Bab 79 - Panom masuk RS

1486 Words
Sudah saatnya setiap kelompok-kelompok mulai memberikan perhatian penuh terhadap proyek penelitian mereka. Memang ini masih tahun awal pengajaran tetapi mereka harus memberi laporan kepada kepala sekolah mengenai progres proyek-proyek masing-masing kelompok setiap bulannya. Mereka harus banyak melakukan eksperimen sehingga laporan mereka memiliki progres yang menjadi nilai tambah nilai mereka. Jam malam menjadi waktu yang tepat untuk berdiskusi asalkan tidak melewati jam malam yang ditentukan sekolah yaitu jam delapan malam. Wish dan teman-temannya mulai membuat janji untuk berdiskusi mengenai kelanjutan proyek mereka.  Wish dan Ardy langsung segera bergerak ke ruang lab di sore hari saat kelas sudah berakhir untuk melanjutkan diskusi proyek mereka. Mereka adalah orang pertama yang datang ke ruangan lab itu. Wish meletakkan buku tua itu, buku yang menjadi acuan dari seluruh proyek ini di meja santai di tengah ruangan lab. “Aku ingin berbicara sebentar mengenai sesuatu.” Kata Wish yang melihat Ardy sedang duduk melihat ICE-nya.  “Apa yang mau kau katakan?” Ucap Ardy meliriknya. “Ada yang aneh saat babak terakhir pertandingan.” Ucap Wish lagi. Ia ragu-ragu bagaimana cara mengungkapkannya. Ia tidak tahu lagi kepada siapa ia harus mengatakannya. “Aku menunggu..” Kata Ardy dan tersenyum karena wajah Wish yang terlihat aneh. “Aku merasa ada yang aneh saat pertandingan Es Hoki Robot kemarin.” Kata Wish dan melihat ke arah atas. Ardy masih memperhatikan Wish, menunggu sampai selesai mengatakannya.  Wish punya pemikiran sendiri karena Ardy sudah terlalu banyak melihat keanehan yang terjadi dengannya. Ia sedikit ragu karena bisa jadi Ardy akan benar-benar menganggapnya gila. Ia sudah melihat Wish semua hal aneh yang terjadi pada dirinya, mulai dari pingsan sendiri, mengucapkan kata-kata yang aneh, bertingkah seperti sedang pergi ke suatu tempat, melihat hal-hal yang hanya dirinya yang bisa melihat dan masih banyak lagi.  Wish menarik napas dalam-dalam dan membuat Ardy salah tanggap. “Kau seperti seseorang yang ingin mengungkapkan perasaannya.” Ucap Ardy tertawa. Ia benar-benar merasa Wish bertingkah berlebihan. Wish pun menyakinkan dirinya untuk percaya diri dalam mengatakan apa yang terjadi.  “Saat permainan itu, kami menggunakan alat yang bisa membuat kami mengendalikan robot-robot itu. Saat sesi terakhir, aku mengatakan dalam hati agar Star dapat dengan cepat menangkap puck.” Berhenti sebentar, “Dan dia benar-benar bisa sampai di tempat yang tepat saat Jay mengoper bola. Itu sangat hebat! Sepertinya itu karena ku, seperti aku yang bisa mengendalikan seseorang atau mungkin aku bisa mempercepat waktu seseorang, atau seperti aku memiliki kekuatan untuk mengendalikan sesuatu. Aku tidak tahu mana yang benar! Apa aku gila ya!!” Kata Wish sebanyak udara yang keluar dari mulutnya. Ardy hanya diam mendengar dan tidak tahu apa yang harus dikatakan. “Aku sepertinya memiliki kekuatan.” Kata Wish lagi yang melihat Ardy seperti mematung karena ceritanya. Ardy masih diam dengan tatapan kosong. Ia seperti sedang menahan tawa karena wajahnya sudah memerah. “Hei, kamu kok diam saja?” Ucap Wish lagi dan akan menyentuh pundak Ardy. Tetapi, sebelum itu terjadi, Ardy langsung berkata, “Apakah itu gol terakhir melawan tim Will?” Tanyanya. “Be..nar.” Kata Wish dengan tersendat-sendat. Ia tidak percaya Ardy mengerti tentang apa yang dimaksudnya.  “Apa kau merasakan ada kejanggalan itu?” Tanya Ardy. “Itu memang gol yang aneh, karena tiba-tiba Star berada di belakang Mike. Aku saja sangat kaget melihat strategi kalian itu.” Kata Ardy melanjutkan sambil membesarkan pupil matanya. “Aku merasa aneh dengan kejadian itu. Sepertinya akulah yang membuat pergerakan Star menjadi sangat cepat, seperti membuat waktu bergerak dengan sangat cepat bagi Star saja, sedangkan yang lain bergerak dengan waktu yang normal.” Kata Wish lagi dengan sangat yakin dengan apa yang dirasakan. “Apakah itu masuk akal?” Kata Ardy memberikan tanggapan. “Aku juga merasa aneh dengan apa yang terjadi.” Kata Wish. “Aku ingin meminta bantuanmu juga.” Ucap Wish sambil memperbaiki perangkat ICE nya yang terlihat kendur. “Apa itu?” Tanyanya “Kemarin orang tua Jay meninggal dan ada seorang golongan tua yang memberikan kami buku kecil. Buku itu hanya berisi gambar-gambar dalam menceritakan maksudnya.” Kata Wish lalu ucapan itu dipotong Ardy. “Orang tua Jay?” Tanya Ardy karena ia sangat bingung, bagaimana mungkin Wish mengenal orang tua Jay. “Kau mengenal orang tuanya?” Tanya Ardy lagi. “Aku tak tahu orang sejahat dia bisa menjadi temanmu.” Ucap Ardy lagi menggelengkan kepalanya. Ia tahu bahwa Jay lah yang membuat Wish malu saat di kelas karena meletakkan tabung kecil yang bisa mengisi apapun di dalamnya. Karena Jay mengisi alat itu dengan banyak tepung membuat kelas itu dipenuhi dengan tumpukan tepung. Ia pasti sangat malu saat itu. “Hm.. kami menjadi lebih dekat karena satu tim kemarin.” Jawab Wish. Setelah itu, Wish pun menceritakan awal ia bisa bertemu ayah Jay dan bagaimana Jay didatangi oleh salah seorang dari anggota golongan tua yang bernama Daya. “Golongan tua?” Ardy langsung berdiri dari tempat duduknya dan membuka pintu lab melihat kanan dan kiri memastikan tidak ada orang yang bisa mendengar mereka. Lalu ia berjalan ke arah Wish lagi sambil berkata-kata. “Kau akan mendapat masalah jika seseorang melaporkan tentang itu.” Kata Ardy. Raut wajahnya sangat khawatir karena Wish mengetahui golongan yang seharusnya tidak diucapkannya dengan sembarangan. “Untung kita di dalam ruangan lab. Biasakan untuk memberikan kode saat menyebutkan nama itu. Kau bisa ditangkap oleh anggota dinas keamanan karena itu. Golongan itu dari dulu diburu oleh pemerintah. Kau tidak akan bisa lepas jika pemerintah mendengar bahwa kau bertemu anggota dari golongan tua.” Ucap Ardy pelan sambil melihat kanan kirinya.  “Kau terlalu serius mengatakannya.” Ucap Wish mengerutkan wajahnya.  Ardy menatap kepada Wish. Ia menatap lama sambil mengerutkan jidatnya. Ia tidak ingin melihat Wish tertawa terlalu lebar. “Sorry.” Kata Wish yang menganggap ucapan Ardy benar-benar serius. “Baiklah, baiklah, aku benar-benar tidak melakukan apapun yang buatmu marah.” Kata Wish. “Apa yang aku katakan itu benar! Jangan main-main dengan ucapan itu.” Kata Ardy dengan nada tajam. “Ia.. aku percaya.” Kata Wish.  Ardy berhenti membolangkan matanya. Ia tersenyum melihat reaksi temannya.  Wish pun mengatakan maksud dari pembicaraan itu. “Aku ingin agar kau membantuku untuk membujuk Chery agar mau membantu menerjemahkan buku itu. Jika ia tahu bahwa buku itu dari si kembar tiga, bisa-bisa dia akan menolak mentah-mentah tanpa mempertimbangkannya sedikitpun.” “Mengapa aku?” Ucap Ardy bingung. “Dia selalu taat padamu.” Kata Wish lagi dan tersenyum. Senyuman dengan maksud terselubung. “Akan ku coba.” Angguk Ardy. “Buku itu penting, karena disitu akan dijelaskan apakah ayah mereka seorang dewa atau tidak.” “Ha? Pembicaraan kita semakin mengaur.” Kata Ardy. “Benar, aku tidak berbohong. Dia ingin memastikan apakah ayahnya seorang dewa atau tidak.” Ucap Wish. “Aku tidak mengerti mengapa ayahnya bisa dimakamkan disini. Memangnya ayahnya bagian dari sekolah?” Tanya Ardy. “Ayahnya itulah yang mengurus murid-murid yang tidak mendapat undangan untuk masuk ke sekolah ini. Jadi dialah yang membantu ku masuk ke sekolah ini melalui jalur Homeschooling selama tiga tahun.” Jelas Wish. Ardy mengangguk. Wish pun mengulang permintaannya berharap Ardy setuju melakukannya. “Baiklah, aku akan membantumu. Aku harus ingat bahwa semua yang berhubungan dengan mu tidaklah masuk akal.” Tanggapan Ardy. Wish menyeringai.  Bunyi pintu berderit. Chery pun datang dan menyapa Wish dan Ardy. Ia tidak mengatakan apapun awalnya tetapi terkejut karena sesuatu. “Apa yang ada di balik tirai itu?” Tanya Chery. Ia melewati Wish dan Ardy yang duduk di sofa di tengah lab. “Ini hebat. Kita memiliki ruangan diskusi dan sebuah papan tulis elektronik.” Ucap Chery yang mencoba pen yang terletak rak di dinding. Ia sangat terpukau dengan itu. Terlihat berkelas dan sangat canggih. Wish dan Ardy senyum-senyum sendiri melihat betapa senangnya Chery.  Ohn dan Panom pun datang dan duduk di dekat mereka. Chery masih sibuk melihat ruangan yang baru untuk diskusi mereka. “Kalian sudah memulai diskusinya?” Tanya Ohn.  “Belum. Kalian juga belum datang.” Kata Ardy. Chery keluar dari tirai itu dan bertanya, “Siapa yang membuat ini?” Tanyanya. Chery sebelumnya mengatakan bahwa ia ingin agar ruangan lab mereka memiliki tempat untuk diskusi dan sebuah papan tulis. Ia sangat senang karena melihat ruangan itu sekarang berada di lab mereka. “Siapa yang membuat ini?” Kata Chery berdiri di depan mereka semua. Ia menunjuk ke arah tirai ruangan itu dengan senyuman manis di wajahnya. Keempat pria itu tertegun karena kecantikan Chery. Ketika Chery senyum dan bertingkah imut seperti itu, membuat mata keempat pemuda itu melihat wajah Chery bersinar. Ia sedang menggunakan kehebatannya kali ini. Seperti yang diketahui seluruh murid, kehebatan keturunan acak adalah pesonanya yang tidak tertandingi. Chery berkata lagi karena tidak sadar bahwa keempat pemuda itu sedang tersihir karena kecantikan Chery. “Hellooo..” Ia menyampingkan tubuhnya dan melambai kepada mereka. Keempat pemuda itu sadar dan menunjuk ke arah Ardy yang masih terpaku.  Chery pun tersenyum manis. Tiba-tiba darah keluar dari hidung Panom dan ia pingsan. Mereka berteriak karena kaget dan membawanya ke rumah sakit sekolah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD