bab 109 - Kepala Sekolah Berpindah Tempat

1105 Words
“Cepat.” Kata Wish yang mencoba melangkahkan kakinya berjalan mengikuti kecepatan kaki Ardy. Mereka mengecheck jam mereka di layar ICE. Mereka ingin memastikan seberapa lama mereka harus berkutat pada pengejaran waktu.  “Sudah jam 5,” kata Ardy. Acara akan dilaksanakan hanya dua jam saja. Tetapi, untuk para finalis, itu akan berlangsung hingga jam tujuh malam. Mereka akan mengikuti tes lain dan pemilihan mahkota kemenangan. Mr. Pella memang hanya ingin menyaksikan acara itu di sesi penyambutan dan hiburan saja. Jadi ketika acara penyambutan selesai, Mr. Pella sudah berencana untuk kembali ke ruangannya. Sedangkan untuk murid-murid, mereka boleh memilih untuk mengikuti kegiatan itu hingga akhir acara atau tidak. Jika mereka ingin beristirahat karena kelas mereka esok harinya, mereka bisa mengajukannya kepada pelayan dan minta untuk keluar gedung. Tetapi, jika tidak ingin beristirahat dan ingin menikmati proses eliminasi, mereka bisa tetap duduk di kursi mereka dan menonton hingga selesai.  Ohn memberitahu mereka di forum, bahwa Chery berhasil menahan kepala sekolah dalam waktu enam sampai tujuh menit saja. Ohn berharap bahwa Wish dan  Ardy bisa melakukannya. Mereka tidak bisa berpikir lagi karena yang tersisa hanyalah keinginan untuk segera keluar dari ruangan itu. Mereka tidak ingin rencana tersebut gagal. Mereka keluar dari ruangan perpus, memakai kacamata elektronik yang tergantung di leher dan mengunci ruangan itu kembali.  Wish dan Ardy berlari di sepanjang lorong yang gelap. Mereka memakai kacamata elektronik itu, tetapi tidak memakainya dengan sempurna. Mereka hanya mencoba berlari kencang di kegelapan tanpa sadar bahwa langkah kaki mereka sudah membuat keributan. Selama berlari, mereka tidak memastikan apakah ada penjaga di simpang tiga di tengah lorong. Sampailah mereka di ruang pertama saat memasuki kantor kepala sekolah.  Wish membalikkan kepalanya ingin mengetahui apakah ada yang mengikuti mereka. Ia mengusap dadanya tanda kelegaan.  Ardy membaca forum. Kepala sekolah sedang menuju ruangan mereka. Dalam hitungan detik kepala sekolah akan sampai di depan pintu ruangannya. Ardy dan Wish saling menatap setelah berhenti sebentar di ruangan pertama. Mereka ingin membuka pintu tetapi terhenti karena melihat suara kaki dan pintu yang akan terbuka. Mereka berpikir bahwa kepala sekolahlah yang membuka pintu itu. Ardy dan Wish mundur kebelakang, tak tahu harus bersembunyi dimana. Mereka ingin bersembunyi di lorong yang gelap tetapi pasti ketahuan karena kacamata mereka memiliki lampu yang berkedip-kedip. Jika mereka bersembunyi di persimpangan lorong, mereka tidak tahu lorong itu menuju kemana, dan bisa jadi juga pelayan dengan mudah menangkap mereka.  Wish diam dan tidak tahu entah mengapa, ia memikirkan dengan keras cara untuk keluar. Ardy melihat ke arah Wish dan ia terlihat aneh. Ia memicingkan matanya sebentar dan mata kanannya berubah warna menjadi biru. Ardy ketakutan, apa yang sebenarnya terjadi. Mereka di situasi dimana kepala sekolah sudah berada di pintu dan diantara Wish yang sepertinya terlihat aneh dengan mata yang tiba-tiba berwarna biru. Ia ingin bertanya, tetapi Wish tampak serius. Sedikit demi sedikit ia mundur ke arah dinding dan bersembunyi di samping meja. Ia menarik Wish karena melihat pintu sudah mulai terbuka perlahan. Ia melihat ke wajah Wish lagi, ingin sekali bertanya, tetapi mengurungkannya karena akan menimbulkan suara. Ardy menutup matanya dan melipat tangannya. Ia meminta keajaiban terjadi. “Hei, ayo!” kata Ohn. Ternyata yang masuk ke ruangan itu adalah Ohn. Ia langsung mengingatkan Ardy untuk mengunci kembali ruangan itu. Ia tak sabar menceritakan apa yang terjadi. Suatu keajaiban yang baru pertama kali dilihatnya seumur hidupnya.  Mereka bertiga pun berlari. Dan Wish yang belakangan berlari. Kepala sekolah berada di ujung lorong masih sempat melihat Wish berlari dari depan ruangannya. Tetapi, ia tidak melihat Ardy dan Ohn berlari dari ruangan itu. Tak banyak berpikir, Mr. Pella hanya menganggap itu suatu kebetulan saja.  Mereka berhenti di taman dekat kantin. Ohn memegang kedua lututnya dengan keringat bercucuran. Ia tampak tak sanggup untuk berlari. “Kita terlalu jauh berlari,” kata Ardy yang juga memiliki posisi yang sama dengan Ohn. Ia menyeka keringat di jidat-nya.  Ardy melihat Wish. Mata birunya tidak lagi ada. Ia pun bertanya, “Apa yang terjadi padamu? Mata-mu menjadi biru sebelah. Kau juga terlihat aneh seperti orang yang sedang termenung.”  Wish melotot. “Aku melakukannya? Aku tidak tahu,” kata Wish dan membayangkan kejadian sebelumnya saat pertandingan hoki. Star sempat melihat warna matanya menjadi biru dan sekarang Ardy melihatnya juga. Ohn membalikkan badan memperhatikan mereka berbicara. Ia sudah tidak sabar menceritakan apa yang ada di otaknya. Ia melihat bahwa kantin tidak lah jauh dari pandangan mereka. “Kita ke kantin. Ayo!” Kata Ohn dan berlari lagi. Ardy dan Wish menggelengkan kepala karena melihat tingkah Ohn. Mereka melihat Ohn berlari lagi dimana saat itu mereka sudah tidak bisa berlari secepat Ohn.  Mereka masuk ke dalam kantin. Ohn sudah terlihat memesan segelas minuman dengan alat di tangannya. Sebuah kertas yang berubah menjadi keras saat dilengketkan di tangan. Dengan alat itu kita bisa memilih dengan cepat menu yang diinginkan.  Wish dan Ardy pun menyusul dan duduk di depan Ohn. Mereka juga memesan minuman dan dua hidangan makanan ringan. Wish dan Ardy sekarang menunggu Ohn menceritakan apa yang terjadi. Mereka menatap dengan alis yang digerakkan. Ardy merasa tidak perlu lagi menanyakan hal yang sama yang pasti sudah diketahui oleh Ohn.  “Aku sebenarnya sangat bingung.” Kata Ohn. Dia mengedipkan matanya lebih banyak dari biasanya, mengucek matanya dan melihat minuman yang dipesan sudah di antar. Sebelum ia bercerita, ia meminum minuman yang ada di depannya hampir setengah gelas. Tentu Ardy dan Wish bingung melihat sikap Ohn.  “Kau melihat hantu?” Tanya Wish. Ohn bingung cara menjawabnya. Ia seperti sedang melihat hantu, tetapi bukan hantu. “Jadi..” Ia berhenti, dan menarik napas. “Ada yang aneh tadi. Aku sudah kasih tahu kalian kan bahwa kepala sekolah sebentar lagi akan masuk ke ruangan?” Tanya Ohn sambil menunjuk mereka. Wish dan Ardy mengangguk. “Terus?” Ucap Wish. “Karena Chery dan Panom tidak bisa lagi menahan lama kepala sekolah, aku pun mengikutinya menuju ruangan. Aku ingin melakukan sesuatu untuk menghentikannya tetapi tidak ada satupun yang terlintas di otakku. Aku sudah melihat kepala sekolah membuka pintu itu. Tetapi saat aku melihat forum dan ingin mengatakan kepada kalian bahwa kepala sekolah sudah membuka pintu, aku melihat ke arah kepala sekolah lagi. Dalam hitungan detik, aku melihat kepala sekolah tidak ada di sana. Ia berpindah tempat ke ujung lorong yang membutuhkan waktu tiga menit untuk berjalan.” Kata Ohn dan ia berhenti sebentar. Kemudian ia berkata seperti orang kesurupan, “Ini aneh.. Ini aneh..” Kata nya berulang-ulang. Wish teringat dengan kejadian saat pertandingan hoki. Ia merasa Star dapat bergerak cepat, atau berpindah dengan cepat. Kejadian tadi juga melibatkan kepala sekolah yang berpindah tempat saat matanya menjadi biru sebelah. Apa ini ada hubungannya dengan mata biruku?” Tanya Wish.  Ohn dan Ardy serentak melihat ke arah Wish.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD