Bab 65 - Isyarat

1191 Words
Tim itu sekarang sudah berada di ruang tunggu mereka lagi. Setelah mereka sampai di tahap dua, ada satu pertandingan lagi yang harus mereka menangkan sehingga bisa masuk ke grand final melawan pemenang tahun lalu yaitu tingkat 2-A. Meski Will bukanlah ketua di kelompok itu, tetapi ia tetap memegang peranan penting yang membuat mereka akan sulit dikalahkan. Sekarang yang bermain adalah Tingkat 3-S melawan Tingkat 3-B. Pertandingan cukup sengit padahal yang bermain adalah murid-murid yang tidak berpengalaman. Meski permainan mereka tidak secepat tim yang bertanding sebelumnya yaitu tim tingkat 2-S tetapi, permainan mereka sekarang lebih kepada strategi dan juga kekompakan. Pemenang dari pertandingan ini akan melawan tim Wish dan yang menang akan masuk grand final. Wish duduk memperhatikan jalannya permainan di layar. Ia sudah mulai menikmati pertandingan ini meski awalnya ia tidak menyukainya. Max Lotito langsung membaringkan tubuhnya di kursi tidur, Jay dan junior memilih untuk melihat berlangsungnya pertandingan bersama Wish sedangkan Rully sedang pergi ke kamar mandi dan Star baru saja keluar dari kamar mandi dan duduk diam memperhatikan teman-temannya.  “Apakah kau kelelahan?” Tanya Wish kepada Star yang sedang memijat kepalanya. Star tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata. Dalam hati, Wish merasa jawabannya adalah tentu saja. Apa yang dialami Star dan Wish harusnya sama, ia pasti tahu rasanya. Ia teringat dengan ucapannya tadi kepada timnya bahwa ia memiliki ide. Awalnya di tanggapi, tetapi saat di ruangan, tidak ada yang membahasnya. Tiba-tiba, Mr. Cat datang setelah selesai berbicara dengan Mr. Spong. Ia menepuk-nepuk tangannya bukan tanda sambutan, melainkan kode untuk berkumpul. Wish yang melihat gerakan dari Mr. Cat langsung sadar, bahwa ide awalnya untuk bisa berkomunikasi di dalam pertandingan tanpa bersuara, sudah terbukti. “Mari berkumpul,” ucap Mr. Cat memainkan tangannya untuk yang ketiga kali agar respon yang diberikan murid-muridnya itu lebih cepat.  “Mana Rully?” Tanya Mr. Cat, ia melihat ke sekeliling tetapi tidak melihat dia dimanapun. “Dia ke kamar mandi pak.” Kata Star, padahal ia hanya menebak. “Bukankah kamar mandi ada di ruangan ini?” Tanya Mr. Cat lagi. Ia hanya penasaran mengapa Rully keluar capek-capek karena ada kamar mandi di ruangan ini. Suara hentakan kaki yang berlari dan suara ngos-ngosan terdengar. “Saya disini pak.” Ucap Rully yang baru saja sampai ke ruangan mereka. Ia memberikan penjelasan, “Tadi Star lama sekali di dalam kamar mandi. Jadi saya mencari toilet lain.” Mereka pun tertawa mendengar alasan Rully.  Mr. Cat hanya mengangguk dan memberikan isyarat kembali agar ia mendekat. “Baiklah kita harus memikirkan strategi untuk pertandingan selanjutnya. Kita harus memikirkan strategi yang sangat matang agar bisa dapat menang melawan pemenang pertandingan ini. Bapak perhatikan dari cara bermain lawan kalian ini sudah memiliki kelas yang sulit. Mereka tidak lagi terlalu mengandalkan kecepatan, melainkan kekompakan.” Kata Mr. Cat sambil menggosok-gosok dagunya. “Saya ada ide Pak!” Ucap Wish tunjuk tangan. Mereka baru sadar, Wish juga tadi sudah mengatakan bahwa ia memiliki ide. “Kita perlu komunikasi,” ucap Wish lagi, semakin mendekat kepada mereka. Ia melihat ke arah pintu karena takut suara mereka terdengar.   “Komunikasi bisa dilakukan dengan gerakan badan. Kita bisa menggunakan jari-jari robot untuk memberikan kode kepada pemain tim kita.” Ucap Wish. Mereka tidak mengerti maksud dari Wish. “Aku akan berikan contohnya. Ketika ingin menyerang dan membentuk formasi, kita bisa gunakan isyarat jari untuk menyampaikan pesan.” Ia mengatakannya sambil mempraktekkannya.  “Kita gunakan jari telunjuk untuk menunjuk agar salah satu dari kita maju ke depan, ataupun mundur kebelakang. Ketika faceoff terjadi, kita bisa instruksikan untuk melempar ke arah mana dengan bahasa isyarat yang hanya kita ketahui saja. Kita akan buat bahasa isyarat kita sendiri sehingga mereka tidak bisa membacanya.” Kata Wish. “Itu bagus, kita bisa mulai sekarang. Ada yang punya ide jika ingin membantu striker untuk maju ke gawang?” Wish menjelaskan sedikit tentang itu, cara menggunakan jari dan gerakan kode agar lawan tidak mengetahui apa yang mereka rencanakan. “Untuk berpencar kita bisa gunakan tangan huruf B, seperti ini,” Ucap Wish menunjukkan caranya. Ia mengulang beberapa kali agar yang lain bisa mengingat. “Untuk menjaga Max, kita gunakan kode J. Seperti ini,” Ia memainkan jari kelingkingnya. “Itu tidak terlalu susah.” Ucap Jay.  “Ide yang bagus.” Ucap junior. “Ini tidak akan terlalu sulit.” Mr. Cat memikirkan jebakan. “Kita akan buat perangkap. Untuk mengejar puck dari lawan hanyalah satu orang, dan tiga orang di tengah menjaga lawan jangan sampai melewati zona pertahanan kita.” Semua melihat Mr. Cat dengan serius.  “Kita sudah pernah melakukan itu.” Kata Max.  “Kita akan melakukannya secara cepat dan spontan tanpa diketahui lawan, ia berada di perangkap kita. Seperti permainan sebelumnya, mereka menggunakan taktik yang sama dan berulang. Jika kalian sudah bisa tebak taktik-taktik itu diulang, kalian gunakan kode-kode untuk mengkonfirmasi bahwa taktik jebakan kita dimulai.” Jelas Mr. Cat Max mengangguk, karena ia juga menyadari hal itu di permainan sebelumnya. “Lawan kali ini, mereka menggunakan dua taktik yang di ulang dan selang seling. Itu bisa kalian lihat dari sisi sayap kiri dan kanan pemain yang setiap babak selalu berganti,” Ia menunjuk ke arah layar, “Ini taktik pertama, dan lihat setelah ini, akan terjadi lagi, dan masuk taktik kedua, mereka tampaknya sudah menghafal taktik-taktik itu sebelum bermain sehingga tidak perlu berkomunikasi terhadap anggota timnya.” Jelas Mr. Cat. “Wish, kamu yang huruf kode-kode isyaratnya, kalian bisa diskusikan. Waktu kalian tinggal 15 menit lagi. Bapak pergi dulu. Karena jika terlalu lama di ruangan pemain, bapak akan kena sanksi.” Ucap Mr. Cat dan ia pergi. “Aku merasa lebih percaya diri.” Ucap Jay. “Baiklah, kita mulai dengan kode-kode kita.” Ucap junior. Wish mengatakan beberapa isyarat yang ia ingat sambil memperagakan posisi tangan, “ B untuk berpencar, J untuk berjaga, dan T untuk taktik dimulai,” ia berpikir kemudian. “H untuk Help,” Ucap Rully.  “H, seperti ini.” Peraga Wish. “F untuk Front, seperti maju ke gawang depan lawan,” Kata junior. “Baiklah, itu saja sepertinya. Jika ada yang ingin dikatakan, dan tidak ada di kode yang kita pelajari ini, bagaimana Wish?” Ucap Max. “Itu akan sulit. Tidak mungkin memperagakan semua huruf, dari A-Z, itu akan memakan waktu. Kita harus pikirkan huruf-huruf yang penting dulu.” Ucap Wish. “L untuk melindungi striker ataupun gawang kita.” Kata Star.  “L seperti ini.” Peraga Wish lagi. Ia kembali membuat kesimpulan dari semua huruf yang mereka pelajar, “B, seperti ini, J menggunakan jari telunjuk ini, T dengan jempol dan jari telunjuk, H menggunakan kedua jari telunjuk dan jari tengah secara vertikal, F seperti menggunakan kata oke , dan L gampang, seperti ini, membentuk huruf L.”  Mereka pun mengangguk sambil mencoba sendiri. Setelah mereka semua familiar dengan huruf-huruf itu, Jay menerangkan caranya untuk membuka jalan agar taktik itu berjalan lancar. Ia memberi arahan jika temannya berada dalam kesulitan.  “Berikan tanda jika kau akan membantuku mengoper,” Kata Jay kepada Wish dan Junior.  “Kita perlu tanda M.” Ucap Wish dan mengajarinya. “Baiklah, ini tampak lebih mudah.” Kata Jay.    Suara sorakan pun bergema, pemenang babak ini adalah Tingkat 2-S. Mereka pun bertanding.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD