Bab 69 - Jay memberi tahu rahasia

1582 Words
Usai Wish berbicara dengan Star dan sedikit merasa kebingungan karena mata Wish yang memiliki mata berbeda, Jay datang mendekat kepadanya. Ia sudah memberikan ucapan terima kasih kepada Star, Max, Junior dan Rully. Maka sekarang adalah Wish.  “Tak kusangka kita bisa sedekat ini!” Ucap Jay kepada Wish usai memberikan fist bump. Dari raut wajahnya, ia tampak tulus mengatakannya. Sayangnya, Wish sedikit curiga dengan sikap Jay. “Aku tulus mengatakannya.” Ucap Jay lagi karena melihat Wish terbengong saja tanpa sautan. “Oh iya, maaf. Kita hebat. Permainanmu tadi hebat.” Ucap Wish menyeringai. Kemudian ia teringat akan kejadian babak awal yang menyatakan bahwa Jay pemain egois karena bermain sendiri. “Aku juga minta maaf, karena berpikir sama dengan yang lain, bahwa kau sangat egois saat bertanding di babak pertama.” Kata Wish. “Benarkah?” Ia pun tertawa. Ada yang ingin ditanyakan Jay kepada Wish. Ia sangat penasaran akan sesuatu. “Kau kenal ayahku dari mana?” Tanya Jay. “Aku? Maksudmu Tn. Smith?” Wish bingung dan memutar kembali ingatannya. Jay pun mengangguk. “Ayahmu yang membantuku masuk ke sekolah ini. Awalnya kami tidak tahu tentang sekolah ini. Tetapi, berkat Tn. Smith, aku bisa masuk kesini melalui jalur homeschooling.” Jelas Wish. Jay mengangguk, tidak ada yang mencurigakan. “Tapi, kemarin Tn. Smith mengatakan kepada kami bahwa ia tidak memiliki anak. Kenapa dia berbohong?” Tanya Wish. “Untuk menjadi rakyat yang tidak terdaftar, tentu harus hati-hati sewaktu berbicara. Itu bisa mempersulit ayah untuk membesarkan kami nanti jika ia tertangkap pemerintah.” Jelas Jay. Kini yang mengangguk adalah Wish. “Kau tahu kenapa aku melakukan tindakan kasar kepada pelayan kemarin? Sayangnya ada yang mengganggu kemarin.” Topik lain yang dikeluarkan Jay. “Oh, ya, kalian membully pelayan itu.” Ia langsung mengatakannya langsung ke poin utama. “Untung ada Chery yang membantu kalian tidak melanjutkan perdebatan itu.” Ucap Wish polos. Jay tertawa, “Kau seharusnya menyaring kata-kata itu. Aku bisa saja marah dan menghajarmu.” Ia senyum-senyum saat mengatakannya. Sorotan matanya yang tajam membuat Wish percaya bahwa ia bisa saja melakukan itu. “Aku tidak bermaksud begitu. Itu hanya ada di pikiranku saja.” Jelas Wish melebarkan senyuman palsu. “Aku bercanda,” ucapnya sambil menggosok hidungnya. Wish menyeringai lagi, ia merasa tindakannya tidak ada yang benar. “Pelayan itu menyembunyikan sesuatu dari kami. Ia tidak mengatakan hal yang sebenarnya.” Kata Jay. “Apa yang terjadi?”  “Ayah ku adalah dewa.” bisik Jay. Wish tertawa dengan nada yang dibuat-buat. Ia benar-benar membuat tawanya tampak palsu. Apakah ini salah satu trik Jay untuk membodohinya? “Itu hebat.” Kata Wish melebarkan senyuman sipit di wajahnya meski ia tidak mempercayai itu. “Yang ku katakan itu benar. Aku tidak memberi tahu murid lain bahwa ayahku adalah dewa. Aku curiga, bisa jadi guru-guru disini juga adalah para dewa.” Jelasnya lagi. “Kau kebanyakan berkhayal. Aku mulai merasa ilmu Alamiah adalah tempat orang-orang yang berkumpul dengan otak khayalannya.” Kata Wish mulai merendahkan diri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Dengarkanlah ceritaku. Aku ingin memastikan itu kepada para pelayan. Tetapi, mereka tidak memberitahukan apapun. Aku juga curiga dengan pelayan-pelayan disini. Mereka sangat sempurna. Manusia mana yang bisa sesempurna tampilan mereka?” Jelas Jay “Benar juga. Aku kadang berpikir mereka adalah dewa. Meski aku tidak pernah melihat dewa seperti apa, tetapi yang ada di pikiranku adalah dewa pasti memiliki paras yang sempurna dibanding manusia. Saat melihat pelayan-pelayan disini, mereka memang sangat sempurna.” Ucap Wish menanggapi. Ia kemudian berdehem, “Jika kau mengatakan bahwa pelayan adalah dewa, termasuk juga para guru-guru disini, ada yang mengganjal. Dari tampilan pelayan aku bisa merasa bahwa mereka adalah dewa, tapi bagaimana dengan guru-guru disini? Mereka lebih tampak seperti pengemis, jauh sekali dari kesempurnaan para dewa yang ada di imajinasi kita.” Kata Wish dan tertawa, mereka terlihat kompak. Jay pun mengikuti irama tawa Wish hingga air matanya keluar. “Kau benar juga. Tampilan ayahku juga tidak seperti para dewa.” Kata Jay. Ia mencoba menyakinkan Wish lagi, “Tapi, seperti yang aku bilang, kalau ayah ku itu benar-benar dewa,” tekanan nadanya menunjukkan kebenaran dari yang ia ucapkan. “Apa hubungan pelayan yang kalian bully itu dengan ayahmu yang seorang dewa?” Tanya Wish.  Jay mulai membuka hatinya bagi orang lain. Sekarang ia sudah mulai menjadi manusia seutuhnya karena dulunya ia sangat sulit berkomunikasi. Ia hanya terbiasa berkomunikasi dengan dua saudara kembarnya. Itu sudah sangat banyak menurutnya. “Ceritanya, pelayan yang kami kejar kemarin kami lihat di dalam mimpi. Dialah yang membantu ayah untuk mencari murid-murid berbakat untuk sekolah ini. Kan seperti yang kau tahu sekolah ini memiliki dua cara untuk masuk, yang pertama adalah melalui jalur undangan dan yang kedua melalui homeschooling. Nah, pelayan itu adalah salah satu yang bekerja dengan ayah melalui proses rekrutmen homeschooling.” Jelas Jay. “Oke, pantesan Tn. Smith tampak senang sewaktu aku masuk ke sekolah ini.” Kata Wish. “Terus, mengapa kalian akhirnya marah kepada si pelayan?” tanya Wish. “Tahun lalu aku mendengar bahwa ayahku dan Mr. Cat mendapat masalah mengenai cara merekrut siswa. Masalah itu membuat mereka memberikan peraturan baru bahwa tahun ini hanya diperbolehkan masuk anak yang berusia enam belas tahun maksimal lewat 6-7 bulan. Setelahnya, tidak bisa. Kami ingin bertanya kepadanya apakah memang benar ada masalah seperti itu di sekolah ini. Jika benar-benar ada, berarti mimpi itu benar.” Jelas Jay mencoba untuk melanjutkan tetapi kesulitan tanpa pertanyaan secara langsung. “Memangnya apa yang terjadi tahun lalu?”   “Ayahku terlalu banyak memasukkan murid dan beberapa informasi mengenai dunia waktu mulai terdengar. Setelah itu kepala sekolah memberikan ramuan yang bisa memotong ingatan kita, mungkin ramuan ini juga yang diberikan saat lulus nanti agar tidak ada yang bisa kembali lagi ke sekolah ini. Dari yang aku dengar, ada juga yang hilang, 1 murid dan tidak ada yang tahu itu siapa.” Jelas Jay. “Aku mendapatkan buktinya, dari alat buatannya yang ada di kamar ayah. Alat tabung yang bisa muat apapun itu. Kau ingat, peristiwa tepung kemarin? Yang kamu buka alat itu lalu tepung keluar banyak dari tabung itu, padahal tabungnya kecil. Itu adalah alat buatannya.” Jelas Jay “Jadi kamu yang kemarin mengerjai aku?” “Maaf..maaf… itu hanya lelucon.” Ucap Jay memohon dengan tangannya. Wish ingin marah, tapi ia juga merasa dengan adanya peristiwa itu, ada kejadian yang tidak ia mengerti ketika ia berpindah tempat ke sebuah rumah yang ditinggali seorang anak kecil dengan ayahnya. “Sudahlah, aku hanya bercanda. Apa kaitan ini dengan ayahmu?” Tanya Wish. “Aku hanya ingin kebenaran. Tidak mungkin mimpi itu datang sendiri tanpa tujuan. Aku juga melihat bahwa ayahku sebentar lagi akan mati.” ucapnya. “Ini terdengar tidak masuk akal. Aku tidak mengerti penjelasanmu.” Kata Wish. “Aku hanya ingin mencegah kematian ayahku. Tidak ada yang lain. Kemarin ia datang ke sekolah ini, tapi sampai sekarang aku tidak mendengar kabar ayah. Apa yang terjadi dengannya? Saat kalian tabrakan kemarin, ayah terlihat pucat dan sangat berbeda. Aku melihat di dalam mimpi bahwa ayah akan mati karena sesuatu yang ia lakukan tahun lalu. Mr. Cat pasti tahu sesuatu. Tetapi, aku tidak bisa langsung menanyakannya.” Kata Jay dengan raut sedih. Ia berhenti dan menarik napas ingin melanjutkan penjelasannya. “Aku hanya ingin memastikan bahwa apakah benar ayah adalah dewa atau tidak. Itu akan membantu kami untuk membawa lari ayah dari sekolah ini sehingga ia tidak akan mati.” Ucap Jay. “Pelayan itu tentu tidak akan mengatakan apapun. Ia bisa terkena masalah jika melakukannya. Kau juga seharusnya mengerti.” Kata Wish dari sudut pandang lain.  “Benar juga. Tapi, aku juga melihat keadaan berubah saat di kapal. pelayan itulah yang datang ke restoran dan melakukan hal untuk mengubah keadaan kapal yang hampir tenggelam. Pelayan yang ada di mimpiku memiliki paras yang sama dengan pelayan yang ada di kapal.” Celetuk Jay yang membuat Wish terkejut. Ia merasa tidak sendiri yang mengalami keanehan karena peristiwa saat mau ke sekolah gifted. “Benarkah?” Wish terdengar sangat shock. “Benar, aku melihatnya dengan jelas. Atau itu mimpi ya? Tiba-tiba saja aku terbangun esok paginya dan semua menjadi biasa saja. Aku tidur di ruanganku dan melihat hari sudah pagi dan kapal sampai di dermaga. Itu sangat aneh!” Kata Jay. “Wish pun berbisik, “Berarti kemarin itu nyata. Dia menyadarinya juga.” “Boleh aku tahu siapa pelayan itu?” “Karena pelayan disini memiliki wajah yang hampir mirip, membuat kita sulit mencarinya. Kemarin kami sudah temukan, tetapi gagal karena apa yang kalian lakukan. Kalian membuatnya terlepas. Kami tidak tahu harus menemukannya dimana. Kami tidak bisa pergi sembarangan bukan? Seperti kata kepala sekolah mengenai peraturan sekolah.” Jelas Jay. Jay hanya diam saja menyiapkan cerita selanjutnya. “Mungkin itu hanyalah mimpi dan khayalanmu mengenai dunia waktu tidaklah benar. Itu bisa jadi tidak ada.” Kata Wish lagi memberinya semangat. Seorang pelayan mendatangi Jay. Seharusnya ia bisa melakukannya dengan mengirimkan pesan dari ICE. Tetapi, kali ini, pemberitahuan hanya melalui pelayan saja. “Ada yang terjadi dengan ayah Tuan Jay. Mari ikuti saya.” Ucap pelayan dan memandu jalan. “Aku ingin ikut.” Kaya Wish dan berlari mengejar ketinggalannya terhadap Jay.  Dua adiknya, yaitu Tey dan Ray datang. Mereka berlari menghampiri kakaknya di tengah lapangan. “Aku sudah mendengarnya.” Ucap Jay melihat wajah mereka berkaca-kaca. Mereka sampai di rumah sakit dan melihat ayahnya di ruangan ICU. Mereka tidak diperbolehkan masuk karena keadaan ayahnya yang sedang kritis. Mereka melihatnya dari layar kaca dengan mata sayu. “Apa yang terjadi dengan ayah?” Ucap Jay.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD