Bab 33 - Panom Menyukai Chery

2279 Words
Kamar 28 Panom dan Ohn berjalan ke ujung lorong seraya mencari ruangan nomor 28. Mereka baru saja meninggalkan Wish dan Ardy di kamar mereka yang terlebih dulu dapat. Di otak Ohn yang ada hanyalah kuaci yang sudah tidak sabaran akan ia makan nanti setelah sampai di dalam kamar. Otot-ototnya butuh peregangan, jadi ia sudah membuat rencana untuk menonton televisi sambil memakan kuaci. “Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Panom. Karena terlalu gembiranya ia senyum-senyum sendiri karena membayangkan betapa enaknya makan kuaci sambil menonton televisi.  “Aku ingin bersantai. Ini hari yang melelahkan.” Kata Ohn. Karena Panom sudah membuka topik pembicaraan, maka ia akan membahas tentang Chery. “Kau sangat aneh melihat cewek itu.” Kata Ohn. Panom langsung cegukan tiba-tiba. Ohn tahu kalau Panom menyembunyikan sesuatu. “I know, kau mau mencoba menipuku. Ya kan?” Kata Ohn, karena ia tahu, Panom akan cegukan jika ia berniat untuk berbohong. “Apa yang terjadi padamu? Kau itu Panom. Prince Panom! Kau selalu dipuja-puja para wanita. Berapa kali kamu pacaran sewaktu SMP. Ini bukan pertama kali kau bertemu cewek-cewek cantik.” Ohn menggelengkan kepalanya, “Baru kali ini terlihat aneh.” Lanjut Ohn. Ia tahu sekali bagaimana kehidupan Panom di sekolah. Mereka adalah teman dari kecil dan bersekolah di sekolah yang sama. Karena Panom murid terbaik di sekolahnya dan ia juga jenius, maka ia mendapat undangan untuk masuk ke sekolah bergengsi itu. Saat sekolah Menengah Pertama, semua orang menyukai Panom. Ia adalah maskot sekolah, ia juga murid terpintar setelah Ohn dan dia punya wajah yang sangat tampan. Panom punya daya tarik bagi wanita. Itulah yang menyebabkan dia sangat digandrungi para wanita. “Aku hanya menerima cinta mereka. Kami tidak pernah jalan seperti layaknya orang pacaran. Itu hanya bentuk cinta dari mereka kepadaku.” Kata Panom. “Kau mengerikan.” Ucap Ohn. Ohn mengingat alasan lain ia menerima beberapa wanita menjadi pacarnya. “Ya, aku tahu. Kalian berstatus pacaran tetapi tidak pernah melakukan apapun. Aku masih tidak habis pikir kalau-kalau mantan pacarmu membuat komunitas sendiri.” Ohn mempersiapkan suara dengan tekanan untuk membedakan bahwa ini adalah pokok utama. “KOMUNITAS MANTAN PACAR PANOM. Kau benar-benar membuat mereka seperti mainanmu.” Kata Ohn lagi.  “Itu sangat kasar.” Kata Panom. Ia menaikkan alis matanya sebelah. “Setidaknya aku tidak sepertimu. Dia..” Kata Panom membalas. Ohn langsung menutup mulut Panom dengan cepat. “Apa yang kau lakukan? Baiklah, aku minta maaf.” Kata Ohn. “Aku yakin cara ini akan membuatmu menyesal.” Kata Panom. Ia tahu titik terlemah Ohn. “Maaf.” Kata Ohn dengan bibir ke depan. Mereka sampai di pintu ruangan nomor 28. Dengan cepat Ohn meletakkan jari telunjuknya di screen fingerprint. Ohn penasaran bagaimana dengan jari yang lain, apakah bisa dipakai atau tidak. Ia menutup kembali pintu yang sudah terbuka lalu mencoba dengan jari lain. Ia melakukannya hingga jari kirinya. Dan Panom pun tidak sabar. “Apa yang kau lakukan? Kenapa buka tutup buka tutup begitu!" Kata Panom. Keningnya berkerut dan matanya menyipit. Ia sudah tidak sabar untuk merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Ohn yang tidak menanggapi ucapan Panom, kemudian meletakkan jari kelingkingnya lagi untuk mencoba apakah berfungsi - jari kiri terakhirnya. “Cletek!” Suara pintu yang terbuka. “Ini hebat, dari mana mereka mendapatkan sidik jari kita?” Tanya Ohn seraya masuk ke dalam kamar mengikuti Panom. “Itu tidak bisa dijelaskan.” ucap Panom. Ia menghela napas dan berjalan ke kamar mandi. “Sangat bagus.” Kata Ohn melihat sekelilingnya.  “Baju kita sudah disini.” Ucap Ohn lagi berteriak agar Panom yang berada di kamar mandi mendengar yang ia katakan.   Panom keluar dari kamar mandi. “Itu bagus, kita tidak perlu menyusun lagi bajunya.” Ohn mengeluarkan beberapa peralatan mandinya dan tas yang berisi banyak kuaci. “Adakah kulkas?” Tanyanya, dan melihat ke dapur. Ia bisa melihat ada kulkas kecil terletak di sudut ruangan. Ohn membuka kuaci dan menghidupkan televisi. Panom yang berbaring di ranjang menatap Ohn dan berkata dalam hati, ‘Kuaci lagi,, kuaci lagi,, kebiasaan yang aneh!’  Siaran demi siaran ia putar tetapi semua siaran hanyalah siaran pelajaran. “Apa ini?” ucap Ohn. Ia berhenti sejenak memperhatikan salah satu chanel. “Kita akan mulai dari yang pertama, Empiricism. Dalam aliran ini, terdapat dua tokoh utama, yakni, Aristoteles dan Rene Descartes.  Aristoteles, merupakan murid dari plato, tetapi ia memiliki pendapat yang berbeda dengan Plato mengenai asal usul perilaku belajar. Plato berpendapat bahwa asal usul perilaku belajar adalah kemampuan yang ada sejak lahir. Sedangkan menurut Aristoteles, perilaku belajar diperoleh karena interaksi seseorang dengan lingkungannya. Lalu, bagaimana pikiran itu bekerja? Semua ide akan berasosiasi dengan ide-ide lainnya dan membentuk pemahaman. jika asosiasi telah terbentuk maka sebuah ide akan mengaktifkan memori mengenai aspek-aspek lain yang berkaitan dengan ide tersebut. berdasarkan pengalaman sebelumnya …” suara penyiar televisi yang sedang membahas dasar dari ilmu Psikologi.  “Siaran televisinya saja sudah membuat kita pintar.” Kata Panom, dan bergerak mencari letak tidur yang nyaman. “Ya ampun. Tapi, mau bagaimana lagi." Suara keluhnya. "Tidak apa-apalah.” Kata Ohn. Ohn membuka kuaci-nya dan mulai mengupas. Panom melihat cara Ohn mengupas kuaci. Ia mengupas kulit kuacinya lalu meletakkan isinya di sisi lain. “Kau tidak akan melakukannya bukan?” Kata Panom. Ia membayangkan kebiasaan yang menjijikkan dari Ohn. “Kau pasti tahu. Tidak perlu penjelasan secara detail lagi.” Kata Ohn dengan lirikan tajam dari sudut matanya. Panom menggerutu dan berkata, “Asal janganlah kau letakkan itu di dalam kulkas.”  “Itu sudah pasti.” Kata Ohn menyeringai. Matanya melihat ke arah televisi dan beberapa kali mengangguk karena mengerti dengan apa yang sedang dijelaskan. “Kau tahu Panom? Semua orang yang memiliki bakat yang sangat sempurna itu adalah titisan dewa?” Kata Ohn. Ia melihat Panom yang memejamkan mata. Ohn memulai lagi pemikiran anehnya.  “Kenapa?” Panom menanggapi dengan terpaksa. Ia menatap Ohn dengan kesal. Panom merasa kesal karena mengganggu tidur siangnya, tetapi ia juga tidak ingin melewatkan ide-ide Ohn yang terkadang membantunya mengerjakan sesuatu. Seperti ide yang ia katakan saat wanita boleh memegang pinggang pria saat berkendara, tetapi mengapa pria tidak bisa memegang pinggang wanita saat pria yang dibonceng. Itu mengartikan adanya hukum yang terdapat di dalam tubuh manusia yang terbentuk dari kebiasaan lingkungan. Dengan ide itu ia bisa mempresentasikan karya ilmiahnya dengan lebih baik. “Ya, semua orang hebat, pasti adalah titisan dewa. Bagaimana mereka bisa menciptakan musik yang sangat bagus, penemuan yang sangat penting, hukum-hukum alam yang dibuat menjadi rumus, dan cara terbaik mereka memerintah manusia lain. Kau lihat Artis-artis yang ada di televisi? Mereka bukan hanya mengandalkan kecantikan. Tetapi juga, kekuatan yang tidak bisa kita lihat. Daya tarik, awet muda, cara berbicara yang baik, semua itu hanya dimiliki para dewa.” Jelasnya. Ia kini tidak menghiraukan acara televisi itu. “Jika kamu berpendapat seperti itu, berarti kita dewa. Kita juga memiliki kesanggupan pengetahuan yang lebih dibanding yang lain. Jadi kita bisa disebut dewa? Seharusnya kita tahu bahwa kita adalah dewa. Kau pernah merasakan bahwa kita adalah dewa? Itu aneh.” Pikir Panom. Jauh di dalam hati Panom, ia tahu bahwa pendapat Ohn itu tidaklah sepenuhnya salah. Tetapi, ada banyak kekurangan dari teori itu dibanding kebenarannya. Ia sama sekali tidak menutup kemungkinan dari setiap teori. “Mungkin, kita harus tahu itu di saat yang tepat.” Kata Ohn. Ia berhenti dan merebahkan dirinya di ranjang. Ohn melihat ke langit-langit kamar dan berkata, “Bisa jadi ada yang sudah menyadarinya dan ada yang tidak. Siapa tahu sekolah ini akan membuat kita mengetahui kita dewa sebenarnya atau tidak. Bagaimana menurutmu?” Ucap Ohn. “Masih belum bisa diterima. Tetapi, jika kita lihat secara keseluruhan, manusia dengan kelebihan yang sangat jauh dari manusia lain pasti memiliki karunia yang berbeda dengan yang lain.” Ucap Panom “Kita yang terpilih masuk ke sekolah ini, apakah karena kita adalah setengah dewa dan setengah manusia?” Kata Panom lagi dengan suara menyeramkan. Ohn yang mendengar nada Panom berbicara langsung berkata, “Aku tak akan bisa melihatmu seperti ini jika ada Chery.”  Panom langsung berhenti. Ia tidak bisa berkata apapun karena seperti itulah apa adanya. “Diam dia.” Ejek Ohn melihat ke arah televisi. Panom memeluk bantal guling dan membelakangi Ohn.  Ohn masih menonton acara televisi dan sibuk menguliti kuacinya. Ia sudah selesai menguliti kuaci dan menyisihkan biji-nya di toples kecil di sampingnya.  Tak ada satu-pun yang ia makan, ia hanya menguliti kuaci itu dan mengambil isinya. Kemudian ia meletakkan toples itu ke dalam kulkas, menyimpannya ketika ia akan memakan-nya nanti saat belajar. Itu adalah kebiasaan Ohn agar berkonsentrasi belajar, ia harus mengunyah kuaci sehingga membantunya belajar dengan lebih baik.  Panom masih tidur. Ia terlihat sangat lelah. Tetapi ICE mereka serentak berbunyi. Sebuah tulisan muncul di layar. Bunyi ini membuat Panom terbangun. ‘Murid-murid dipersilahkan untuk makan malam ke kantin, dan tidak lewat pukul 7 malam. Terima Kasih.” Ohn melihat Panom terbangun dan melihat layar ICE.  “Kamu duluan mandi atau aku?” Tanya Ohn. “Kamu.” Kata Panom lalu kembali berbaring di kasur dan menutup wajahnya. Ohn sebenarnya mengharapkan bahwa Panom akan berkata agar ia yang pertama mandi, tetapi ternyata tidak. Bibir Ohn menunjukkan kekesalannya. Ia berjalan dengan cepat ke kamar mandi. Dalam hati Ohn berkata, ‘Seharusnya aku istirahat. Aku tidak ada istirahat hari ini.’  Segera setelah selesai mandi, Panom pun kemudian mandi. Sebelumnya ia sudah melihat jam menunjukkan pukul lima sore. Ia tidak ingin melewatkan jam makan malam karena ketiduran. Mereka pun berjalan ke arah kantin bersama Ohn. Mereka melewati kamar Wish dan Ardy. Mereka beberapa kali mengetuk pintu kamar mereka tetapi tidak ada yang membuka. “Kemana mereka?” Tanya Ohn. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. “Mereka mungkin sudah berada di kantin duluan.” Ucap Ohn. Mereka pun menuju kantin.  Sesampai di kantin, Ohn dan Panom mencari Wish dan Ardy tetapi tidak melihat mereka.  “Kamu kenapa?” Tanya Ohn “Kenapa?” “Aku mengertimu Nom. Kamu tidak seperti biasa. Aku tahu kamu merencanakan sesuatu.” Kata Ohn. “Aku ingin menyatakan cinta kepada Chery.” Kata Panom. Mendengar itu Ohn seperti berhenti bernapas. “Apa kau menyukai Chery?” Tanya Panom lagi, membuat Ohn batuk. “Hei, apa maksudmu? Kesembilan keturunan tidak boleh menikah. Kau sudah gila. Itu akan membuat kami kehilangan garis keturunan.” Kata Ohn dengan kata kasar. “Aku hanya bertanya.” Ucap Panom. Mereka mengambil kartu dan memesan makanan. “Kau yakin akan melakukannya? Ini terlalu cepat. Bisa-bisa hari dimana kau menyatakan cinta adalah hari terakhir kamu hidup. Dia bukan wanita sembarangan. Dia itu si keturunan Acak. Wanita dengan daya pikat yang tinggi. Semua pria pasti terpikat olehnya. Bisa jadi  perasaan itu timbul hanya karena kau melihat kecantikannya.” Ucap Ohn memberikan penalaran. “Kau berlebihan. Aku sudah mengenalnya..” Panom berhenti dan mengganti kata-katanya. “Apa? Kau sudah mengenalnya?” Ohn ingin memastikan apa yang ia dengar. “Bukan, maksudku, aku cinta pada pandangan pertama. Kau tahu kan bagaimana rasanya?” Kata Panom. Karena ia menyinggung cinta pada pandangan pertama membuat Ohn menjadi risih. “Bisakah kau tidak menyebut kata-kata itu?” Nada Ohn sangat jelas kalau ia benci dengan ucapan Panom. “Maaf, itu perasaan yang dalam, bukan karena cinta karena mata saja.” Ucap Panom, meski tidak semuanya benar. “Kau harus periksa otakmu. Kau itu tidak pernah menyukai siapapun, bahkan wanita yang kau jadikan pacar. Lagian kalian baru hari ini bertemu dan kau sudah punya rencana untuk menembaknya. Apakah dalam waktu dekat?” Tanya Ohn penasaran. “Hmmm” Panom tampak ragu-ragu menjawab. Lalu ia memberanikan diri, “Ya..” Berhenti lagi. “Besok,” dengan nada mengayun. “Kau benar-benar gila.” Kata Ohn.  Pesanan makanan mereka pun datang. Pelayan meletakkan hidangan masakan mereka di depan mereka masing-masing. Mata pelayan itu mengamati Panom. “Kau tahu,” Ucap Ohn sambil menyuap nasi ke dalam mulutnya, “Kau itu tidak bisa serius berhubungan dengan wanita. Sudahlah lupakan saja. “ Kata Ohn lagi mencoba menyakinkan. Ia tahu siapa Panom. Ia bisa melakukan apapun diluar akal manusia. Meski ia pintar, tetapi logikanya tidak akan jalan jika menyangkut tentang cinta. Ohn memberikan cara pandang lain, “Ingatlah, kita satu grup, dan jika kau menyatakan cintamu dan Chery menolak, itu akan menyulitkan kita untuk bekerja sama dalam satu kelompok. Perjalanan kita masih panjang.” Kata Ohn lagi. “Aku tidak bisa,” Ucap Panom dengan tangan yang mengacak-acak rambutnya.  “Aku tidak bisa, kau tidak mengerti.” Kata Panom lagi dengan mata sedikit merah. “Terserah mula.” Kata Ohn kesal. Tiba-tiba Chery berteriak memanggil Ohn dan Panom yang berbicara serius. Chery melihat rambut Panom acak-acakan. “Apa yang terjadi?” Tanyanya. Ohn dan Panom serentak berkata tidak dengan kedua tangannya melambai-lambai. “Tidak ada yang terjadi.” “Kalian bertengkar? Terlihat seperti suami istri.” Kata Chery dengan melipat kedua tangannya di d**a. “Kalian mencurigakan,” katanya lagi. Ohn dan Panom hanya bisa menyeringai. Mereka tidak bisa menjelaskan lebih lanjut pembahasan itu. Ohn melihat Panom. Seketika ia memiliki ide untuk membuat Panom jera. “Bilanglah, dia disini.” Kata Ohn pelan “Bilang apa?” Kata Chery yang cukup mendengar apa yang dikatakan Ohn baru saja. “Tidak ada,” Kata Panom lagi sambil memijak kaki Ohn.  “Kalian aneh. Sudah, ayo ke rumah sakit.” Kata Chery. “Disini ada rumah sakit?” Tanya Ohn yang tidak menyangka bahwa sekolah mereka punya fasilitas rumah sakit. “Sudahlah, ikuti aku.” Kata Chery yang berjalan dengan cepat. “Apa yang terjadi?” Tanya Ohn lagi, ia berupaya mengejar Chery.  Panom tertinggal jauh dari mereka. “Wish masuk rumah sakit.” Jelas Chery yang masih berdiri di samping meja mereka. “Kenapa?” “Aku tak tahu. Ayolah.” Kata Chery lagi dan mereka berdiri menuju rumah sakit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD