah warna menjadi lima buah warna yang berbeda, sesuai dengan warna baju yang saat itu mereka kenakan. Tak lama, cahaya itu menghilang, terserap ke dalam tubuh mereka. Mendadak tubuh Fre terangkat seolah terbang, perisai berwarna putih keperakan tiba-tiba muncul melapisi seragam sekolahnya yang berwarna putih. Perisai di bagian d**a dan tangannya. Fre kembali menapakkan kaki ke lantai dalam keadaan seperti dulu. Siap berperang!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD